Juba, 5 Syawwal 1437/10 Juli 2016 (MINA) – Jalan-jalan ibukota Sudan Selatan masih dilanda ketegangan pada Sabtu (9/7), bertepatan pada HUT kemerdekaan kelima negara itu, setelah sejumlah pertempuran sengit pada malamnya menewaskan sedikitnya 150 tentara.
Kekerasan Jumat di negara termuda di dunia itu memberi pukulan keras terhadap kesepakatan damai yang sedang dibangun oleh Presiden Salva Kiir dan mantan wakilnya yang juga mantan pemimpin pemberontak, Riek Machar.
“Jumlah korban lebih 150 yang tewas,” kata Roman Nyarji, juru bicara pemimpin pemberontak, dan menambahkan bahwa jumlah korban tewas tentara di kedua pihak mungkin akan meningkat lebih karena dua unit pengawal presiden semua terlibat dalam baku tembak.
Penembakan itu dimulai ketika Kiir dan Machar bertemu di Istana Presiden dan awalnya yang terlibat bentrokan adalah pengawal masing-masing pemimpin.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Kiir dan Machar menggambarkan kekerasan Jumat itu “disayangkan”, demikian Nahar Net memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Hingga Sabtu, kondisi ibukota tegang dengan kehadiran keamanan bersenjata berat dan terlihat hanya beberapa warga sipil di jalanan.
Sementara itu, pemerintah asing memperingatkan warga negaranya untuk meninggalkan negara itu jika memungkinkan, atau tinggal di dalam rumah. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan