Bengkulu, MINA – Dua siswa Madrasah Tingkat Sanawiyah (MTs) Negeri 1 Malang berhasil menyabet Juara 2 Madrasah Young Researcher Super Camp (MYRES) dengan karya ilmiyahnya “Celtro-G” (Accelerator Salt Processing Technology) di ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Kota Bengkulu, 24-28 September 2018.
Kepala MTs N 1 Kota Malang Samsudin, yang turut mendampingi dua siswa Zaki Zaidan dan Archie Vian Nizam Efendi menuturkan hasil karya ilmiah keduanya telah lulus uji laboratorium di beberapa kampus di Kota Malang.
“Mudah-mudahan penemuan ini mampu mempercepat pembuatan garam sehingga dapat meningkatkan produktivitas petani garam,” tutur Samsudin. Demikian keterangan tertulis Kementerian Aganma RI yang dikutip MINA, Ahad (30/9).
Zaki dan Archie mengaku prihatin ketika pada 2017 mendapatkan informasi dari berbagai media bahwa Indonesia mengalami kelangkaan garam, sehingga harus impor. Padahal, Indonesia memiliki garis pantai terpanjang ke-2 di dunia.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Oleh karena itulah, mereka memutuskan untuk membuat karya ilmiah berjudul “Celtro-G: Berbasis Geomembran dan Efek Rumah Kaca dengan Teknologi Pemurni Vakum Sebagai Alternatif Teknologi Produksi Garam Konvensional Untuk Produsen Garam Nasional”.
Samsudin menambahkan, secara konvensional alat yang digunakan petani garam selama ini hanya efektif digunakan saat musim panas. Sementara dengan alat sederhana yang dihasilkan kedua siswanya ini mampu bertahan pada berbagai macam cuaca.
Hal tersebut dibenarkan Zaki. “Jadi dengan alat ini, pembuatan garam tidak hanya tergantung panas matahari saja. Celtro-G ini bisa digunakan meski tidak saat musim panas karena bisa digunakan di dalam ruangan,” jelasnya.
Sementara itu, Archie menuturkan kelebihan Celtro-G dibandingkan alat konvensional. “Kalau produksi garam secara alami konvensional, petani garam kita mampu menghasilkan garam dalam waktu 30 hari. Nah, dengan menggunakan celtro-G, kita mampu menghasilkan garam murni dalam waktu sekitar 7 hingga 10 hari,” tutur Archie.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Ke depannya, Samsudin berharap alat yang dihasilkan dua peneliti muda bumi Arema ini dapat diproduksi secara massal karena nilai kemanfaatan yang tinggi bagi petani garam. (R/Sj/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru