Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah Pembantaian Muslim Fulani, PM Mali Akan Lucuti Senjata Milisi Dogon

Rudi Hendrik - Kamis, 28 Maret 2019 - 12:45 WIB

Kamis, 28 Maret 2019 - 12:45 WIB

5 Views

Milisi etnis Dogon Mali. (Foto: HRW)

Bamako, MINA – Setelah pembataian terhadap 160 Muslim Fulani di Mali akhir pekan lalu, Perdana Menteri Soumeylou Boubeye Maiga mengatakan kepada media Axios, pemerintah akan berusaha meyakinkan milisi etnis Dogon untuk melucuti senjatanya atau akan diambil dengan paksa.

Serangan hari Sabtu (23/3) menargetkan Muslim Fulani, etnis penggembala seminomaden.

Setelah pembantaian, Maiga mengumumkan bahwa kelompok milisi Dogon akan dibubarkan. Sebagian anggota kelompok etnis Dogon telah mengangkat senjata melawan Fulani yang mereka tuding telah diradikalisasi oleh kelompok-kelompok jihadis.

Komisi Hak Asasi Manusia PBB mengatakan, “seluruh komunitas Fulani – jumlahnya jutaan orang – digambarkan sebagai ekstremis hanya karena mereka adalah Muslim.”

Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas

Komisi HAM PBB meminta pemerintah Mali “memutus lingkaran impunitas ini.”

Sebelumnya Maiga pernah mengatakan, orang-orang Dogon memiliki hak untuk mempertahankan budaya mereka sendiri, desa mereka sendiri. Namun, sebagian kelompok telah menyalahgunakan  hak itu dengan mempersenjatai diri mereka sendiri dan melakukan patroli.

Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita menyatakan setelah serangan itu, Mali dalam keadaan perang. Kekerasan di Mali datang dari banyak pihak.

Selain milisi etnis, kelompok Al-Qaeda dan ISIS aktif di Mali.

Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia

Misi penjaga perdamaian PBB di sana dianggap yang paling berbahaya di dunia. Perancis memiliki kehadiran militer di negara bekas jajahannya, seperti halnya Amerika Serikat. (T/RI-1/RS3)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20

Rekomendasi untuk Anda