Paris, 23 Rabi’ul Awwal 1436/14 Januari 2015 (MINA) – Munculnya video di YouTube berisi rekaman pembunuhan seorang perwira polisi oleh seorang pria bersenjata selama penembakan Charlie Hebdo, Paris, memicu perdebatan dan sebagian meyakini serangan itu adalah operasi “false flag” (bendera palsu).
Para ahli telah mengatakan kekhawatirannya dalam diskusi, terutama di media sosial dan online tentang pembantaian Charlie Hebdo, di mana kedua pelaku penyerangan – Kouachi bersaudara – namanya sudah lama terdaftar di intelijen Inggris dan Amerika Serikat (AS).
Perdebatan tentang motif serangan dan kekhawatiran kemungkinan “orkestrasi”, diintensifkan pada Selasa (13/1), sehari setelah cerita di halaman web BBC mempertanyaan keaslian video penyerangan, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), melaporkan Rabu.
Kekhawatiran jika serangan itu adalah “false flag” kian meningkat setelah media Eropa melaporkan, pelaku Cherif dan Said Kouachi, sebelumnya telah diidentifikasi sebagai orang yang berpotensi sebagai ancaman teror.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Inggris telah melarang kedua bersaudara itu melakukan penerbangan ke Inggris pada 2010.
Harian Inggris The Guardian melaporkan, Kouachi bersaudara telah ditandai dalam data base AS sebagai “tersangka teroris” dan dilarang terbang ke Amerika setelah mereka diidentifikasi sebagai bagian dari sel kelompok pejuang yang didirikan pada 2003 untuk mengirim relawan ke Irak.
Laporan itu menambahkan, kekhawatiran tentang operasi “false flag” juga terkait dengan sifat dan arah pimpinan AS dalam “perang melawan teror”. (T/P001/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel