Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebaik-Baik Bekal adalah Taqwa

Ali Farkhan Tsani - Selasa, 29 Maret 2016 - 07:36 WIB

Selasa, 29 Maret 2016 - 07:36 WIB

4646 Views

Sebaik-baik-bekal-adalah-takwa maidaninews

(maidaninews)

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar

Suatu perjalanan tentu memerlukan perbekalan yang memadai. Perjalanan dari rumah ke tempat kerja paling tidak memerlukan bekal bensin atau uang transport untuk pergi-pulang. Pulang mudik tentu bekalnya harus lebih banyak lagi. Pergi ke tanah suci, bekalnya di samping harus banyak juga lengkap, jasmani, rohani, jiwa dan raga.

Nah, apatah lagi ini perjalanan panjang kampung akhirat, bekalnya haruslah dipersiapkan sebaik-baiknya dan selengkap-lengkapnya saat di alam dunia ini. Dan tidak lain, bekal itu adalah taqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Allah menyatakan di dalam firman-Nya:

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat

…..وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُوْلِي اْلأَلْبَا

Artinya: “…..Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 197).

Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menyiapkan bekal suatu perjalanan, dalam hal ini ayat berbicara berkaitan dengan perjalanan haji. Karena penyiapkan bekal untuk itu merupakan tindakan menghindari dari membutuhkan bantuan orang lain.

Di dalam sebuah hadits disebutkan, adalah penduduk Yaman pergi berhaji. Mereka sengaja tidak membawa bekal dan berkata, “Kami hanya bertawakal kepada Allah”. Maka Allah berfirman, “Berbekallah kalian. Sesungguhnya sebaik-baik bekal ialah ketakwaan”.

Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan

Mereka dilarang bersikap demikian, hanya pasrah tanpa bekal perjalanan haji. Namun justru untuk itupun diperintahkan supaya membawa bekal, seperti tepung, gandum dan kue kering (bekal makanan). Kalau sekarang tentu bisa lebih luas lagi, bekal makanan, minuman, biaya dan bekal lain yang diperlukan selama perjalanan. Di sming tentu adalah bekal aqidah taqwa kepada Allah. Sebab dengan taqwa itulah akan dapat menyelesaikan berbagai persoalan.

Allah berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِب

Artinya: “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah berikan baginya jalan keluar dan Allah akan berikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak dia sangka-sangka”. (Q.S. At-Thalaq : 2-3).

Baca Juga: Pemberantasan Miras, Tanggung Jawab Bersama

Firman Allah pad ayat lainnya:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

Artinya: “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah jadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. (Q.S. At-Thalaq: 4).

Disebutkan juga di dalam hadits dari Anas Radhiyallahu ’Anhu, dia berkata: Ada seorang lelaki yang datang menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, saya hendak bepergian, maka berilah saya bekal.” Maka beliau menjawab, “Zawwadakallahut taqwa (semoga Allah membekalimu dengan takwa).” Lalu dia berkata, “Tambahkan lagi bekal untukku.” Beliau menjawab, “Wa ghafara dzanbaka (semoga Allah mengampuni dosamu).” Dia berkata lagi, “Tambahkan lagi bekal untukku, ayah dan ibuku sebagai tebusan bagimu.” Beliau menjawab, “Wa yassara lakal khaira haitsuma kunta (semoga Allah mudahkan kebaikan untukmu di mana pun kamu berada)”. (H.R. At-Tirmidzi).

Baca Juga: Lima Karakter Orang Jahil

Persiapan untuk akhirat

Mengumpulkan bekal taqwa berupa menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, merupakan bagian dari persiapan untuk kampung akhirat. Ibarat menabung adalah kita sedang menyiapkan ‘TASKA’ (Tabungan Asuransi Kampung Akhirat) atau ‘BCA’ (Bank Central Akhirat).

Tabungan ini berupa mengerjakan ibadah-ibadah mahdhah individu, seperti shalat lima waktu, bertadarus Al-Quran, memanjatkan doa, berdzikir, dan beristighfar. Juga ibadah yang berdimensi sosial, seperti menunaikan zakat, infaq shadaqah, menyantuni fakir miskin, membangun fasilitas sosial, memaafkan orang lain, dan sebagainya.

Allah mengingatkan tentang pentingnya persiapan ini di dalam ayat:

Baca Juga: Ternyata Aku Kuat

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٌ۬ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ۬‌ۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ

Artinya: “Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Hasyr [59]: 18).

Persiapan untuk hari esok yang dekat yaitu kematian dan esok yang jauh yaitu hari kiamat. Yakni bahwa orang beriman itu menyiapkan diri dengan ibadah, amal shalih, dan ketha’atan. Mukmin itu semakin hari seharusnya semakin berkualitas, semakin baik dan semakin bertakwa.

Ibnu Jarir Ath-Thabari memberikan pendapat, “Lihatlah apa yang akan terjadi di hari kiamat kelak dari amalan-amalan yang diperbuat manusia. Apakah amalan shalih yang menghiasi dirinya ataukah amalan kejelekan yang berakibat jelek di akhirat?”

Baca Juga: Amalan Pengundang Rezki Berkah lagi Melimpah

Karena itu, tidak lain menyiapkan bekal dengan berbagai amalan kebaikan menjadi kebutuhan utama setiap kita individu Muslim. Sehingga kelak saat menghadap Allah dan menuju hari akhirat, bekal itulah yang menjadi kawan kita menuju syurga yang penuh kenikmatan. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Mendidik dengan Kasih Sayang

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Tausiyah
Kolom
Tausiyah