SHALAT JUMAT ‘SEJARAH’ ITU TERULANG KEMBALI

AACC2015, Bandung - Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) bersama delegasi bersiap mengikuti shalat Jumat di Masjid Agung seusai melaksanakan 'Historical Walk' pada rangkaian Peringatan ke-60 Tahun Konferensi Asia Afrika, di Bandung, Jawa Barat, Jumat (23/4). (aacc2015/Agus Bebeng/nz)
Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) bersama delegasi bersiap mengikuti shalat Jumat di Ruang Utama Masjid Raya Bandung seusai melaksanakan ‘Historical Walk’ pada rangkaian Peringatan ke-60 Tahun Konferensi , di Bandung, Jawa Barat, Jumat (23/4). (aacc2015/Agus Bebeng/nz)

Oleh: Rana Setiawan, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Pemimpin-pemimpin negara Islam Asia-Afrika bersama Presiden RI Joko Widodo dan Wapres M. Jusuf Kalla, melaksanakan Shalat Jumat di Masjid Raya Bandung, di sela puncak peringatan Konferensi Asia Afrika, Jumat (24/4).

Shalat Jumat itu diimami oleh Qori Internasional KH. Mu’min Mubarok, Juara I MTQ Internasional ke-50 tahun 2008 di Malaysia, setelah penyampaian khutbah yang disampaikan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Begitu masuk waktu shalat, ditabuh bedug di masjid itu, yang menarik perhatian para tamu asing, karena bedug adalah khas Indonesia/Melayu, tak ada di negara lain.

Sebagaimana pantauan penulis, sesuai dengan prosedur pengamanan VVIP para kepala negara/pemerintahan, diadakan pengamanan ketat oleh TNI-Polri, ring I oleh Paspampres, sementara semua barang, tas, maupun jaket yang dibawa jamaah diminta agar disimpan di luar.

Saat pelaksanaan, jamaah umum tetap bisa mengikuti shalat Jumat di masjid seluas satu hektar yang mampu menampung 16 ribu jamaah. Hanya saja, delegasi VVIP ditempatkan di shaf (baris) khusus bagian depan.

Sebanyak lima shaf shalat terdepan untuk delegasi dan petugas keamanan, barisan khusus di dalam ruang utama masjid tersebut bisa menampung sebanyak 500 orang jamaah.

Para delegasi berjalan kaki dari Gedung Merdeka ke Masjid Raya. Usai Jumatan, ada peresmian Monumen Asia Afrika yang lokasinya persis di sisi taman rumput sintetis Masjid Raya.

Blokade Pintu Masuk

Jalan Dewi Sartika yang menjadi salah satu pintu masuk menuju Masjid Raya Bandung Jawa Barat Jumat (24/2) itu dijaga ketat oleh petugas keamanan yang terdiri dari polisi dan TNI, mengakibatkan warga Bandung yang ingin menyaksikan sekaligus melaksanakan shalat Jumat ‘sejarah’ bersama para pemimpin negara-negara Islam Asia-Afrika pun banyak yang tidak bisa masuk.

Warga yang ingin melaksanakan shalat Jum’at pun harus melalui pemeriksaan ketat dari petugas keamanan dengan memperlihatkan kartu identitas seperti KTP atau ID card untuk awak media.

Sementara di luar Jalan masuk utara Masjid Raya Bandung itu pun dipadati warga yang ingin masuk seperti ibu-ibu, anak-anak,  dan laki-laki yang tidak bisa masuk karena tidak membawa kartu identitas.

Sebagian dari jamaah laki-laki yang tidak dapat masuk Masjid Raya Bandung akhirnya memilih mencari masjid sekitar untuk dapat melaksanakan shalat Jumat berjama’ah.

Pemblokadean beberapa pintu masuk menuju Masjid Raya Bandung itu berlangsung hingga usai pelaksanaan shalat Jumat.

Penulis yang juga dapat memasuki ruang utama Masjid Raya Bandung setelah melalui pemeriksaan yang ketat dan menunjukkan ID Card sebagai awak media, namun tidak dapat membawa kamera ke dalam ruang  utama Masjid, saat petugas keamanan paspampres meminta semua barang-barang di simpan di samping masjid.

Khutbah Kemerdekaan Palestina

Masjid Raya Bandung.
Masjid Raya Bandung.

Dalam Shalat Jumat yang diikuti oleh para kepala negara/kepala pemerintahan serta delegasi itu, Aher menyampaikan khotbahnya dalam tiga bahasa, yakni Bahasa Inggris, Indonesia, dan Bahasa Arab.

“Karena hari ini masih ada satu negara yang belum merdeka, yaitu Palestina, kita juga mendorong agar persaudaraan dan persahabatan negara KAA ini juga terus mengawal dan memperjuangkan kemerdekaan negara Palestina,” tegas Aher.

Sebagai khatib mimbar atau penceramah dalam shalat Jumat ‘sejarah’ di Masjid Raya Bandung itu, Aher mengatakan semangat kebersamaan antar manusia dalam ikatan persatuan bangsa-bangsa se Asia-Afrika.

Menurutnya, bangsa-bangsa di Asia-Afrika banyak yang menganut agama Islam. Dalam waktu bersamaan, selain diikat dengan kemanusiaan, juga diikat dengan persamaan agama.

Shalat Jumat spesial bersama tamu negara peserta Konferensi Asia-Afrika itu dimulai dari pukul 11.55 WIB. Pukul 12.00 WIB pemukulan bedug yang dilanjutkan azan.

Selanjutnya waktu shalat sunnah, kemudian azan kedua untuk shalat Jumat. Berikutnya Aher mulai berceramah hingga tuntas dalam waktu sekitar 20 menit. Usai khutbah, para jamaah menunaikan shalat jumat berjamaah yang diimami qori internasional KH. Mu’min Ainul Mubarak.

Mukmin Ainul Mubarak itu sendiri merupakan Juara I MTQ tingkat International ke-50 di Malaysia pada tahun 2008, dan pada tahun 2009, tatkala di Iran, Qori asal kota santri (Tasikmalaya) Jawa barat ini dinobatkan sebagai Qori Terbaik Internasional.

Pusat Islam Jabar

Masjid Agung Bandung dan Alun-alun Bandung tahun 1955-1970.(Foto: SIMBI Kemenag)
Masjid Agung Bandung dan Alun-alun Bandung tahun 1955-1970.(Foto: SIMBI Kemenag)

Masjid Raya Bandung Jawa Barat yang sebelumnya bernama Masjid Agung didirikan pertama kali pada tahun 1812, berlokasi tepat di Jl. Dalem Kaum No. 14 Alun-alun, KecamatanRegol, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Pada 1812, Masjid Agung Bandung kala itu dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat kota Bandung dari Krapyak, sekitar sepuluh kilometer selatan kota Bandung ke pusat kota sekarang. Masjid ini pada awalnya dibangun dengan bentuk bangunan panggung tradisional yang sederhana, bertiang kayu, berdinding anyaman bambu, beratap rumbia dan dilengkapi sebuah kolam besar sebagai tempat mengambil air wudhlu. Air kolam ini berfungsi juga sebagai sumber air untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di daerah Alun-Alun Bandung pada tahun 1825.

Setahun setelah kebakaran, pada tahun 1826 dilakukan perombakkan terhadap bangunan masjid dengan mengganti dinding bilik bambu serta atapnya dengan bahan dari kayu. Perombakan dilakukan lagi tahun 1850 seiring pembangunan Jalan Groote Postweg (kini Jalan Asia Afrika). Masjid kecil tersebut mengalami perombakkan dan perluasan atas instruksi Bupati R.A Wiranatakusumah IV atap masjid diganti dengan genteng sedangkan didingnya diganti dengan tembok batu-bata.

Kemegahan Masjid Agung Bandung waktu itu sampai-sampai diabadikan dalam lukisan pelukis Inggris bernama W Spreat pada tahun 1852. Dari lukisan tersebut, terlihat atap limas besar bersusun tiga tinggi menjulang dan mayarakat menyebutnya dengan sebutan bale nyungcung. Kemudian bangunan masjid kembali mengalami perubahan pada tahun 1875 dengan penambahan pondasi dan pagar tembok yang mengelilingi masjid.

Seiring perkembangan jaman, masyarakat Bandung menjadikan masjid ini sebagai pusat kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak umat seperti pengajian atau peringatan hari besar Islam lain bahkan digunakan sebagai tempat dilangsungkan akad nikah. Sehingga pada tahun 1900 untuk melengkapinya sejumlah perubahan pun dilakukan seperti pembuatan mihrab dan pawestren (teras di samping kiri dan kanan).

Kemudian pada tahun 1930, perombakan kembali dilakukan dengan membangun pendopo sebagai teras masjid serta pembangunan dua buah menara pada kiri dan kanan bangunan dengan puncak menara yang berbentuk persis seperti bentuk atap masjid sehingga semakin mempercatik tampilan masjid. Konon bentuk seperti ini merupakan bentuk terakhir Masjid Agung Bandung dengan kekhasan atap berbentuk nyungcung.

Salah Satu Situs sejarah KAA 1955

(Sumber: Anri)
(Sumber: Anri)

Shalat Jumat di Masjid Raya Bandung adalah mengulang sejarah saat pemimpin-pemimpin negara Islam Asia-Afrika menunaikan shalat Jumat berjamaah di masjid itu saat puncak KAA pada 1955 lalu.

Wakil Ketua DKM Masjid Raya Bandung Didi mengatakan, shalat Jumat bersama seluruh kepala Negara dan duta besar menjadi momentum istimewa bagi Kota Bandung khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

Pada Peringatan 60 tahun KAA itu sebagai momentum Masjid Raya dipakai shalat Jumat oleh para delegasi Asia-Afrika. Tahun 1955 oleh Presiden Soekarno dan pimpinan negara-negara Asia Afrika. Sekarang terulang kembali di mana Presiden Joko Widodo bersama pemimpin-pemimpin negara Islam Asia-Afrika menunaikan shalat Jumat berjamaah di sana.

Menjelang konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, Masjid Agung Bandung mengalamai perombakan besar-besaran. Atas rancangan Presiden RI pertama, Soekarno, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan total di antaranya kubah dari sebelumnya berbentuk “nyungcung” menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah seperti bawang.

Selain itu, menara di kiri dan kanan masjid serta pawestren berikut teras depan dibongkar sehingga ruangan masjid hanyalah sebuah ruangan besar dengan halaman masjid yang sangat sempit.

Menurut Sistem Informasi Masjid Kementerian agama RI, Keberadaan Masjid Agung Bandung yang baru waktu itu digunakan untuk shalat para tamu peserta Konferensi Asia Afrika.

Kubah berbentuk bawang rancangan Sukarno hanya bertahan sekitar 15 tahun. Setelah mengalami kerusakan akibat tertiup angin kencang dan pernah diperbaiki pada tahun 1967, kemudian kubah bawang diganti dengan bentuk bukan bawang lagi pada tahun 1970.

Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat tahun 1973, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan besar-besaran lagi. Lantai masjid semakin diperluas dan dibuat bertingkat.

Terdapat ruang basement sebagai tempat wudlu, lantai dasar tempat shalat utama dan kantor DKM serta lantai atas difungsikan untuk mezanin yang berhubungan langsung dengan serambi luar. Di depan masjid dibangun menara baru dengan ornamen logam berbentuk bulat seperti bawang dan atap kubah masjid berbentuk Joglo.(R05/R02)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)