Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Profil Singkat 12 Korban G30S PKI pada 1965

Arina Islami Editor : Widi Kusnadi - 15 detik yang lalu

15 detik yang lalu

1 Views

Tujuh perwira TNI yang tewas akibat serangan G30S/PKI atau Gerakan 30 September oleh Partai Komunis Indonesia (Foto: sumbarprov.go.id)

Setiap tanggal 30 September, Pemerintah Indonesia mengimbau untuk mengibarkan bendera setengah tiang sebagai bentuk berkabung atas sebuah tragedi berdarah pada 1965, G30S PKI.

Gerakan 30 September (G30S) PKI merupakan gerakan pengkhianatan yang dilakukan oleh sekelompok komunis dalam membunuh para perwira militer RI.

Kelompok tersebut adalah Partai Komunis Indonesia (PKI), salah satu partai besar di Indonesia dan mempunyaI pengaruh besar juga terhadap masyarakat. PKI menghasut beberapa kelompok masyarakat dan memberi paham bahwa ideologinya akan membawa perubahan baik untuk negara.

Namun, ideologinya yakni komunis tidak sejalan dengan ideologi Indonesia saat itu dan para militer RI terutama TNI-AD sangat menentang paham komunis.

Baca Juga: Berhasil Turunkan Kemiskinan Ekstrem, 18 Daerah di Jateng Terima Penghargaan

Pertentangan antara PKI dan TNI-AD tersebut menjadi penyebab terjadinya gerakan 30 September atau G30S PKI pada 1965. Awal gerakan ini mengincar para perwira tinggi TNI-AD yang dianggap penghalang kelompok PKI untuk melancarkan rencananya.

Saat malam peristiwa G30S PKI ini terjadi, terdapat banyak korban yang gugur. Tidak hanya para perwira tinggi TNI-AD saja, namun terdapat korban lainnya diluar target PKI.

Berikut penjelasan singkat tentang para korban G30S PKI yang terjadi pada tahun 1965 beserta profil singkat mereka.

1. Jenderal Ahmad Yani

Baca Juga: Cegah Penyebaran Monkeypox, Bandara Pekanbaru Sosialisasikan Aplikasi Satusehat

Lahir di Purworejo pada 19 Juni 1922, Ahmad Yani merupakan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) saat peristiwa G30S PKI terjadi. Ia dikenal sebagai jenderal yang tegas dan menentang pembentukan angkatan kelima yang diusulkan PKI.

Ahmad Yani dibunuh di rumahnya oleh anggota Gerakan 30 September dan jasadnya ditemukan di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

2. Letjen Suprapto

​​​Suprapto, kelahiran 20 Juni 1920 di Purwokerto adalah seorang Deputi (wakil) Kepala Staf Angkatan Darat di Medan sekaligus perwira tinggi Angkatan Darat berpangkat Mayor Jendral yang dilantik di Jakarta. Ia menjadi salah satu korban penculikan dan pembunuhan dalam G30S.

Baca Juga: BNPB: Semua Korban Longsor di Kabupaten Solok Berhasil Dievakuasi

Suprapto pun juga menentang ide-ide PKI dalam pembentukan angkatan kelima. Akhirnya, ia pun menjadi target PKI yang diculik dari rumahnya dan kemudian dibunuh oleh anggota G30S.

3. Letjen Siswondo Parman

​​​​​Siswondo adalah seorang perwira tinggi Angkatan Darat yang menjadi salah satu korban penculikan dan pembunuhan dalam G30S. Ia memiliki keahlian dalam bidang intelijen dan menjadi asisten intelijen KSAD Ahmad Yani, sehingga mengetahui rencana PKI dan juga menentang ide-ide PKI.

Ia diculik dari rumahnya dan kemudian dibunuh oleh anggota G30S di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Baca Juga: Peran Kunci Ulama dan Santri dalam Menumpas Kekejaman PKI di Indonesia

4. Letjen M.T. Haryono

​​​​Mas Tirtodarmo Haryono adalah Letnan Jenderal Angkatan Darat yang juga menjadi korban dalam peristiwa ini. Ia ahli dalam berbahasa asing seperti Inggris, Belanda dan Jerman sehingga ditugaskan menjadi anggota delegasi Indonesia saat Konferensi Meja Bunda bersama Inggris dan Belanda.

Sebagai seorang diplomat militer, Haryono dekat dengan Soekarno namun tetap berprinsip ideologi antikomunis. Ia juga dibunuh di rumahnya oleh kelompok G30S PKI.

5. Mayjen D.I. Panjaitan

Baca Juga: Cuaca Jabodetabek Diperkirakan Berawan Sepanjang Hari Senin Ini

​​​​​​Donald Izacus Panjaitan adalah seorang Mayor Jenderal Saat menjabat sebagai Asisten IV Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani.

Panjaitan pernah berangkat ke Amerika Serikat untuk turut ikut kursus militer di Associated Command and General Staff College di wilayah Fort Leavenworth dan kursus atase militer. Karena ikut menentang keras aktivitas PKI, ia menjadi korban penculikan dan dibunuh di rumahnya di Jakarta.

6. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo

​​​​​​​Lahir pada 28 Agustus 1922 di Purworejo, Sutoyo adalah seorang Mayor Jenderal yang bertugas sebagai Inspektur Kehakiman atau Jaksa Militer Utama dengan pangkat Brigadir Jenderal TNI.

Baca Juga: TAP MPR Pemberhentian Presiden Gus Dur Dicabut

Sutoyo pernah bergabung bersama TKR dan bersekolah di staf dan komando Bandung tahun 1960. Ia dikenal sebagai sosok yang disiplin dan teguh terhadap hukum. Sutoyo ditangkap oleh pasukan G30S dan dibunuh di Lubang Buaya.

7. Brigjen Katamso

​​​​​​​Brigadir Jenderal Katamso, lahir 5 Februari 1923 merupakan Komandan Korem 072/Pamungkas Yogyakarta. Ia dikenal sebagai perwira yang disiplin dan menentang keras ideologi komunis, sebelumnya ia pu mencurigai gelagat PKI.

Pada saat G30S terjadi, Katamso diculik dan dibunuh bersama Kolonel Sugiono oleh kelompok pemberontak PKI Yogyakarta yang dibawa ke Kentungan.

Baca Juga: Mahasiswa UIN Ar-Raniry Juara MHQ 30 Juz di Ajang Seiba International Festival

8. Kapten Pierre Tendean

​​​​​​​Kelahiran 21 Januari 1939, Pierre Andreas Tendean adalah seorang perwira muda intelijen yang saat itu menjadi ajudan Jenderal A.H. Nasution. Sebelumnya ia pernah bertugas menjadi intelijen di Malaysia ketika konfrontasi Indonesia dengan Malaysia, sehingga ia naik pangkat menjadi letnan satu dan menjadi ajudan.

Ketika para pelaku G30S mencoba menangkap AH. Nasution, Pierre Tendean mengorbankan dirinya dengan berpura-pura sebagai AH Nasution saat sekelompok PKI tidak dapat mengenalinya. Ia kemudian diculik dan dibunuh.

9. AIP II K.S. Tubun

Baca Juga: Rektor UIN Jambi Prof Asad Isma Semayamkan di Taman Makam Pahlawan

​​​​​​​Ajun Inspektur Polisi (AIP) Karel Satsuit Tubun adalah seorang pengawal Wakil Perdana Menteri, Dr. J. Leimena. Saat G30S mencoba menculik Jenderal A.H Nasution, Tubun yang sedang berjaga di rumah dinas Leimena yang berdekatan dengan rumah AH Nasution, ikut tewas dalam perlawanan baku tembak.

10. Letnan Kolonel Sugiyono

​​​​​​​Kolonel Sugiyono adalah seorang perwira Angkatan Darat yang menjabat sebagai Kepala Staf Korem 072 Yogyakarta. Ia juga pernah bersekolah di PETA dan bergabung bersama TKR sebagai komandan. Selain itu, ia kemudian pernah menjabat sebagai ajudan Komandan Brigade 10 di bawah Letnan Kolonel Suharto.

Pada malam G30S, bersama Brigjen Katamso, ia diculik dan dibunuh menggunakan kunci mortir dan dikubur didalam lubang khusus daerah Kentungan, Yogyakarta.

Baca Juga: Memasuki Pancaroba, BMKG Ingatkan Masyarakat Waspada Angin Puting Beliung

11. Ade Irma Suryani

Ade Irma Suryani Nasution adalah putri dari Jenderal A.H. Nasution. Ketika pasukan G30S menyerang rumah Nasution untuk menangkap sang jenderal, Ade Irma yang saat itu berusia lima tahun tertembak oleh peluru nyasar. Beberapa hari kemudian, ia pun meninggal akibat luka tembak tersebut.

12. Jenderal A.H Nasution

​​​​​​Abdul Haris (A.H) Nasution merupakan penjabat Kepala Staf ABRI yang memiliki prinsip anti komunis, sehingga ia pun juga menentang angkatan kelima.

Baca Juga: Pertanian Organik Melesat di Jateng, Petani Kian Antusias

Saat penculikan terjadi, A.H Nasution satu-satunya target PKI yang berhasil selamat dan tetap hidup dari tragedi tersebut karena ajudan Pierre yang menyamar menjadi dirinya, walaupun kakinya mengalami cedera ketika berusaha kabur dengan meloncat pagar.

Demikian 12 nama-nama korban dalam peristiwa G30S PKI. Hal ini menjadi salah satu bab penting dalam sejarah Indonesia yang harus terus diingat hingga saat ini.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Breaking News
Indonesia
Indonesia
Indonesia