Jakarta, MINA – Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Kementerian Perhubungan (BPTJ Kemenhub) Bambang Prihartono mengatakan, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BPTJ berpedoman pada Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ) untuk mengatasi kemacetan yang semakin parah.
“Kondisi transportasi yang semakin parah, kalau tidak dicarikan solusinya, di tahun-tahun berikutnya akan terjadi stagnan transportasi. Untuk itu kita perlu membuat Rencana Induk Transportasi Jabodetabek sebagai panduan bagi penyelenggara dan pengguna transportasi,” ujar Bambang dalam acara Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 dengan tema “Menata Transportasi Publik Perkotaan” di Jakarta, Kamis (18/10).
Bambang menjelaskan, salah satu inti dari RIT Jabodetabek adalah harus mampu melayani point to point. Kemacetan tidak lebih dari setengah jam dan kecepatan rata-rata harus 30 km perjam. Selanjutnya, akses pejalan kaki ke angkutan umum pun minimal 500 meter.
Untuk mendukung semua itu, RIT Jabodetabek telah melalui MoU antara 3 gubernur, yakni DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Sehingga nanti, dalam implementasinya mengacu pada rencana induk tersebut.
Baca Juga: Ketua MPR RI Salurkan Bantuan untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi
Dalam RIT Jabodetabek yang terdiri atas tiga tahap, yakni tahap I tahun 2018-2019, tahap II tahun 2020-2024, dan tahap III tahun 2025-2029.
Setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya diharuskan menyusun rencana aksi berkoordinasi dengan BPTJ Kementerian Perhubungan.
Bambang mengatakan, dalam tahap pertama ini, hal-hal yang dilakukan antara lain mengurangi kecelakaan di jalan seperti diketahui lebih banyak disebabkan oleh kendaraan roda dua. Untuk mengurangi dampak itu, di jalan Sudirman-Thamrin trotoarnya sudah diperlebar.
Pilar nomor dua, adalah jaringan prasarana bekerjasama dengan Bina Marga. Prasarana jalan tol, kereta api, dan lainnya yang dibangun selama kurun waktu tahun 2018-2019.
Baca Juga: HGN 2024, Mendikdasmen Upayakan Kesejahteraan Guru Lewat Sertifikasi
Selain akan menghadirkan 1000 bus ke pemukiman-pemukiman, pihak BPTJ juga fokus ke commuter line. Selanjutnya, membangun angkutan massal, seperti LRT dan MRT. Mulai dari Bekasi, Bogor ke Dukuh Atas. Mulai dari Lebak Bulus ke Gondangdia. MRT ini menjadi backbone dan LRT menjadi feedernya.
Berikutnya, menurut Bambang, BPTJ juga harus menyelesaikan permasalahan kemacetan, khususnya di ruas tol Jakarta – Cikampek. Hinga saat ini, BPTJ terus mencarikan solusi untuk kelancaran jalan tol Jakarta – Cikampek. Soal ganji genap, setelah itu akan dicari solusi lainnya.
Hal tersebut akibat dari kebutuhan transportasi yang semakin tinggi. Terlebih, aktivitas dan mobilitas di DKI Jakarta nyatanya tidak hanya diisi oleh masyarakat setempat saja, tetapi juga ditambah oleh mereka yang tinggal di kota penyangga, yakni Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi. (L/Sj/B05)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun