New Delhi, MINA – Setidaknya 13 orang telah tewas, termasuk seorang perwira polisi, dalam dua hari bentrokan di New Delhi, ibu kota India, antara ratusan pendukung dan penentang Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan (CAA).
Kerusuhan meletus di beberapa bagian New Delhi pada Senin, beberapa jam sebelum kedatangan Presiden AS Donald Trump ke India dalam kunjungan kenegaraan.
Polisi berdiri di depan toko-toko yang terbakar di New Delhi menyusul bentrokan baru sejak Ahad hingga Selasa (25/2), demikian CNN melaporkan.
Polisi mengerahkan gas air mata di daerah-daerah yang terkena dampak, ketika para pengunjuk rasa melemparkan batu dan membakar sejumlah kendaraan dan sebuah pom bensin.
Baca Juga: HRW: Pengungsi Afghanistan di Abu Dhabi Kondisinya Memprihatinkan
Kekerasan itu terjadi di East Delhi, sekitar 11 mil dari tempat Trump mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, Selasa.
Arvind Kejriwal, pejabat terpilih tertinggi di Delhi, dalam tweet-nya mengatakan, kekerasan itu “sangat menyedihkan” dan ia meminta agar “perdamaian dan harmoni” dipulihkan.
Pada hari Selasa, 150 orang berada di rumah sakit dengan berbagai cedera akibat hantaman benda tumpul dan cedera peluru, menurut seorang petugas medis, yang tidak mau disebutkan namanya.
Lima puluh dari mereka yang terluka cedera karena senjata api, kata petugas medis itu.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Bentrokan meletus pada hari Ahad (23/2) setelah para pendukung Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan (CAA) menyerang tempat-tempat protes anti-pemerintah. CAA, UU yang dijuluki “anti-Muslim” itu telah memicu protes nasional, terutama oleh Muslim. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)