Putin-300x217.jpg" alt="" width="300" height="217" /> Presiden Vladimir Putin memimpin perolehan suara dalam pemilihan presiden Rusia (Foto: Istimewa)
Moskow, MINA – Presiden Vladimir Putin memimpin perolehan suara dalam pemilihan presiden (Pilpres) Rusia dengan 76,65 persen suara, setelah 99 persen surat suara dihitung, kata Komisi Pemilu Pusat (CEC), Senin (19/3).
Hampir 55,5 juta pemilih mendukung pencalonannya dalam pemilihan yang berlangsung hari Ahad (18/3) yang membuka jalan bagi Putin (65) untuk kembali memimpin negara tersebut sampai tahun 2024.
Pada Pilpres tahun 2012, Putin telah meraih 45,6 juta suara (63,6 persen) dan menjabat sampai 2018. Pada Pilpres tahun 2000, 39,7 juta orang (52,9 persen) memilihnya, sementara 49,6 juta (71,31 persen) mendukung pencalonannya pada tahun 2004
Putin mengucapkan terima kasih kepada para relawan pendukungnya atas kerja keras mereka selama kampanye pemilihan dan menyebutnya hasil awal “sangat layak”.
Baca Juga: AS Tingkatkan Serangan terhadap Cabang Al-Qaeda Hurrasud-Din
“Saya pikir kita adalah tim besar … maksud saya semua orang yang memilih hari ini dan karena posisi siapa hasil yang sangat layak ini muncul,” kata Sputnik mengutip Presiden pada Ahad malam.
Sementara itu, kandidat Partai Komunis Pavel Grudinin berada di posisi kedua dengan 11,87 persen suara, diikuti oleh kepala Partai Demokrat Liberal Rusia Vladimir Zhirinovsky dengan 5,73 persen, calon partai Inisiatif Sipil Ksenia Sobchak dengan 1,64 per, menurut CEC.
Grigory Yavlinsky, pendiri Partai Yabloko, hanya menerima 1,02 persen suara yang diikuti oleh Komisaris Presiden untuk Hak Pengusaha Boris Titov dengan 0,75 persen, ketua partai Komunis Rusia Maxim Suraykin dengan 0,68 persen dan Sergey Baburin dari partai All-People’s Union dengan 0,64 persen.
Lawan politik Putin yang paling sengit, Alexei Navalny, dilarang tampil bersaing karena sebuah hukuman penggelapan yang menurutnya direkayasa oleh Kremlin, demikian laporan BBC.
Baca Juga: India Pertimbangkan Terima Duta Besar Taliban karena Alasan Tiongkok
Dalam reaksi pertamanya terhadap hasil awal, Navalny mengindikasikan bahwa dia tidak dapat menahan kemarahannya.
“Sekarang adalah musim prapaskah. Aku membawanya pada diriku sendiri agar tidak marah dan tidak meninggikan suaraku. Oh well, saya akan coba lagi tahun depan,” katanya yang diunggah di akun Twitter-nya seperti dilaporkan The Asian Independent yang dikutip MINA.
Pemungutan suara hari Ahad juga merupakan yang pertama di Krimea sejak Rusia merebut wilayah tersebut dari Ukraina.
Namun, orang Rusia yang tinggal di Ukraina tidak diizinkan untuk berpartisipasi.
Baca Juga: Trump Terkejut Atas Penolakan Mesir dan Yordania Soal Relokasi Warga Gaza
Jajak pendapat pra-pemilihan telah menempatkan Putin, pemimpin terlayani negara itu sejak diktator Soviet Joseph Stalin, sebagai front-runner yang jelas. (T/B05/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lavrov: G20 Sambut Baik Perundingan Rusia-AS di Riyadh