Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Suatu ketika di Madinah, sahabat Umar bin Khaththab memohon izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk menunaikan ibadah umrah ke Mekkah. Nabi pun mengizinkannya, disertai permohonan indah menyentuh hati Umar, meminta kepada Umar agar menyertakan nama beliau dalam doanya di tanah suci Mekkah.
يَا أَخِي لا تَنْسَنَا فِي صَالِحِ دُعَائِكَ
Artinya: “Duhai Saudaraku, jangan lupakan, sertakan aku dalam doamu”. (H.R. At-Tirmidzi. Abu Isa mengatakan, Hadits Hasan Shahih).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu
Demi melihat dan mendengar kerendahan hati Nabinya, pemimpinnya, orang yang sangat dimuliakan dan dihormatinya, hingga Umar pun menyatakan, “Aku tidak suka jika hal itu ditukar dengan segala sesuatu yang dikenai sinar matahari karena sabda beliau kepadaku”. (Musnand Al-Imam Ahmad).
Subhaanallaah. Seorang Nabi yang mulia, pemimpin kaum Muslimin seluruhnya, kekasih Allah Ta’ala, yang bersih dari dosa, yang jika berdoa pasti dikabulkan. Dengan santun dan ramah, tidak segan untuk meminta doa kepada makmumnya yang hendak pergi umrah.
Kata “Saudaraku”, sama ketika Nabi Musa ‘Alaihis Salam berdoa kepada Allah:
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلأخِي
Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam
Artinya: Musa berdoa, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku…”. (Q.S. Al-A’raf [7]: 151).
Ya, mendoakan kebaikan bagi sesama saudara kita dalam untaian doa-doa, sangatlah penting dan penuh makna. Doa lebih dahsyat dibandingkan kata-kata pujian. Doa juga lebih bemakna daripada pernyataan cinta dan rindu. Doa juga lebih diperlukan, melebihi harta dunia.
Mendoakan muslim lain tanpa sepengetahuannya, juga adalah bukti bahwa cintanya padanya dengan tingkatan yang tinggi.
Saat didengarnya ada saudaranya yang sedang dirundung duka, seusai shalat ia pun mendoakan semoga saudaranya itu mendapatkan kesabaran dan jalan keluar terbaik. Ketika kawannya dalam kesulitan, sementara dirinya tak kuasa membantunya secara materi, ia pun berkirim doa tanpa sepengetahuan kawan itu,”Ya Allah lapangkanlah Ahmad, berilah rezki yang barokah serta kebaikan yang banyak”.
Baca Juga: Tadabbur QS. Thaha ayat 14, Dirikan Shalat untuk Mengingat Allah
Juga ini yang terberat, tapi termulia, manakala dirinya disakiti, hati kecilnya tetap melantunkan doa agar sahabatnya itu diberikan petunjuk oleh Allah. Masya-Allah.
Begitu pentingnya saling mendoakan kebaikan sesama Muslim, hingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menyatakan:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ
Artinya: “Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama”. (H.R. Muslim dari Abu Ad-Darda’ Radhiyallahu ‘Anhu).
jadi, kalau kita mendoakan agar saudara kita, kawan kita, tetangga kita atau siapun agar mendapatkan kebaikan, keberkahan rezki, kelapangan usaha, itu sama dengan mendoakan diri kita sendiri. Bahkan doa serupa dipanjatkan oleh Malaikat kepada Allah untuk kita.
Baca Juga: Terus Berjuang Membela Palestina
Sehubungan dengan hal itu, Ka’ab Al-Ahbar dalam Hilyatul Auliya’ Wa Thabaqat Al-Ashfiya’ mengatakan, “Bisa jadi seseorang melaksanakan shalat, lalu shalatnya diterima Allah. Sementara yang lain tertidur, tapi dosa-dosanya diampuni Allah. Hal itu terjadi tatkala dua orang yang saling mencintai karena Allah, di mana salah satu dari mereka melakukan shalat, dan Allah ridha terhadap shalat dan doanya. Lalu Allah pun mengabulkan semua doanya.
Orang itu pun lantas menyebutkan saudaranya dalam doa yang ia panjatkan di keheningan malam, sembari berkata : “Ya Tuhanku, dia adalah saudaraku, ampunilah dosanya”. Maka Allah pun mengampuni dosa orang yang didoakan itu, padahal dia dalam keadaan tidur. Itulah persaudaraan dan persahabatan sejati”.
Sungguh luar biasa hakikat doa seperti itu. hanya saja kebanyakan manusia masih memperturutkan hawa nafsunya. Tatkala dirinya disakiti atau didzalimi menurut dirinya, yang ada malah cai maki, dendam kesumat, bahkan sumpah serapah. Yang itu semua justru akan kembali lagi pada dirinya. Na’uudzubillaahi min dzaalik.
Karena itu, marilah kita redam amarah, kita tuntun hati kita, kita tolak bisikan jahat syaitan, kita arahkan jiwa kita kepada keridhaan ilahi, dengan cara saling mendoakan kebaikan-kebaikan sesamanya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-18] Tentang Taqwa
Saling mendoakan kebaikan suami dengan isteri, orang tua dengan anak, guru dengan murid, sesama satu saudara kandung, sesama rekan kerja, serta antar sahabat dan kerabat. Sehingga kebaikan akan terus bersemi di musim doa-doa hamba-hamba-Nya.
Penulis ini pun berpesan, “Doakan kami dalam doa kalian ya…. Agar kami lebih bertakwa kepada Allah…”. Aamiin.
Teringat ketika Imaamul Muslimin Muhyiddin Hamidy Allahu yarham, berpesan kepada Penulis, “Doakan kami agar semakin bertakwa kepada Allah…”. Aamiin. (P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Mahsyar dan Mansyar: Refleksi tentang Kehidupan Abadi