sombong-angkuh-300x298.png" alt="sombong-angkuh" width="300" height="298" />Oleh Bahron Ansori, wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Suatu hari, ada seorang pria yang bertamu di rumah seorang Kyai ternama tertegun keheranan. Dia melihat Sang Kyai sedang sibuk bekerja sendiri menyikat lantai rumahnya sampai bersih.
Pria itu bertanya, “Apa yang sedang Kyai lakukan?”
Kyai itu menjawab, “Tadi saya kedatangan tamu yang minta nasihat. Saya berikan banyak nasihat yang bermanfaat. Namun, setelah tamu itu pulang saya merasa jadi orang hebat. Kesombongan saya mulai muncul, karena itu, saya lakukan pekerjaan ini untuk membunuh perasaan sombong itu.”
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Dari ilustrasi dialog diatas, bisa dibilang kesombongan seseorang itu bukan hanya karena banyaknya ilmu yang dimilikinya, hartanya, keturunannya saja, tapi bisa jadi kesombongan itu muncul setelah berbuat kebaikan seperti Kyai tersebut.
Tak sedikit di antara kita yang sombong setelah berhasil memberi solusi bagi masalah orang lain. Ada juga yang merasa besar hati setelah berhasil membantu meringankan beban hidup orang lain. Tak jarang ungkapan kesombongan pun tanpa disadari muncul seperti, “Andai dia tidak aku bantu, pasti masalahnya tak pernah terselesaikan.” Ini adalah bentuk ungkapan sederhana tapi mengandung makna keangkuhan.
Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi semua Bani Adam, benih-benihnya seringkali muncul tanpa disadari.
Paling tidak, kesombongan itu mempunyai tiga level antara lain; pertama, sombong disebabkan oleh faktor materi. Pada level ini, biasanya seseorang akan merasa lebih Kaya, lebih Rupawan, dan lebih Terhormat daripada orang lain.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Di level kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Dalam tahap ini, orang merasa sombong karena ia merasa lebih Pintar, lebih berKompeten dari orang lain, merasa menjadi orang yang paling Benar, dan merasa lebih Berwawasan dibandingkan orang lain.
Di tingkat ketiga, yang banyak orang terjebak karena merasa sombong akibat sudah berbuat baik kepada orang lain (sombong dalam kebaikan). Bisa jadi faktor kesombongan level ketiga ini sudah melekat lama pada diri kita tanpa sedikitpun disadari. Pada level ini, orang menjadi sombong karena ia merasa dirinya lebih Bermoral, lebih Pemurah, dan lebih Tulus dibandingkan dengan orang lain.
Kesombongan level ketiga ini sebenarnya jauh lebih halus dari dua level kesombongan lainnya. Mengapa? Karena orang yang sombong karena materi, maka ia mudah terlihat. Tapi, orang yang sombong karena pengetahuan apalagi sombong karena kebaikan sangat sulit terdeteksi. Sebab ia seperti benih-benih halus yang perlahan tapi pasti terus menjalar di hati seseorang.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melarang kita sebagai umatnya untuk bersikap sombong, sebab sombong adalah salah satu ciri dari warga neraka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya, “Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong).” (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Dalam riwayat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya, “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada sahabat yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Nabi menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91).
An-Nawawi rahimahullah berkata, “Hadis diatas berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi, II/163, cet. Daar Ibnu Haitsam).
Islam Melarang Sombong
Salah satu tujuan diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad 2/381. Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyatakan bahwa hadis ini shahih).
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Islam adalah agama yang mengajarkan akhlak yang luhur dan mulia. Oleh karena itu, banyak dalil al Quran dan as Sunnah yang memerintahkan kita untuk memiliki akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang tercela. Demikian pula banyak dalil yang menunjukkan pujian bagi pemilik akhlak baik dan celaan bagi pemilik akhlak yang buruk. Salah satu akhlak buruk yang harus dihindari oleh setiap muslim adalah sikap sombong.
Sikap sombong adalah memandang dirinya berada di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang sombong merasa dirinya sempurna dan memandang dirinya berada di atas orang lain. (Bahjatun Nadzirin, I/664, Syaikh Salim al Hilali, cet. Daar Ibnu Jauzi).
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. Luqman: 18).
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (Q.S. An Nahl: 23).
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambersabda,
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
Dosa Pertama Iblis
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Sebagian salaf menjelaskan bahwa dosa pertama kali yang muncul kepada Allah adalah kesombongan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur (sombong) dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Q.S. Al Baqarah: 34).
Qotadah berkata tentang ayat ini, “Iblis hasad kepada Adam ‘alaihis salaam dengan kemuliaan yang Allah berikan kepada Adam. Iblis mengatakan, “Saya diciptakan dari api sementara Adam diciptakan dari tanah”. Kesombongan inilah dosa yang pertama kali terjadi . Iblis sombong dengan tidak mau sujud kepada Adam” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/114, cet al Maktabah at Tauqifiyah).
Hakekat Kesombongan
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91).
An-Nawawi rh berkata, “Hadis ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran.” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi, II/163, cet. Daar Ibnu Haitsam).
Kesombongan ada dua macam, yaitu sombong terhadap al haq dan sombong terhadap makhluk. Hal ini diterangkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada hadis di atas dalam sabda beliau, “Sombong adalah menolak kebenaran dan suka meremehkan orang lain.” Menolak kebenaran adalah dengan menolak dan berpaling darinya serta tidak mau menerimanya.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Sedangkan meremehkan manusia yakni merendahkan dan meremehkan orang lain, memandang orang lain tidak ada apa-apanya dan melihat dirinya lebih dibandingkan orang lain. (Syarh Riyadus Shaalihin, II/301, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, cet Daar Ibnu Haitsam).
Sombong Terhadap Al Haq (Kebenaran)
Sombong terhadap al haq adalah sombong terhadap kebenaran, yakni dengan tidak menerimanya. Setiap orang yang menolak kebenaran maka dia telah sombong disebabkan penolakannya tersebut. Oleh karena itu wajib bagi setiap hamba untuk menerima kebenaran yang ada dalam Kitabullah dan ajaran para rasul AS.
Orang yang sombong terhadap ajaran rasul secara keseluruhan maka dia telah kafir dan akan kekal di neraka. Ketika datang kebenaran yang dibawa oleh rasul dan dikuatkan dengan ayat dan burhan, dia bersikap sombong dan hatinya menentang sehingga dia menolak kebenaran tersebut.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Hal ini seperti yang Allah terangkan dalam firman-Nya yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa lasan yang sampai pada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kesombongan yang mereka sekali-klai tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mnedengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Ghafir:56).
Adapun orang yang sombong dengan menolak sebagian al haq yang tidak sesuai dengan hawa nafsu dan akalnya –tidak termasuk kekafiran- maka dia berhak mendapat hukuman (adzab) karena sifat sombongnya tersebut.
Maka wajib bagi para penuntut ilmu untuk memiliki tekad yang kuat mendahulukan perkataan Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di atas perkataan siapa pun. Karena pokok kebenaran adalah kembali kepadanya dan pondasi kebenaran dibangun di atasnya, yakni dengan petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kita berusaha untuk mengetahui maksudnya, dan mengikutinya secara lahir dan batin. (Lihat Bahjatu Qulubil Abrar, hal 194-195, Syaikh Nashir as Sa’di, cet Daarul Kutub ‘Ilmiyah).
Sombong Terhadap Makhluk
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Bentuk kesombongan yang kedua adalah sombong terhadap makhluk, yakni dengan meremehkan dan merendahkannya. Hal ini muncul karena seseorang bangga dengan dirinya sendiri dan menganggap dirinya lebih mulia dari orang lain. Kebanggaaan terhadap diri sendiri membawanya sombong terhadap orang lain, meremehkan dan menghina mereka, serta merendahkan mereka baik dengan perbuatan maupun perkataan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ
“Cukuplah seseorang dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama Muslim.” (HR. Muslim 2564). (Bahjatu Qulubill Abrar, hal 195).
Di antara bentuk kesombongan terhadap manusia di antaranya adalah sombong dengan pangkat dan kedudukannya, sombong dengan harta, sombong dengan kekuatan dan kesehatan, sombong dengan ilmu dan kecerdasan, sombong dengan bentuk tubuh, dan kelebihan-kelebihan lainnya. Dia merasa lebih dibandingkan orang lain dengan kelebihan-kelebihan tersebut.
Padahal kalau kita renungkan, siapa yang memberikan harta, kecerdasan, pangkat, kesehatan, bentuk tubuh yang indah? Semua murni hanyalah nikmat dari AllahTa’ala. Jika Allah berkehendak, sangat mudah bagi Allah untuk mencabut kelebihan-kelebihan tersebut. Pada hakekatnya manusia tidak memiliki apa-apa, lantas mengapa dia harus sombong terhadap orang lain?
Seorang yang mengaku Allah sebagai Rabbnya, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai nabinya, Al Qur’an sebagai kitab sucinya, tak layak bersikap sombong. Sebab Allahlah satu-satunya Tuhan yang berhak untuk sombong. Manusia ibarat debu yang bertebaran di muka bumi, tak ada yang perlu dibanggakan.
Mari bertafakur saudaraku, demi Allah kelak Allah PASTI akan menghisab semua yang kita sombongkan di dunia fana ini. Jika engkau termasuk orang-orang yang Allah titipkan harta kekayaan, maka sadarilah setiap rupiah yang dimiliki itu kelak akan Allah tanya dari mana dan untuk apa dimanfaatkan.
Sadarilah, jika kekayaan itu yang kita sombongkan, maka mudah bagi Allah untuk melenyapkannya. Jika ilmu dan jabatan tinggi serta pengaruh yang luas yang dibanggakan, maka sadarilah semua itu akan sirna dihadapan Allah Robbul ‘izzati.
Sejatinya, kita harus sadar karena kita hanyalah makhluk lemah yang masih sedikit sekali bersyukur atas segala limpahan nikmat-Nya. Kita hanyalah manusia-manusia akhir zaman yang berasal dari setetes air mani yang keji (Q.S. Ath Thariq ayat 5-6). Lalu, apa yang kita banggakan di muka bumi ini? Masihkah kita sombong dengan segala nikmat yang Allah titipkan kepada itu saudaraku? Wallahua’lam. (R02/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)