Baghdad, 4 Ramadhan 1437/9 Juni 2016 (MINA) – Suasana konflik di Irak, tak membuat surut warganya untuk bergembira menyambut Ramadhan tahun ini. Warga setempat pun berbondong-bondong, saling melepas tawa, bercanda ria mencari kua-kue manis favorit mereka di pasar-pasar tradisional rakyat.
Media Forex Tv edisi Rabu (8/6) bersumber Washington Post menggambarkan, jalan-jalan di kawasan perang yang sebelumnya kosong, tiba-tiba menjadi penuh sesak oleh warga. Toko-toko jus lokal, aneka buah, kue manis, dan permen ramai dikunjungi warga menjelang buka puasa Ramadhan.
“Warga ingin berbuka puasa dengan makanan yang cepat saji,” laporan media.
Liburan Islam selama sebulan Ramadhan meleburkan warga akan makna pentingnya keluarga besar masyarakat Islam dan seperti apa hidup ini.
Baca Juga: Israel Duduki Desa-Desa di Suriah Pasca-Assad Terguling
“Jus adalah minuman khas Irak untuk Ramadhan,” kata Abdulkarim Razouqi, pemilik toko Mishmish. Menurut Razouqi, warga juga banyak mencari kue terutama yang serba manis.
Ia membuka toko makanan di pusat kota distrik Karrada, Baghdad, menjual tujuh jenis jus selama bulan suci Ramadhan. Menurutnya, suasana akrab warga dari berbagai kalangan dan golongan sudah berlangsung berabad-abad lamanya.
Ia menjual jus-jus aneka rasa yang sudah dikemas dalam wadah plastik, dan dijual dengan harga sekitar 3 dolar AS (sekitar Rp30 ribu) per bungkus. Ada aneka jus yang ia siapkan, seperti jus delima, juga anggur, lemon dan lainnya.
Bagi umat Islam Syi’ah, yang merupakan mayoritas di Irak saat ini, Selasa adalah hari pertama Ramadhan. Sedangkan warga kalangan Sunni, memulainya Senin. Perbedaan ini sudah biasa berlangsung sejak lama.
Baca Juga: Warga Palestina Mulai Kembali ke Yarmouk Suriah
Namun, walau berbeda dalam memulai awal Ramadhan itu, keduanya tampaknya setuju bergandeng tangan, bercengkerama dan tertawa lepas sambil menikmati jus yang lezat, kue-kue manis, kurma dan roti donat, sebagai makanan buka puasa bersama. (P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel