Qatar Petroleum: Terima Kasih Blokadenya, Kami Semakin Kuat

Presiden dan CEO QP Saad Sherida Al-Kaabi. (Foto: Getty)

Doha, MINA – Ketua Petroleum (QP), perusahaan minyak milik negara, mengatakan, blokade yang dipimpin Arab Saudi terhadap negaranya yang berusaha membawa pemerintah Doha bertekuk lutut, hanya memperkuat negara Teluk kecil tersebut.

Dalam sebuah wawancara di Doha pada Ahad (23/7), Presiden dan CEO QP Saad Sherida Al-Kaabi mengatakan bahwa negara mengucapkan terima kasih kepada Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain dan Mesir atas tindakan mereka terhadap Qatar.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada empat negara atas blokade mereka, karena telah membuat Qatar menjadi lebih kuat, membuat rakyat Qatar lebih kuat, bisnis mereka lebih kuat. Kami akan keluar dari ini jauh lebih kuat dari sebelumnya,” katanya. Demikian The New Arab memberitakan yang dikutip MINA.

Menurutnya, blokade negara-negara tetangga itu tidak akan mempengaruhi sedikit pun negara terkaya di dunia itu.

Produksi Qatar yang mencapai 77 juta ton gas per tahun telah memperkuat posisinya sebagai pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar di dunia, mendorongnya menjadi salah satu negara terkaya di dunia.

“Tidak ada pembeli LNG yang tidak meminta Qatar untuk memasoknya,” kata Kaabi lalu menyebut negara-negara seperti Jepang, Cina, Jerman, Inggris dan bahkan UEA yang mengandalkan sekitar 57 juta meter kubik gas per hari dari Qatar.

Namun, Kaabi menegaskan bahwa negara tersebut tidak berniat memotong pasokan gas terhadap UEA, meski ada tindakan melawan pemerintah Doha.

“Kami menandatangani kontrak baru selama 10 tahun untuk memasok dua sampai 300 juta kubik (8,5 juta meter kubik) gas per hari. Kami juga memiliki kontrak 15 tahun untuk memasok Dubai dengan pengiriman LNG, jadi itu sekitar 40 persen dari kebutuhan mereka, untuk listrik,” kata Kaabi.

Menurutnya, jika UEA menghentikan pasokan gas, bahaya terbesar adalah pada rakyat UEA sendiri.

“Orang-orang UEA adalah sepupu, saudara, dan teman-teman dan kami tidak menentang mereka,” tambahnya.

Pada tanggal 5 Juni lalu, Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir memutuskan semua hubungan dengan pemerintah Doha dan memulai blokade terhadap negara Teluk itu.

Keempat negara Arab tersebut menuduh Qatar memiliki hubungan dengan Iran dan mendanai kelompok ekstremis. Namun, Qatar membantah keras tudingan tersebut. (T/RI-1/RS3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.