Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA
Saat kerusuhan menghantam kawasan luas di New Delhi pekan lalu, seorang mahasiswa Hindu Sreekanth Sivadasan (24) berusaha menyelamatkan rekan kuliahnya, Abdulla Shaheen (24).
Ia menyembunyikan temannya itu, dan memintanya untuk tidak menyebutnya sebagai Muslim, karena takut perusuh Hindu akan membunuhnya.
“Jika mereka tahu dia adalah seorang Muslim, dia akan dibunuh di sana. Situasinya sangat buruk,” ungkap Sivadasan, kepada NBC News, melalui layanan berita WhatsApp.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Persahabatan dramatis antaragama ini membuat mereka mendokumentasikan kekerasan berdarah yang mengguncang negara Asia Selatan. Saat sedikitnya 30 orang tewas dan lebih dari 200 lainnya terluka di ibukota India, hanya dalam tiga hari kerusuhan terkait Undang-Undang Kewarganegaraan (CAA) yang diumumkan PM Narendra Modi awal pekan ini.
Ketegangan mencapai titik puncaknya saat ada kunjungan Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (25/2).
Sivadasan dan Abdulla Shaheen, telah menemui kekerasan sejak Desember ketika polisi memaksa mereka ke kampus Universitas Jamia Millia Islamia, tempat keduanya kuliah jurnalistik.
Polisi saat itu merangsek ke kampus dan menembakkan gas air mata ke perpustakaan dan menyerang para mahasiswa di masjid kampus.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Sejak itu, Abdulla Shaheen, yang juga sebagai jurnalis media online Maktoob berbasis di New Delhi, telah ditangkap lima kali sejak ikut ia melaporkan aksi protes damai.
Ketika NBC News meneleponnya pada hari Rabu (26/2), ia baru saja dibebaskan setelah ditangkap semalaman karena ikut dalam unjuk rasa di luar rumah menteri kabinet.
“Ketika saya melaporkan protes, polisi meminta saya untuk datang bersama mereka ke kantor polisi. Saya menunjukkan kepada mereka Kartu Pers saya, tetapi mereka tidak mengakuinya dan berulang kali menyebut saya seorang teroris,” katanya saat diinterogasi polisi.
“Aku merasa sudah hampir mati. Lalu kami memberi tahu polisi agar jangan memukul mahasiswa yang masuk,” ujarnya memberikan kesaksian.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Diapun memberi tahu mahasiswa lainnya untuk tidak membalas tindakan polisi.
Naluri Jurnalisme dan Kemanusiaan
Sreekanth Sivadasan sendiri saat kerusuhan itu, sesuai naluri jurnalismenya, mencoba mendokumentasikan ketegangan dan kekerasan. Diapun sempat diancam oleh sekelompok pemuda Hndu lainnya untuk menghentikan kegiatan dokumentasinya.
“Saya sempat dikejar oleh sekelompok pemuda yang membawa pentungan dan tongkat serta menyanyikan Jai Shri Ram,” katanya.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Jai Shri Ram merupakan sebuah ungkapan bahasa Hindi yang berarti “kemenangan untuk Ram”, dan sering digunakan di India untuk menyambut Ram dewa Hindu terkasih.
Sivadasan, tak jera, ia secara sembunyi-sembunyi tetap berusaha mendokumentasikan warga sipil yang diserang kelompok pemuda.
Sebuah foto jepretannya menunjukkan seorang pria dengan cedera kepala serius yang dihajar dalam perjalanan pulang kerja. Foto lainnya, seorang remaja lelaki yang tertelungkup di atas tandu dalam perjalanan ke rumah sakit setelah ditembak di pinggang.
Dalam gambar lain, seorang pekerja pabrik tampak berlumuran darah setelah ditembak di wajah di depan rumahnya di Kabir Nagar, sebuah kawasan industri di New Delhi.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Istri pria itu menangis histeris di sebelahnya. Dia mengatakan penyerangnya adalah petugas polisi, tapi belum dapat diverifikasi.
“Kedamaian dan harmoni adalah etos kami. Saya memohon kepada saudara dan saudari saya di Delhi untuk memastikan perdamaian dan persaudaraan setiap saat,” tulis mahasiswa Hindu tersebut.
Tersebar juga video yang dibagikan di media sosial terlihat para demonstran memanjat menara masjid di Ashok Nagar, menghancurkan simbol bulan sabit Islam di atas menara, dan mengibarkan bendera yang melambangkan dewa Hindu.
Meskipun tidak nyaman bahwa identitas dirinya sebagai Hindu memungkinkannya untuk mendokumentasikan kerusuhan, dan meindungi sahabatnya, Abdulla Shaheen di tempatnya, Sreekanth Sivadasan menemukan kenyamanan dalam persahabatannya dengan sahabat karibnya itu. Naluri kemanusiaan telah memanggilnya.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
“Kami tahu kami akan berada di sana untuk satu sama lain. Saya hanya tahu dia tidak akan mengecewakan saya. Itu sudah lebih dari cukup saat ini,” katanya.
Berharap kerusuhan jangan sampai terjadi, yang hanya akan merusak harmoni kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di Negara besar nan majemuk, India. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang