Presiden Turki Mendarat di Saudi, Kunjungan Pertama Sejak Pembunuhan Khashoggi

Kunjungan Recep Tayyip Erdogan ke Arab Saudi terjadi di tengah krisis ekonomi di Turki. [Murat Kula/Anadolu Agency/Getty]

Ankara, MINA – Presiden tiba di Arab Saudi pada Kamis (28/4), media pemerintah melaporkan. Itu menjadi kunjungan pertamanya sejak pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada tahun 2018 yang membuat perselisihan antara kedua negara tersebut.

Sebelum lepas landas dari Istanbul, Erdogan mengatakan, dia berharap “untuk meluncurkan era baru” dalam hubungan bilateral, The New Arab melaporkan.

Perjalanan itu dilakukan ketika Turki menghadapi krisis ekonomi yang dipicu oleh jatuhnya mata uangnya dan melonjaknya inflasi. Ankara mencoba untuk menggalang dukungan keuangan dari negara-negara Teluk yang kaya energi.

Pesawat Erdogan mendarat di Jeddah untuk kunjungan yang diharapkan mencakup pertemuan dengan penguasa de facto Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

“Kami percaya, meningkatkan kerja sama di bidang-bidang termasuk pertahanan dan keuangan adalah kepentingan bersama kami,” kata Erdogan sebelum meninggalkan Turki.

Agen Saudi telah membunuh dan memotong-motong Khashoggi, orang dalam Saudi yang berubah menjadi kritikus, di konsulat Kerajaan di Istanbul pada Oktober 2018. Jenazahnya tidak pernah ditemukan.

Tindakan mengerikan itu berisiko mengisolasi Arab Saudi, terutama Pangeran Mohammed, sambil meningkatkan persaingan regional antara Riyadh dengan Ankara.

Sebuah penilaian intelijen AS menemukan, Pangeran Mohammed “menyetujui” operasi untuk menangkap atau membunuh Khashoggi, sesuatu yang disangkal oleh Pemerintah Riyadh.

Turki membuat marah Saudi dengan melanjutkan penyelidikan atas pembunuhan itu, yang menurut Erdogan diperintahkan pada “tingkat tertinggi” pemerintah Saudi.

Arab Saudi menanggapi dengan secara tidak resmi menekan ekonomi Turki melalui boikot impor utama Turki.

Namun perdagangan antara keduanya telah berangsur-angsur membaik dan pada Januari, Erdogan mengatakan dia berencana berkunjung ke Arab Saudi.

Awal bulan ini, pengadilan Istanbul menghentikan persidangan in absentia dari 26 tersangka Saudi yang terkait dengan kematian Khashoggi, dan memindahkan kasus itu ke Riyadh.

Keputusan Turki membuat marah para aktivis hak asasi manusia dan janda Khashoggi, Hatice Cengiz, yang bersumpah untuk mengajukan banding ke pengadilan yang lebih tinggi. (T/RI-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.