Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sifat Orang Kafir Tidak Mau Menerima Kebenaran, Kajian Surat Al-Baqarah Ayat 6-7

Ali Farkhan Tsani - Senin, 29 Februari 2016 - 09:34 WIB

Senin, 29 Februari 2016 - 09:34 WIB

3842 Views

kafirOleh: Ali Farkhan Tsani, Penulis Redaktur MINA (Mi’raj Islamic News Agency), Da’i Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ (٦) خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَعَلَىٰ سَمۡعِهِمۡ‌ۖ وَعَلَىٰٓ أَبۡصَـٰرِهِمۡ غِشَـٰوَةٌ۬‌ۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬ (٧)

Artinya: “Sesungguhnya, orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mata hati dan pendengaran mereka, dan pada penglihatan ada penutup. Dan bagi mereka ada siksa yang amat pedih. (QS Al-Baqarah [2]: 6-7).

Baca Juga: Islam Mengatur Peperangan, Membangun Perdamaian

Al-Qur`an dalam uraian-uraiannya seringkali menggabungkan sesuatu dengan lawannya. Umpamanya, setelah menjelaskan surga, diuraikanlah tentang neraka. setelah menguraikan kehidupan lalu diiringi tentang kematian. Ada juga, setelah menjelaskan zakat, kemudian disampaikan tentang riba, dan sebagainya. Tujuanya adalah untuk menyebutkan perbandingan di antara keduanya.

Demikian halnya pada Surat Al-Baqarah ayat 6-7 tentang sifat-sifat atau karakteristik orang kafir. Setelah pada ayat-ayat sebelumnya, pada ayat 1-5 berbicara tentang karakteristik orang-orang bertaqwa.

Pengertian Kafir

Pada awal ini diawali dengan kata inna, yang merupakan huruf taukid, yaitu kata yang mengandung kepastian. Terjemahannya adalah ‘sesungguhnya’.

Baca Juga: Memahami Makna Hidup Berjama’ah

Dengan menggunakan huruf taukid ini menegaskan bahwa sesungguhnya, orang-orang yang kafir, yaitu orang-orang yang menutupi tanda-tanda kebesaran Allah. Mereka dalam pandangan Allah tidak akan mungkin beriman.

Ayat ini bukan berbicara tentang semua orang kafir. Namun, ayat ini berbicara tentang orang-orang kafir yang kekufurannya sudah mendarah daging dalam jiwa mereka. Sehingga mereka sudah tidak mungkin lagi akan berubah akibat diri mereka sendiri yang tidak mau mengimani Allah dan rasul-Nya.

Istilah kafir (jamaknya kuffaar) secara bahasa artinya adalah menutupi, menyembunyikan atau mengingkari sesuatu.

Karena itu, orang yang mengingkari atau nikmat Allah, disebut dengan kufur nikmat. Lawan katanya adalah syakir, artinya membuka, orang yang bersyukur. Seperti disebutkan di dalam ayat:

Baca Juga: Larangan Memberikan Loyalitas dan Pertemanan dengan Yahudi

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَ‌بُّكُمْ لَئِن شَكَرْ‌تُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْ‌تُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim [14]: 7).

Di negeri Arab dahulu, istilah kafir digunakan untuk para petani yang sedang menanam benih di ladang, petani itu menutup atau mengubur (kafir) benih dengan tanah.

Adapun secara syariat Islam, manusia yang kafir yaitu mereka yang mengingkari Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah dan mengingkari Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai utusan-Nya.

Baca Juga: Bahaya Sifat Egois

Di dalam Al-Qur’an, perkataan kafir mengacu pada perbuatan yang ada hubungannya dengan Allah, seperti mengingkari nikmat-nikmat (berkah) Allah dan tidak berterima kasih kepada-Nya. Seperti pada ayat

لِيَكْفُرُ‌وا بِمَا آتَيْنَاهُمْ ۚ فَتَمَتَّعُوا ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ

Artinya: “Biarlah mereka mengingkari ni’mat yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenang-senanglah kamu. Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya). (QS An-Nahl [16]: 55).

Pada ayat lainnya dinyatakan juga kafir bermakna  pembangkangan serta penolakan terhadap hukum-hukum Allah. Seperti pada ayat menyebutkan:

Baca Juga: Muharram 1446 Saatnya Resolusi Hijrah

وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّـهُ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُ‌ونَ

Artinya: “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS Al-Maidah [5]: 44).

Juga ayat lain menyebutkan kafir maknanya meninggalkan amal shalih yang diperintahkan oleh Allah. Sebagaimana disebutkan pada ayat:

مَن كَفَرَ‌ فَعَلَيْهِ كُفْرُ‌هُ ۖ وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِأَنفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ

Baca Juga: Memberantas Judi Online di Masyarakat

Artinya: “Barangsiapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan)”. (QS Ar-Ruum [30]: 44).

Begitu bahayanya dan akibat dosa dari karakteristik orang-orang kafir, dan kitapun hendaknya menjauhinya, Allah menegaskan di dalam Al-Qur’an sebuah surat yang namanya Al-Kafirun, orang-orang kafir.

Sifat Orang Kafir

Adapun karakteristik atau ciri-ciri atai sifat-sifat dari orang-orang kafir berdasar Surat Al-Baqarah ayat 6 dan 7 adalah tidak mau mendengarkan nasihat yang benar (al-haq) dari Allah dan Rasul-Nya, Al-Quran dan Al-Hadits.

Baca Juga: Istiqamah dalam Da’wah dengan Memperkuat Ukhuwah Islamiyah

Sesungguhnya  orang-orang kafir itu, sifat dengan kekufuran mewarnai hidupnya, lalu menjadi sifat yang lazim bagi mereka, di mana tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi mereka darinya, nasihat tidak berguna pada mereka dan mereka selalu tetap dalam kekufuran mereka.

Maka, Allah menyebutnya dengan, “Kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman”.

Jadi, tidak akan ada manfaatnya dakwah bagi mereka orang-orang kafir, kecuali hanya sebatas menegakkan hujjah (dalil) atas mereka. Maknanya, tetap sebatas kewajiban menyampaikan. Kalaupun tidak juga mau  beriman, maka janganlah membuat kita bersedih hati untuk mereka atupun menyesali mereka.

Allah pun menyatakannya dalam kalimat ‘sawaa’un’, artinya sama saja. Artinya, sama saja antara mereka diberi peringatan atau tidak, hal itu tak ada gunanya, ‘gak ngaruh’ tak bergeming, karena Allah Subhanahu Wata’ala telah memutuskan mereka tak akan mendapatkan hidayah.

Baca Juga: 10 Kunci Meraih Sukses Menurut Petunjuk Al-Quran

Bahkan jika pun sampai diberi peringatan, a’andzartahum’, atau al-indzaar, yaitu dengan menakut-nakuti akan akibat dari kekafiran, kezhaliman dan berbuat kerusakan. mereka ndak juga mau berbuat baik, nggak mau bertaubat.

Akibat dari itu adalah, “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka” yaitu menutupnya dengan penutup yang tidak dapat dimasuki oleh keimanan dan tidak bisa ditembus. Hingga akhirnya apa yang mereka lihat, tidak berguna bagi mereka, dan apa-apa yang mereka dengarkan juga, tidak bermanfaat untuk mereka.

Jalan-jalan ilmu dan kebaikan telah ditutup bagi mereka, tidak ada keinginan pada mereka dan tidak ada kebaikan yang diharapkan pada mereka. Sesungguhnya mereka telah dihalangi dan ditutup bagi mereka pintu-pintu keimanan yang disebabkan oleh kekufuran dan pengingkaran mereka.

Hatinya sudah berpaling ke lain hati, selain Allah.

Baca Juga: Terima Kasih Palestina

وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ

Artinya: “Dan Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya pada permulaannya.” (QS Al-An’am [6]: 110).

Dan ini hanyalah hukuman yang sekarang, kemudian Allah menyebutkan hukuman yang akan datang di hari akhirat adalah “Dan bagi mereka siksa yang amat pedih” yaitu adzab api nereka, kemurkaan yang Maha Perkasa yang terus-menerus lagi selamanya.

Adzaabun, artinya rasa sakit yang menghilangkan kenikmatan hidup dan kesenangannya, jiwa gersang, tidak tenang, gelisah di dunia. Sementara di akhirt mendapat siksa akibat kekafirannya itu.

Baca Juga: Umur yang Barokah

Hati yang Tertutup

Penjelasan tentang ketentuan Allah Subhanahu Wata’ala atas mereka yang kafir, ingkar, sombong dan terus dalam kekafiran, bahwa Allah Subhanahu Wata’ala menghalang-halangi mereka dari petunjuk. Yaitu dengan mematikan sensitivitas indera-indera mereka sehingga mereka tidak mampu menggunakannya untuk memperoleh petunjuk dan keimanan.

Hatinya sudah tertutup, dan yang ada hanyalah kegelapan demi kegelapan, kemaksiatan demi kemaksiatan, kedzaliman dan perbuatan merusak yang menyebabkannya mendapat siksaan yang sangat berat.

Sama seperti disebutkan di dalam surat Yasin:

وَسَوَآءٌ عَلَيۡہِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ

Artinya; “Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. (Q.S. Yasin [36]: 10).

Dan mereka orang-orang kafir itu adalah binatang paling buruk di muka bumi ini.

إِنَّ شَرَّ ٱلدَّوَآبِّ عِندَ ٱللَّهِ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ

Artinya: “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (Q.S. al-Anfal [8]: 55).

Pada ayat lain dikatakan, adzab yang pedih adalah neraka jahannam.

وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَڪَذَّبُواْ بِـَٔايَـٰتِنَآ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلۡجَحِيمِ

Artinya: “Dan orang-orang kafir serta mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka. (Q.S. al-Maidah [5]: 86).

Semoga kita terlindung dari sifat-sifat orang kafir tersebut. Aamin yaa robbal ‘aalamiin. Wallahu a’lam bish showwaab. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Tausiyah
Indonesia
Breaking News
MINA TV
Renungan Al Quran