Oleh : Sakuri, Redaktur Senior Kantor Berita MINA
“Innaalillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun,” informasi dari Pepi Burhanudin bahwa dr. Yose meninggal dunia. Demkian chat WhathApp yang masuk ke Penulis pukul 01.17 WIB Senin (20/1).
Bustamin Uce, Amir Ukhuwah Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah) mengcopy-paste pesan singkat Pepi Burhanudin selaku pihak keluarga almarhum dr. Yoserizal Jurnalis.
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Seketika itu pula berita duka menyebar ke hampir semua grup WhathApp untuk mendoakan almarhum.
Dokter Jose, begitu disapa, banyak meninggalkan rekam jejak (atsar) sebagai Pejuang Kemanusiaan sejati. Pengabdiannya untuk dan karena Allah semata tampak terasa.
Dalam catatan Penulis, dr. Jose dikenal orang yang berusaha keras untuk memurnikan segenap perjuangannya dan pengabdiannya, semata-mata terdorong karena dan untuk Allah, bukan untuk yang selainnya.
Hampir pada setiap mengawali penyampaian sambutan, almarhum mengawali dengan mengutip firman Allah dalam Surat surat al-An’am ayat 162:
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya : Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku, matiku dan perjuanganku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.”
Pesan yang ingin disampaikan, meskipun jejak sebagai pejuang kemanusiaan melambungkan namanya dan menembus batas dunia. Namun tetap semuanya itu didedikasikan untuk pengabdian dan penghambaan dirinya kepada Allah semata, bukan yang lain. Inilah akidah tulen seorang Mujahid pejuang.
Pejuang yang “Keras Kepala”
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Dalam suatu acara Talkshow yang digagas Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) bertopik “Palestina Fokus Perjuangan Pemersatu Umat Islam”, pada acara Islamic Book Fair 2015 di Panggung Selasar, Istora Gelora Bung Karno, Senayan, 7 Januari 2015, hadir narasumber Mantan Menteri Koperasi dan anggota ICMI, Adi Sasono kala itu, dan Presidium MER-C dr. Joserizal Jurnalis, Sp.OT.
Saat itu Adi Sasono dengan ringan kata menyebut Dr Joserizal sebagai orang yang keras kepala.
“Dokter Joserizal itu orangnya keras kepala”, kata Adi waktu itu dengan intonasi dan ekspresif gaya bicara orang Pekalongan kepada dokter Jose yang duduk di sebelahnya.” Dokter Josepun tersenyum saja saat itu.
Sejurus kemudian Adipun menjelaskan apa maksud keras kepala itu. Menurutnya, Joserizal itu orangnya keras kepala karena kalau sudah punya kemauan susah dibelokkan.
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Ia menambahkan peran Joserizal bersama MER-C sangat penting dalam membangun Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina menjadi tolak ukur akan penegakan keadilan dan kemanusiaan di dunia.
Ditambahkannya lagi, hal tersebut juga merupakan sebuah komitmen yang kuat dari rakyat Indonesia kepada rakyat Palestina dan Gaza khususnya, bahwa perjuangan ini harus tetap berlangsung dan mendapat dukungan sepenuhnya dari masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke.
Joserizal sebagai salah satu pendiri MER-C dan pelopor Rumah Sakit Indonesia di Gaza waktu itu juga mengemukakan bahwa perjuangan terhadap pembebasan Palestina merupakan perjuangan manusia yang cinta akan perdamaian dan kemaslahatan umat.
Ia juga menambahkan bahwa pembebasan tanah Jerusalem ini didukung oleh umat non-Muslim, seperti umat Katholik hingga Paus, sebagai perwakilan dari umat Katholik di dunia serta warga Yahudi yang tidak menyetujui Zionisme Israel.
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia
Jose juga menjelaskan bahwa dengan dibangunnya rumah sakit di Gaza ini diperlukan program berkesinambungan, seperti keperluan akan keahlian dari para relawan, manajemen rumah sakit, dan sebagainya yang nantinya akan lebih bermanfaat bagi rakyat Gaza.
“Pembangunan rumah sakit ini 100 persen disokong oleh dana dari warga Indonesia, serta dibangun dengan spirit dan semangat rakyat Indonesia untuk perjuangan rakyat Palestina”, kata dr Jose saat itu.
Mengawal Global March To Yerussalem
Jumat, 30 Maret 2012 adalah hari bersajarah, saat itu Global March To Jerussalem (GMJ) digelar. Dokter Jose saat itu ikut meminpin delegasi dari Indonesia pada pagelaran aksi terbesar sepanjang sejarah kala itu.
Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah
Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) saat itu, Muhyiddin Hamidy (alm) juga hadir memimpin ikhwan-ikhwan pada aksi itu. Setelah itu Imaam Hamidy dan rombongan melanjutkan perjalanan ziarah ke Masjidil Aqsa.
Selain itu, ada 16 aktivis dari AWG (Aqsa Working Group) melalui jalan darat untuk mengikuti aksi itu. Hadir pada aksi itu Yakhsyallah Mansur, yang saat ini menjadi Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah), menggantikan alm Imaam Muhyiddin Hamidy, serta Penulis.
Selama hampir dua pekan di Amman, Yordania Penulis punya kesan yang mendalam bersama dr. Jose saat itu.
Penulis bersama dr. Jose dan sejumlah ikhwan lainya mendiami satu flat. Seingat Penulis, dr. Jose saat itu tidak makan terlebih dahulu sebelum memastikan yang lainnya makan. Dan setiap bada shubuh ia memberikan arahan-arahan.
Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi
GMJ itu sendiri terdiri dari gerakan akar rumput di setiap negara yang berpartisipasi. Pawai ini dipusatkan melalui Komite Sentral Internasional, yang terdiri dari 42 delegasi regional terpilih.
Delegasi regional akan menunjuk 15 anggota untuk Komite Eksekutif Internasional dan merekrut ratusan pejabat tinggi dan tokoh-tokoh untuk Dewan Penasihat Internasional.
Dalam siaran pers Medical Emergency Rescue Commitee (MER-C), Sabtu (10/3/2012) kala itu menyebutkan, konvoi yang diorganisasi gerakan aktivis se-Asia ini akan menempuh jalur darat. Sebelum akhirnya akan berkumpul bersama jutaan manusia di perbatasan Yordania pada 30 Maret 2012.
Para relawan dan sejumlah jurnalis ini akan melakukan misi kemanusiaan di Yerusalem. Delegasi Indonesia terdiri atas dua aktivis dari VOP (Voice of Palestine), empat relawan MER-C sebagai tim medis, satu mahasiswa, 16 aktivis dari AWG (Aqsa Working Group), satu jurnalis Metro TV, satu jurnalis TV One, dan satu jurnalis Republika.
Baca Juga: Dato’ Rusly Abdullah, Perjalanan Seorang Chef Menjadi Inspirator Jutawan
Pendiri Kantor Berita MINA
Rabu, tanggal 3 Desember 2012 adalah hari bersejarah berdirinya Kantor Berita Mi’raj News Agency (MINA), dan lagi-lagi dr. Jose ambil peran itu bersama dengan para pendiri lainnya, seperti Muhyiddin Hamidy (alm), Ir. Faried Thalib, Adhyaksa Dault, dan Sony Sugema (alm).
Rekam jejaknya tercatat di sisi Allah dengan indahnya. Seperti firman-Nya:
إِنَّا نَحْنُ نُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا۟ وَءَاثَٰرَهُمْ وَكُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنَٰهُ فِىٓ إِمَامٍ مُّبِينٍ
Baca Juga: Hambali bin Husin, Kisah Keteguhan Iman dan Kesabaran dalam Taat
Artinya: “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS Yasin : 12).
Dr. Joserizal Jurnalis, masih banyak meninggalkan rekam jejak yang tak terangkum di halaman terbatas ini. Sebuah peninggalan (atsar) kebaikan Pejuang Kemanusiaan.
Semoga almarhum husnul khotimah dan akan menikmati jejak kebaikannya. Aamiin. (A/RS5/RS2/).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dari Cleaning Service Menjadi Sensei, Kisah Suroso yang Menginspirasi