Puluhan Orang Luka dalam Protes Anti Penguncian di Lebanon

Tripoli, MINA – Palang Merah Lebanon mengatakan 45 orang terluka dalam bentrokan di Lebanon utara antara pasukan keamanan dan demonstran yang marah atas penguncian akibat virus corona, yang telah memperburuk kesengsaraan ekonomi mereka.

Sedikitnya sembilan orang yang terluka dirawat di rumah sakit setelah bentrok di kota Tripoli, kata Palang Merah pada Rabu (27/1), AlJazeera melaporkan.

Dalam protes kedua, pengunjuk rasa melempari kantor pemerintah dengan batu dan memblokir alun-alun.

Tentara dikerahkan untuk menahan para perusuh, yang membakar kendaraan yang diparkir di daerah itu, menurut Kantor Berita Nasional Lebanon.

Setidaknya 30 orang terluka dalam bentrokan serupa di Tripoli pada Senin malam (25/1) karena frustrasi dengan pembatasan virus corona.

Tripoli telah menjadi salah satu daerah termiskin di Lebanon bahkan sebelum pandemi. Setelah Pandemi, kesengsaraan baru terjadi hingga krisis ekonomi kronis.

Banyak penduduknya dibiarkan tanpa pendapatan sejak Lebanon memberlakukan penguncian penuh awal bulan ini dalam upaya untuk membendung lonjakan kasus COVID-19 dan mencegah rumah sakitnya kewalahan.

Pekan lalu, pihak berwenang memperpanjang penguncian selama dua pekan, membuat marah para pekerja harian dan kelompok rentan lainnya.

Zeina Khodr dari Al Jazeera mengatakan dalam tiga penguncian sebelumnya, otoritas pemerintah telah memberikan bantuan keuangan.

“Pihak berwenang memberikan bantuan kepada 230.000 keluarga USD 47 sebulan yang menurut banyak orang tidak cukup,” katanya, melaporkan dari Triploli.

“Tapi saat ini belum ada bantuan yang dibagikan,” ujarnya.

Jam malam sepanjang waktu diberlakukan secara nasional dan belanja bahan makanan dibatasi untuk pengiriman ke rumah, yang seringkali tidak tersedia di daerah yang lebih miskin.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, lebih dari 50 persen penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan.

Lebanon, negara berpenduduk lebih dari enam juta termasuk lebih dari satu juta pengungsi sedang mengalami krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Negara itu telah mencatat lebih dari 285.000 kasus virus corona dan lebih dari 2.470 kematian sejak wabah pandemi tahun lalu.

Pada hari Selasa, kasus barunya mencapai rekor harian untuk kematian karena COVID-19, sebanyak 73 kematian.

Wabah tersebut telah memperparah krisis ekonomi yang telah menyebabkan lebih dari setengah populasi jatuh di bawah garis kemiskinan, dengan seperempatnya hidup dalam kemiskinan ekstrem.

Pihak berwenang mengatakan mereka telah mulai mencairkan pembayaran bulanan sebesar 400.000 pound Lebanon (sekitar USD 50 dengan tarif pasar) kepada sekitar 230.000 keluarga.

Namun Juru Bicara Menteri Sosial Ramzi Musharrafieh mengakui pada hari Selasa bahwa tiga perempat penduduk masih membutuhkan bantuan keuangan. (T/R7/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sri astuti

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.