Oleh: Rudi Hendrik, wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Mengejutkan! Jumlah jamaah yang menghadiri Grand Launching “One Day One Juz” (ODOJ) di Masjid Istiqlal Jakarta pada Ahad, 4 Mei 2014, mencapai 30 ribu orang. Lantai lima yang biasa tidak terpakai, dipenuhi jamaah.
Padahal, ODOJ merupakan gerakan yang memiliki visi membudayakan tilawah (membaca Al-Quran) sehari satu juz di seluruh lapisan masyarakat Muslim.
Gerakan ini pada awalnya merupakan komunitas kecil yang kini menjelma menjadi gerakan masif yang menggerakkan masyarakat.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Secara teknis, melalui grup whatsapp/BBM program ini dijalankan. Tiga puluh orang dalam satu grup memiliki target bacaan masing-masing satu juz berbeda setiap harinya, sesuai dengan urutan masing-masing.
Setiap anggota bertekad menyelesaikan tilawah satu juz per harinya. Tercatat hingga saat ini, komunitas ODOJ telah memiliki lebih dari 95.000 anggota.
Komunitas ini juga sudah menyebar di beberapa negara tetangga.
Jumlah jamaah yang memadati Masjid Istiqlal menunjukkan antusias masyarakat kota, khususnya Jakarta, terhadap wahyu suci Allah itu.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Yang menarik dari acara Grand Launching ini, yaitu hadirnya sejumlah figur publik yang berprofesi sebagai aktor dan aktris yang identik dengan dunia entertainment, padatnya jadwal shooting dan dunia glamour. Mereka di antaranya adalah Dude Harlino dan isterinya Alyssa Soebandono, Baim Wong, Teuku Wisnu, Oki Setiana Dewi dan lainnya.
Fakta hari itu menunjukkan bahwa membaca Al-Quran di kalangan masyarakat menengah ke atas di kota besar semakin populer. Terbukti dari beberapa artis yang menjadi figur utama dalam komunitas ini dan sarana grup whatsapp/BBM secara tidak langsung menunjukkan kelasnya.
Nikmati Setiap Huruf yang Allah Turunkan
Lalu apa kata seorang pemenang Aktor Terfavorit dalam Panasonic Awards tentang membaca Al-Quran yang kini menjadi salah satu agenda per harinya?
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Dalam pernyataannya di tengah-tengah puluhan ribu jamaah, Dude mengajak seluruh umat Islam agar “menikmati” setiap huruf Al-Quran yang Allah turunkan kepada manusia.
“Bagaimana supaya setiap harinya kita mengharuskan diri untuk membaca Al-Quran, itu yang paling penting,” kata putera Minangkabau itu.
Menurutnya, ketika membaca Al-Quran sebaiknya ada peresapan di dalam hati. Dan akan terlebih baik jika makhraj (keluarnya huruf) dan tajwid (cara membunyikan huruf) tepat, serta dapat memahami artinya.
“Lebih utama jika bisa merenungi apa yang terkandung di dalamnya,” kata Dude.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Dude menjelaskan bahwa ada sunnah (contoh) dari Rasulullah SAW. Ketika Rasul membaca ayat-ayat azab, beliau memohon ampun kepada Allah, bahkan bisa dilakukan semalaman.
“Yang paling penting adalah bagaimana memasukkan Al-Quran ke dalam hati kita, tidak terburu-buru atau hanya mengejar target, tetapi merenungi, meresapi setiap huruf yang ada di dalam Al-Quran. Karena itulah yang bisa membangkitkan semangat kita dalam perjuangan.”
Ya, itulah pandangan Dude tentang membaca Al-Quran. Subhanallah. Bagaimana dengan diri kita yang mungkin memiliki banyak waktu luang dalam 24 jam?
Sudah tentu, artis lain yang ikut dalam gerakan ini memiliki pandangan dan praktik yang tidak jauh bebeda dengan Dude.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Masjid Al-Aqsha Harus Diselamatkan
Di saat Muslim di Indonesia sedang semangat-semangatnya mengakrabi Al-Quran, di sisi lain, kiblat pertama umat Islam sedang terancam.
Masjid Al-Aqsha, kiblat pertama sebelum Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah, kini diambang keruntuhan. Masjid suci ketiga dalam Islam tersebut, kini berada di bawah kangkangan kaum perusak, Zionis Yahudi Israel.
Dengan sewenang-wenang, pemerintah Israel melakukan yahudisasi terhadap Masjid Al-Aqsha. Hampir setiap hari pemukim ekstrimis Yahudi menyerbu, menodai situs suci Muslimin itu dengan melakukan berbagai ritual.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Dengan alasan di bawah Al-Aqsha terkubur kuil suci kuno Yahudi, otoritas Israel secara licik mencoba meruntuhkan Masjid Al-Aqsha dengan menggali dan membuat ruang kosong di bawah pondasi masjid.
Ancaman keruntuhan masjid suci di negeri Syam yang diberkahi itu kian dekat dengan munculnya retakan-retakan di beberapa bagian dinding kompleks masjid.
Selain itu, kekuasaan penjajah Zionis Israel membuat mereka leluasa melarang Muslim Palestina untuk shalat berjamaah di sana. Polisi-polisi Israel secara sepihak mendirikan pos-pos pemeriksaan yang ketat di sekitar kompleks.
Ancaman akan tibanya masa di mana Al-Aqsha hanya tinggal sebuah nama, memaksa berbagai kalangan umat Islam berjuang untuk menyelamatkan Masjid Al-Aqsha dari penggerogotan Zionis Israel.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Berbekal dasar begitu sucinya Masjid Al-Aqsha dengan segala keutamaannya, ditambah kondisinya yang kini begitu kritis, maka sejak tahun 2006 lahirlah pernyataan Perang Pembebasan Al-Aqsha (Ghazwah Fathul Aqsha).
Pernyataan perang ini dimaklumatkan oleh sekelompok orang-orang yang beriman yang secara lahiriah tidak memiliki pasukan bersenjata untuk memerangi tentara Israel, membebaskan Masjid Al-Aqsha.
Namun bermodal keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya serta semangat kehormatan Islam yang tinggi, Jamaah Muslimin (Hizbullah) mampu fokus dalam pembelaan terhadap Al-Aqsha, di saat umat Muslim yang lain sibuk diadu domba dalam pergulatan politik demi memburu kekuasaan.
Pasukan Berhati Al-Quran
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
“Masjid Al-Aqsha adalah berkah Allah, maka pembebasannya pun harus dengan wahyu Allah yang disyariati melalui tangan-tangan para mujahid,” kata Darsono Abu Dzar, Ketua Panitia seminar dan tabligh akbar Al-Quran yang diadakan oleh Jamaah Muslimin (Hizbullah) pada akhir April, sebagai bagian dari perjuangan mereka menyiapkan Pasukan Berhati Al-Quran.
Dalam sejarah, Masjid Al-Aqsha menjadi rebutan oleh kekuatan dunia. Bukan kali ini saja masjid ini lepas dari tangan umat Islam. Dan ketika Al-Aqsha dikuasai oleh kekuatan kafir, tidak akan mudah untuk membebaskannya dan mengembalikannya ke dalam pangkuan Muslimin.
Pada masa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam, mesjid Al-Aqsha dikuasi oleh kekaisaran Romawi Timur yang beragama Kristen, kemudian dapat dibebaskan pada masa Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, pada tahun 16H/636M.
Al-Quds yang berada di Palestina berada dibawah kepemimpinan kaum Muslimin selama hampir 1.300-an tahun. Kemudian dirampas oleh kaum Salib dan berada dibawah kekuasaan mereka selama hampir 100 tahun. Lalu berhasil direbut kembali oleh panglima Sholahuddin Al-Ayyubi.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Dari kedua pasukan yang pernah membebaskan masjid Al-Aqsha, yaitu pasukan Khalifah Umar dan Sholahuddin, ternyata mereka bukan sekedar pasukan yang beriman kepada Allah dan Rasul-nya, jumlahnya besar, tangguh, loyalitas tinggi dan sangat senang mati syahid. Pasukan yang pernah membebaskan Al-Quds di mana Al-Aqsha di dalamnya, adalah pasukan yang gemar bertahajud di sepertiga malam dan mereka adalah Pasukan Berhati Al-Quran, pasukan para penghapal Al-Quran. Ayat-ayat suci tidak lagi berada di tangan dan mata mereka, tapi sudah tertuang di kalbu mereka.
Pembebas Al-Aqsha adalah Para Penghapal Al-Quran
Syarat pembebasan Al-Quds adalah Al-Quran. Yang bisa membebaskan Masjid Al-Aqsha adalah pasukan penghapal Al-Quran. Itulah yang diyakini oleh Jamaah Muslimin (Hizbullah) yang menurut mereka, upaya perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsha mengalami peningkatan yang pesat.
Amir Jamaah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Jabodetabek Agus Priyono menyatakan bahwa perjuangan dalam upaya pembebasan Masjid Al-Aqsha mengalami peningkatan pesat.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
“Banyak Muslimin internasional yang sudah mengenal perjuangan kita dan banyak pula yang turut bergabung. Artinya, terjadi peningkatan yang pesat sekali,” kata Agus kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Jakarta (26/4).
Menurut pengajar di Universitas Gajah Mada itu, perkembangan perjuangan Al-Aqsha sejak 2006 bertahap, dimulai dengan long march melakukan perjalanan malam (isra’) sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah, kemudian mengadakan seminar-seminar, mengajak para intelektual Muslim dari berbagai negara hingga mengirimkan sejumlah ustadz dari Jamaah Muslimin untuk berdakwah di Yaman, Sudan, Mesir, dan terakhir ke Gaza.
“Dari berjalan kaki, dari seminar ke seminar, sampai akhirnya pengiriman SDM kita ke luar negeri. Hingga sekarang kita memiliki media dakwah yang juga sudah mendunia, ini suatu lompatan yang besar,” tegas Agus.
Setelah mensosialisasikan tentang kondisi Masjid Al-Aqsha kepada Muslimin dunia, kata Agus, selanjutnya adalah mengajak Muslimin bersatu dalam satu barisan.
“Sebagaimana pengalaman Khulafaur Rasyidin, Masjid Al-Aqsha hanya bisa bebas ketika kaum Muslimin bersatu, dalam kondisi rapat ukhuwahnya.”
Selanjutnya, Jamaah Muslimin (Hizbullah) tengah gencar mempersiapkan generasi penghapal Al-Quran sebagai bagian dari upaya pembebasan Masjid Al-Aqsha.
“Pembebasan Masjid Al-Aqsha dari masa Umar bin Khaththab hingga sekarang, berkali-kali dibebaskan oleh Muslimin yang pada dasarnya mereka berakidah kuat dan baik, pada umumnya mereka adalah orang-orang yang memiliki hapalan atau hafidz Al-Quran,” ujar Agus.
“Yang kita lakukan adalah mengarah kepada apa yang pernah terjadi sebelumnya, yaitu bahwa pembebas-pembebas Al-Aqsha adalah para penghapal Al-Quran.”
Membangun Pasukan Berhati Al-Quran
Keseriusan Jamaah Muslimin (Hizbullah) yang dipimpin oleh Muhyiddin Hamidy dalam mempersiapkan Pasukan Pembebas Al-Aqsha ditunjukkan dengan mengadopsi metode pembelajaran Al-Quran dari negeri hafidz, yaitu Gaza, Palestina. Bahkan mendatangkan pengajarnya langsung untuk mengajar di beberapa Pondok Pesantren Al-Fatah asuhan Hizbullah di beberapa daerah.
Upaya mendukung lain yang tak kalah penting dalam melahirkan para penghafal Al-Quran, kini Jama’ah Muslimin (Hizbullah) juga mendirikan Shuffah Al-Quran Abdullah Bin Mas’ud (SQABM) on line. Seperti disinggung di atas, pengajarnya adalah para hafidz Qur’an terbaik dari Gaza Palestina, Sudan, dan beberapa negara lainnya.
Di Gaza, pemerintah yang berasal dari gerakan perlawanan Hamas, telah berhasil memproduksi ribuan penghapal Al-Quran per tahunnya.
Mengapa agresi militer Israel yang biadab pada Desember 2008 memfokuskan pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza?
Menurut Dr Stephen Carr Leon yang berada di Israel selama tiga tahun, setelah perang lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust militer Israel mencapai lebih dari 1.300 orang. Hampir setengah darinya adalah anak-anak.
Target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismail Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3.500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz Al-Quran. Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Al-Quran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi.
“Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Al-Quran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?” demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.
Tidak heran jika anak Palestina menjadi para penghafal Al-Quran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan Al-Quran. Karena ketakutan sang penjajah, lebih 500 bocah penghafal Al-Quran itu telah syahid.
Dan Hamas di Gaza telah menunjukkan bahwa syarat untuk menjadi prajurit, salah satunya adalah hapal Al-Quran. Para pejuang yang setiap malam berjaga di perbatasan Gaza adalah para prajurit hafidz yang siap syahid setiap waktu oleh peluru dan bom penjajah Israel.
Sambut Generasi Qurani
Fakta semakin digemarinya Al-Quran sebagai bacaan utama dalam hidup keseharian, seolah menjawab kebutuhan dari Jamaah Muslimin (Hizbullah) yang sedang membina generasi Qurani.
Ternyata, cikal bakal Generasi Qurani tidak hanya akan muncul dari lingkungan pesantren, namun kejutan yang dihadirkan oleh Gerakan One Day One Juz di Masjid Istiqlal, menunjukkan bahwa masyarakat perkotaan pun siap menjadi bagian dari Pasukan Berhati Al-Quran. Insya Allah. (P09/O2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)