Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Ir. Hj. Hersanti, M.P., melalui Academic Leaderships Grant (ALG) Unpad sejak tahun 2015 lalu mengatakan teknologi nano dapat berperan dalam pengendalian penyakit pada tanaman. Penelitian inilah yang sedang digelutinya.
Dalam penelitiannya itu, Prof. Hersanti memadukan partikel nano dengan mikroba antagonis, yaitu mikroba yang dapat menekan patogen pada tamanan. Prof. Hersanti sendiri lebih memfokuskan penelitiannya pada tanaman kentang, mengingat tanaman ini rentan diserang oleh patogen. Saat ini, juga belum ditemukan varietas kentang yang tahan terhadap berbagai penyakit.
“Karena kentang banyak masalahnya daripada tanaman yang lain. Sedangkan kentang juga merupakan salah satu komoditas holtikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak diminta oleh masyarakat,” ujar Prof. Hersanti.
Saat ini, pengendalian penyakit pada tanaman kentang lebih banyak menggunakan fungisida. Selain berbahaya bagi manusia apabila dikonsumsi, penggunaan fungisida juga dapat menimbulkan resistensi pada tanaman sehingga sudah tidak efektif dalam pengendalian penyakit tanaman. Penggunaan fungisida juga diyakini dapat berbahaya bagi air dan tanah di sekitarnya.
Baca Juga: Nelson Mandela, Pejuang Kemanusiaan dan Pembela Palestina
“Tidak hanya meracuni tubuh manusia, tetapi juga meracuni mikroba-mikroba yang ada di lahan,” jelas perempuan kelahiran Jakarta, 3 Maret 1963 ini.
Pada penelitian sebelumnya, telah ditemukan beberapa spesies mikroba antagonis yang diyakini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan dapat menekan patogen. Beberapa mikroba antagonis yang berpotensi tersebut kemudian Prof. Hersanti formulasikan dengan partikel nano untuk meningkatkan kinerja dari mikroba antagonis, yang juga dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Prof. Hersanti dan tim, mengingat banyak penelitian sebelumnya yang menunjukan bahwa partikel nano dapat mematikan mikroba antagonis.
“Kami sedang meneliti partikel-partikel nano yang tidak bersifat toksik terhadap mikroba antagonisnya dan juga mempunyai pengaruh positif dalam pertumbuhan tanaman,” ungkap Prof. Hersanti.
Campuran partikel nano dengan mikroba antagonis diformulasikan oleh Prof. Hersanti dalam bentuk larutan. Formula ini digunakan untuk merendam benih kentang, agar tanaman terlindungi dari serangan patogen. Melalui perendaman diharapkan juga mikroba antagonis dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap patogen.
Baca Juga: Kisah Muchdir, Rela tak Kuliah Demi Merintis Kampung Muhajirun
“Intinya, kita ingin sedini mungkin memberi perlakukan ke tanaman kita, supaya nanti kalau tanaman kita di lapangan sudah terlindungi,” jelas Prof. Hersanti.
Meski belum diaplikasikan pada tanaman kentang secara langsung, namun uji laboratorium menunjukkan bahwa mikroba antagonis yang dicampur dengan partikel nano lebih menghambat perkembangan bakteri Ralstonia solanacearum secara in vitro.
“Jadi lebih menghambat, si patogennya tidak berkembang,” ungkap Prof. Hersanti.
Pada penelitian ALG tahun ketiga, direncanakan akan dilakukan penelitian secara in vivo yaitu dengan menguji pada tanaman kentang. Prof. Hersanti pun mengakui masih perlu penelitian yang panjang dan berkesinambungan agar diperoleh suatu formulasi nano partikel yang tepat sebagai bahan pembawa mikroba antagonis untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan patogen.(RS3/RS2)
Baca Juga: Bashar Assad Akhir Rezim Suriah yang Berkuasa Separuh Abad
sumber: (unpad.ac.id)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Nama-nama Perempuan Pejuang Palestina