Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ridha, Tingkatan Tertinggi Ibadah Seorang Hamba

Widi Kusnadi Editor : Arif R - 17 detik yang lalu

17 detik yang lalu

0 Views

ilustrasi seseorang berdoa, mencerminkan sikap ridha kepada takdirnya (foto: Fpik)

RIDHA adalah salah satu sikap hati mulia dalam Islam, merupakan tingkatan tertinggi ibadah yang mencerminkan penerimaan penuh terhadap ketentuan Allah ‘Azza wa Jalla.

Sikap ini tidak hanya memperindah hubungan seorang hamba dengan Rabbnya, tetapi juga memberikan ketenangan dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.

Secara bahasa, “ridha” berarti senang, puas, atau menerima. Dalam konteks syariat, ridha adalah sikap hati yang menerima dengan lapang dada apa yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala, baik berupa nikmat maupun musibah.

Ridha kepada takdir Allah Ta’ala memang sering disebut sebagai salah satu bentuk ibadah tertinggi seorang hamba, karena menunjukkan kepasrahan, keimanan, dan kecintaan yang mendalam kepada Allah Ta’ala. Pandangan ini diutarakan oleh beberapa ulama dan tokoh dalam tradisi Islam, di antaranya:

Baca Juga: 10 Peran Ayah dalam Kehidupan Anak yang Harus Diketahui Setiap Orangtua

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa ridha adalah buah dari keyakinan yang kokoh terhadap kebijaksanaan Allah Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya.

Sementara Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Madarij As-Salikin menyebut ridha sebagai salah satu tingkat tertinggi dalam perjalanan seorang hamba menuju Allah Ta’ala. Ridha adalah kondisi di mana hati merasa tenang dan puas dengan semua keputusan Allah, tanpa ada penolakan atau protes.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga menyatakan bahwa ridha terhadap takdir Allah Ta’ala adalah salah satu bentuk kesempurnaan iman. Dalam berbagai tulisannya, ia menekankan bahwa ridha adalah bagian dari tawakal yang sejati kepada Allah Ta’ala, yaitu seseorang menyerahkan semua urusannya kepada Allah Ta’ala tanpa keraguan.

Allah Azza wa Jalla menyebutkan keutamaan ridha dalam beberapa ayat Al-Qur’an, di antaranya:

Baca Juga: Zionisme: Sejarah Gerakan dan Dampaknya

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ (التوبة [٩]: ١٠٠)

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-Taubah [9]: 100)

Sementara hadits Rasulullah SAW yang memperkuat keutamaan sikap ridha antara lain:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. (رواه مسلم)

Baca Juga: 10 Fakta Penting Tentang Konflik Palestina yang Jarang Diketahui

“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua urusannya baik, dan itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesulitan, ia bersabar, dan itu juga baik baginya.” (HR. Muslim)

Keutamaan Ridha

Ridha kepada takdir Allah Ta’ala mengajarkan kita bahwa segala ketentuan-Nya adalah yang terbaik bagi kita, meskipun terkadang takdir itu sulit untuk dipahami akal manusia.

Orang yang memiliki sikap ridha kepada takdir Allah Ta’ala, maka ia akan mendapatkan keutamaan-keutamaan, antara lain:

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-35] Kita Semua Bersaudara

Ketenangan Jiwa
Orang yang ridha tidak lagi dipenuhi kecemasan atau penyesalan atas hal-hal yang terjadi. Ia yakin bahwa semua takdir Allah memiliki hikmah terbaik.

Sikap ridha menjadikan hati seorang mukmin tenang dan terhindar dari kegelisahan. Ketika seseorang yakin bahwa semua yang terjadi adalah atas izin Allah, ia tidak akan merasa resah.

Kebahagiaan Sejati
Ridha membawa kebahagiaan, karena hati tidak bergantung pada dunia, tetapi pada Allah yang Maha Mengatur segalanya.

Ridha adalah kunci kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan ridha, seseorang tidak akan terjebak dalam kesedihan yang berlarut-larut.

Baca Juga: Urgensi Masjid Al-Aqsa sebagai Simbol Persatuan Umat Islam

Keberkahan dalam Hidup
Ridha mendatangkan keberkahan, baik dalam kesulitan maupun kemudahan. Segala hal yang dialami menjadi kebaikan baginya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi tentang syukur dan sabar di atas.

Hubungan yang Dekat dengan Allah
Ridha membuat seorang hamba semakin dekat kepada Allah, karena ia menerima apa yang Allah tetapkan dengan cinta dan keimanan penuh.

Mendapat Ridha Allah

Orang-orang yang ridha dengan ketetapan-Nya, maka Allah SWT pun akan meridhai mereka. Ridha Allah kedudukannya lebih besar dari segala kenikmatan dunia. Jika Allah SWT meridhai seorang hamba, maka Dia akan memberikan kasih sayang, ampunan dan kenikmatan terbaik di sisi-Nya.

Baca Juga: Keutamaan Hidup Berjama’ah dalam Perspektif Al-Qur’an

Cara Menumbuhkan Sikap Ridha

Bagaimana cara menumbuhkan sikap ridah kepada takdir Allah SWT, berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan:

Meningkatkan keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT. Seorang hamba hendaknya meyakini bahwa Allah adalah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui, serta semua keputusan-Nya adalah yang terbaik untuk hamba-Nya.

Memperbanyak dzikir dan doa.  Berzikir mengingat Allah Ta’ala, seperti membaca hasbunallah wa ni’mal wakil (cukuplah Allah sebagai pelindung), membantu hati menjadi lebih tenang dan menerima takdir-Nya.

Baca Juga: Ketangguhan Pejuang Palestina dan Pesimisme Tentara Israel dalam Krisis Gaza

Mempelajari iIlmu agama. Dengan pemahaman yang mendalam tentang konsep takdir dan hikmah di balik setiap peristiwa akan membantu seseorang untuk lebih ridha.

Melatih syukur dan sabar. Syukur atas nikmat yang diberikan dan sabar menghadapi musibah adalah kunci utama dalam membentuk sikap ridha.

Mengingat kehidupan akhirat. Menyadari bahwa dunia hanyalah sementara dan akhirat adalah tujuan akhir akan membantu seseorang menerima ketentuan Allah dengan lapang dada.

Contoh Perbuatan yang Mencerminkan Sikap Ridha

Baca Juga: 10 Akhlak dalam Pernikahan, Pondasi Keharmonisan

Dalam kehidupan sehari-hari. Sikap ridah kepada Allah tercermin dalam ucapan, perbuatan, sikap dan aktifitasnya dalam kehidupan. Berikut beberapa contoh perbuatan yang mencerminkan sikap ridha:

Menerima ujian dengan lapang dada. Ketika seseorang kehilangan harta, keluarga, atau pekerjaan, ia tidak mengeluh atau berputus asa tetapi yakin bahwa semua itu adalah ujian dari Allah.

Tidak merasa iri terhadap nikmat orang lain. Ridha membuat seseorang tidak iri kepada orang yang mendapatkan lebih banyak nikmat, tetapi justru mendoakan kebaikan bagi mereka.

Berbaik sangka kepada Allah dalam setiap kejadian, ia yakin bahwa ada hikmah besar yang Allah tetapkan, meskipun belum terlihat oleh manusia.

Baca Juga: Krisis Kemanusiaan di Palestina, Tanggung Jawab Global

Tetap beribadah dengan konsisten. Ridha tercermin dalam ketaatan kepada Allah dalam segala keadaan, baik saat senang maupun sulit, ia tetap maksimal dalam ibadah dan membangun ketaatannya kepada Allah Ta’ala.

Ridha adalah sikap hati yang mulia dan salah satu jalan menuju kebahagiaan sejati. Dengan ridha, seorang mukmin dapat menghadapi segala ujian kehidupan dengan lapang dada, selalu bersyukur atas nikmat, dan bersabar atas musibah.

Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang senantiasa ridha terhadap ketentuan Allah Ta’ala. Aamiin. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Manusia yang Paling Buruk di Sisi Allah: Sebuah Refleksi Hadist tentang Akhlak dan Kehidupan Bermasyarakat

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Tausiyah
Tausiyah
Kolom