Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Putra Kabul Dr. Ayub Mirdad: Relasi Pakistan-Afghanistan Rusak Sejak Penetapan Durand Line

Widi Kusnadi Editor : Rudi Hendrik - Senin, 24 November 2025 - 05:30 WIB

Senin, 24 November 2025 - 05:30 WIB

0 Views

Akademisi Universitas Airlangga, Dr. Mohammad Ayub Mirdad (foto: UNAIR)

 

Jakarta, MINA – Akademisi Universitas Airlangga kelahiran Kabul, Afghanistan, Dr. Mohammad Ayub Mirdad menegaskan konflik panjang antara Pakistan dan Afghanistan berakar pada pembagian batas kolonial Inggris (Durand Line) yang sejak awal dinilai tidak adil dan memicu ketegangan hingga saat ini.

Dalam dialog “Buka Mata Buka Telinga” yang disiarkan Radio Silaturahim AM 720 dan Rasil TV pada Ahad malam (23/11), Dr. Ayub menjelaskan bahwa garis perbatasan yang ditetapkan Inggris telah mencaplok banyak wilayah Afghanistan, sehingga menimbulkan penolakan historis dari Kabul. Kondisi ini, menurutnya, menjadi akar sengketa yang hingga kini belum terselesaikan.

Ia menyebut hubungan kedua negara semakin rumit setelah Pakistan dianggap memperlakukan Afghanistan sebagai proxy dalam berbagai fase konflik, mulai dari perlawanan terhadap kelompok mujahidin hingga pemerintahan Hamid Karzai dan Ashraf Ghani.

Baca Juga: BNPB Catat Rentetan Bencana Hidrometeorologi, Banjir Rendam Ribuan Rumah di Sumatra Barat

“Ketika Taliban kembali berkuasa, mereka tidak ingin lagi diperlakukan sebagai proxy Pakistan. Mereka merasa sudah setara sebagai pemerintah yang berdaulat,” jelasnya.

Dr. Ayub yang merupakan putra Tajik kelahiran Kabul juga menyoroti ketegangan baru akibat kelompok perlawanan Pakistan yang bersembunyi di wilayah Afghanistan. Menurutnya, keputusan Taliban memberikan perlindungan kepada kelompok tersebut menjadi salah satu faktor yang memicu kemarahan Islamabad.

Selain faktor geopolitik, ia menilai dinamika hubungan Afghanistan dengan India turut memperkeruh keadaan. Pakistan, katanya, memandang kedekatan Kabul–New Delhi sebagai ancaman karena India merupakan rival strategis mereka.

Di tengah ketegangan itu, Dr. Ayub meminta Indonesia untuk tampil lebih aktif dalam upaya mediasi internasional. Dengan reputasi diplomasi dan keberadaan ulama-ulama moderat, Indonesia dinilainya memiliki posisi strategis untuk membantu membuka ruang dialog antara kedua negara Muslim tersebut.

Baca Juga: Tumpukan Sampah Penuhi Kolong Tol Wiyoto Wiyono, DLH DKI Minta Warga Hentikan Pembuangan Liar

Ia menegaskan bahwa penyelesaian konflik Pakistan-Afghanistan membutuhkan pendekatan diplomatik yang berkesinambungan. Tanpa upaya serius, ketegangan ini akan terus berulang dan menghambat stabilitas kawasan Asia Selatan dan Asia Tengah. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Hari Guru Nasional 2025: Kemdikdasmen Ajak Bangsa Hormati Dedikasi Pendidik

Rekomendasi untuk Anda

Asia
Dunia Islam
Asia
Asia
Indonesia
Kolom
MINA Health
MINA Edu