Raqqa, Suriah, 24 Rabi’ul Akhir 1438/ 23 Januari 2017 (MINA) – Pasukan Demokratik Suriah (SDF), kekuatan utama dalam pertempuran melawan militan Islamic State (ISIS) di Suriah utara, mengecam pengucilan terhadap mereka dari pembicaraan damai di Astana, ibukota Kazakhstan.
Pembicaraan yang dimediasi oleh Turki dan Rusia itu dimulai pada 23 Januari yang melibatkan pemerintah dan oposisi Suriah serta berbagai pihak yang terlibat dalam konflik Suriah.
“Meskipun semua kemenangan kami raih melawan teroris ISIS di Suriah utara, kami telah dikeluarkan dari pembicaraan Astana,” kata SDF pimpinan Kurdi dalam sebuah pernyataan pada Ahad (22/1).
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
SDF mengecam pengecualian tersebut dan mengatakan itu adalah pelanggaran terhadap pengorbanan mereka dalam memerangi ISIS. Kelompok yang tidak disukai oleh Turki ini menekankan bahwa mereka telah membebaskan wilayah kunci Suriah dari kelompok “teroris”.
“Dengan demikian, hasil apapun yang keluar dari pembicaraan ini tidak akan mengikat bagi faksi SDF,” tegas SDF.
Menurut politisi Kurdi dan pemimpin Partai Persatuan Demokrasi (PYD) Kurdi Salih Muslim, tidak memasukkan SDF dalam pertemuan Astana adalah sebuah kesalahan yang akan membatasi ruang lingkup dan luasnya pembicaraan.
Muslim mengatakan kepada ARA News bahwa SDF adalah salah satu pemain penting yang dukungannya akan diperlukan untuk setiap perjanjian abadi.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Dia menambahkan bahwa mengadakan pembicaraan damai tanpa partisipasi SDF tidak akan menyebabkan solusi yang sebenarnya.
Para negosiator pada pertemuan Astana hari ini bertujuan untuk membangun sebuah gencatan senjata nasional yang sebagian besar telah diadakan meskipun masih terjadi pertempuran berskala kecil di beberapa wilayah di Suriah. (T/RI-1/RS3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama