Bangkok, 15 Rajab 1436/4 Mei 2015 (MINA) – Mantan Ketua Asosiasi Rohingya Thailand Abdul Kamal mengatakan kepada Bangkok Post, Senin (4/5), setidaknya ada 60 kamp penahanan migran di sepanjang perbatasan Thailand-Malaysia, sebagian besar di wilayah Malaysia.
“Di setiap kamp, ada antara 150 hingga 800 orang ditahan,” kata Kamal, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Chris Lewa, Direktur Arakan Project, sebuah LSM yang bekerja mengamati nasib etnis Rohingya di Myanmar selama lebih dari satu dekade, mengungkapkan, dirinya telah melihat gambar penampungan yang terletak 300 meter utara dari perbatasan Malaysia.
“Kami melihat jajaran panjang gubuk bambu dengan selembar terpal sebagai atap. Sekitar 100 orang dapat ditempatkan di setiap gubuk. Tahun lalu, beberapa orang yang saya wawancarai mengatakan kepada saya, mereka ditahan bersama 1.500 orang lainnya,” ujarnya.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
“Jika mereka mencari di kawasan hutan sepanjang perbatasan Malaysia, mereka akan menemukan ratusan mayat,” kata Lewa yang meyakini kuburan massal Muslim Rohingya yang ditemukan Jumat lalu di Distrik Sadao, Provinsi Songkhla, adalah “puncak gunung es”.
Pemerintah Thailand berada di bawah tekanan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk aktif memerangi perdagangan manusia.
“Para pedagang sekarang menggunakan kamp lepas pantai di kapal,” kata Lewa.
“Seorang pemuda mengatakan kepada saya, ia telah ditahan selama 40 hari di perahu sekitar lima jam dari pantai (Thailand). Selama ini, ia mengatakan, ia melihat 34 orang dibuang ke laut setelah mereka meninggal,” ujarnya.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Lewa mengatakan, menurut informasi yang telah diterimanya, sekarang ada sangat sedikit kamp di Thailand dengan tidak lebih dari 800 orang di dalamnya.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Arakan Project, sekitar 68.000 warga Rohingya dan Bangladesh telah meninggalkan negaranya dengan kapal yang dikendalikan oleh penyelundup sejak Oktober 2014.(T/P001/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam