Freetown, 25 Dzulqa’dah 1435/20 September 2014 (MINA) – Sierra Leone memulai langkah “kuncian nasional” selama tiga hari, membatasi enam juta penduduk di rumahnya dalam upaya menghentikan penyebaran virus mematikan Ebola dan memungkinkan petugas kesehatan menemukan untuk mengisolasi kasus.
Setelah kuncian mulai berlaku Jumat (19/9), kantor berita Associated Press melaporkan bahwa jalan-jalan ibukota Freetown yang berpenduduk 1,2 juta, sepi, selain kendaraan yang membawa polisi dan petugas kesehatan, Al jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
Tapi banyak relawan di Puskesmas Kota Murray, Freetown, mengatakan mereka belum menerima perlengkapan yang berisi sabun, stiker dan selebaran.
“Ini berarti kita akan kurang mencapai target untuk hari ini,” kata salah satu relawan.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Dalam pidato televisinya, Kamis malam, Presiden Ernest Bai Koroma mengatakan, “Hari ini, kehidupan setiap orang dipertaruhkan, tapi kami akan mengatasi kesulitan ini jika semua melakukan apa yang kami minta lakukan.”
“Ini adalah waktu yang luar biasa, dan waktu yang luar biasa memerlukan langkah-langkah yang luar biasa pula.”
Setidaknya 562 orang telah meninggal karena virus di Sierra Leone dan hampir 30.000 tenaga kesehatan, relawan dan guru bertujuan mendatangi setiap keluarga di negeri ini hanya dalam waktu tiga hari untuk mendidik masyarakat dan mengisolasi mereka yang terinfeksi.
UNICEF mengatakan, langkah itu memberi kesempatan untuk memberitahu orang-orang bagaimana melindungi diri mereka sendiri.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Program dalam bahasa Krio, “Ose Ose Ebola Tok” (dari rumah ke rumah bicara Ebola), akan menerjunkan lebih dari 7.000.
Mereka akan membagikan sabun batangan dan informasi cara mencegah infeksi, serta mendirikan “kawasan pemantau” bagi tim pengawasan Ebola di masyarakat.
Ebola telah menginfeksi sedikitnya 5.357 orang di Afrika Barat tahun ini, menewaskan 2.630 orang.
Al Jazeera melaporkan, semua toko-toko ditutup dan warga tidak bisa membeli makanan sama sekali.
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa
Kampanye ini menyebabkan kenaikan harga pangan 30 persen, menurut seorang pejabat pertanian, di mana warga mengatakan melalui program radio bahwa mereka kehabisan makanan.
Sebagian warga telah mengecam petugas kesehatan, menuduh mereka membawa Ebola ke wilayahnya, sementara yang lain tidak percaya bahwa penyakit itu ada.
Sejumlah warga bereaksi ketakutan dan panik ketika ada orang asing datang untuk melakukan sosialisasi. (T/P001/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Afsel Minta Dunia Tekan Israel Hentikan Serangan di Gaza