Oleh: Dr. Suwardi Sukri, Dokter Integrative Medicine
Seorang pria menderita hipertensi dan tukak lambung akibat stres kronik.
Seorang pemuda menderita depresi karena cintanya ditolak oleh pujaan hatinya.
Stres
Stres adalah suatu tekanan yang berefek tidak menyenangkan pada orang yang mengalaminya. Setiap orang pernah mengalami stres. Malah stres diperlukan untuk memacu kerja. Asalkan stres dapat dikendalikan karena stres tidak dapat dikalahkan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Sebetulnya, tubuh memiliki kemampuan yang luar biasa. Karena setiap saat tubuh selalu mempertahakan kondisi harmonisasi atau homeostatis agar tubuh sehat. Begitu pula dengan stres. Tubuh punya mekanisme pengendalian stres. Agar segera berakhir dan yang terpenting adalah agar stres dapat bermanfaat sebagai sarana motivasi, pengobar semangat sehingga berfaedah untuk kemajuan.
Jenis stres
Berdasarkan efek stres pada tubuh, maka dikenal stres fisik dan stres psikis. Secara faal ada perbedaan yang mendasar pada keduanya; yaitu terletak pada mekanismenya. Stres fisik, stres jenis ini memiliki alur sebagai berikut: stres merangsang Hipotalamus di otak untuk sekresi hormon CRH( Corticotropin-releasing hormone).
Selanjutnya, CRH merangsang Hipofisis anterior otak untuk sekresi hormon ACTH (Adrenocorticotropic hormone) dan ACTH merangsang kelenjar anak ginjal untuk sekresi hormon Kortisol. Jika stres dapat dikendalikan maka Kortisol akan memberi respon balik ke otak untuk menekan hipotalamus agar berhenti sekresi CRH. Tapi jika stres berlangsung kronik maka kadar Kortisol meningkat dan akan menimbulkan penyakit fisik seperti hipertensi, diabetes, tukak lambung dan penyakit pelemahan kekebalan tubuh.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Stres psikis yaitu stres menuju ke hipotalamus, dari hipotalamus ke batang otak. Di batang otak stres akan menghambat produksi neurotrnamiter Serotonin. Penurunan kadar serotonin berdampak pada gangguan psikis seperti tidak semangat, pesimis, gelisah,sikap kurang baik sampai depresi.
Penyebab stres
Jika kita mendapat sesuatu yang menyenangkan maka sel saraf otak akan mensekresi Dopamin. Kesenangan-kesenangan yang sering diulang-ulang akan menimbulkan ketagihan. Manakala suatu saat kesenangan itu terhenti maka timbul rasa tidak menyenangkan, cemas, marah atau bad mood. Akibatnya timbul stres.
Beberapa masalah dapat menimbulkan stres seperti macet di jalan, listrik sering padam, tugas kantor yang menumpuk, setoran tidak terkejar, baru ditinggal mati pasangan, di-PHK, cinta ditolak, sakit yang tak kunjung sembuh dan sebagainya. Hal akan mempengaruhi tubuh, pikiran dan mental seseorang. Tergantung sebarapa jauh dia menyikapinya?
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Stres Merusak Otak
Stres kronik berdampak buruk bagi otak. Stres menekan fungsi otak dengan gejala ikutannya, seperti daya ingat menurun, bingung, tidak mampu berpikir jernih dan mudah lupa. Gejala ini timbul akibat Kortisol menghambat pasokan gula ke hipokampus sebagai pusat ingatan.
Otak memakai gula sebagai energi. Sehingga hipokampus tidak dapat energi. Dengan alasan ini, pentingnya sarapan saat hendak ke sekolah atau bekerja. Selain itu, stres menghambat asetilkolin si pembawa pesan di jalur komunikasi antar sel otak. Akibatnya pesan gak dapat disampaikan.
Kerusakan otak yang paling berat adalah keruskan sel-sel otak dan menimbulkan peyakit Alzheimer. Penyakit paling ditakuti oleh orang zaman now. Tapi angka penderita Alzheimer kian meningkat. Mengapa sel otak rusak? Kortisol meningkatkan asupan mineral Kalsium ke dalam sel saraf otak. Kemudian mineral ini membentuk endapan garam Kalsium. Normal, sel membuat energi ATP Adenosine triphosphate. Karena stres pasokan energi terganggu, maka bukan ATP yang terbentuk. Namun Pyrophosphate yang akan berikataan dengan Kalsium dan membentuk endapan garam Kalsium. Di samping itu garam ini akan memproduksi radikal bebas, yang sangat merusak sel otak.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Solusi
Stres psikis. Depresi merupakan penyakit kebiasaan. Oleh sebab merubah kebiasaan yang buruk menjadi lebih baik. Lakukan gerakan ritmik untuk meningkatkan Serotonin seperti; jalan kaki, jogging, senam aerobik, menari dan bersepeda. Karena serotonin diproduksi di waktu pagi maka rutin berjemur atau melakukan gerakan ritmik di sinar matahari pagi cukup 30 menit. Radiasi sinar komputer, laptop, hp dapat mengurangi produksi serotonin. Latih pernapasan perut; menarik napas dalam sekali dan menghela napas tiga kali dengan tenang. Mengunyah makanan dengan pelan dan teratur.
Stres fisik. Serotonin tidak akan memberi pengaruh pada stres fisik. Ada orang yang tidak kehilangan semangat atau keinginan tetapi menderita tukak lambung akibat stres. Sebaliknya, ada orang yang depresi tapi tubuhnya sehat.
Kalau begitu apa solusi bagi stres fisik? Yaitu menangis. Tubuh punya saraf otonom; saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Kerja kedua saraf ini harus seimbang. Saat stres saraf simpatik teraktivasi dan merangsang kelenjar anak ginjal untuk melepas Kortisol. Menangis akan mengaktivasi saraf parasimpatik. Menangis akan meredakan emosi disebut air mata emosional. Menangis haru terjadi saat seseorang berbuat baik seperti bersedekah dan sebagainya. Disebut air mata haru. Selain menangis, tersenyum, tertawa dan tidur dapat juga sebagai solusi.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Rohani
Tubuh terdiri atas fisik dan rohani. Sama seperti fisik, rohani pun harus disehatkan. Malah, rohani sehat, fisik ikut sehat. Oleh sebab itu baik saat sehat terlebih saat stres, beri gizilah rohani. Dan santapan rohani adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjalankan semua perintahnya. Dengan demikian anda akan sehat fisik dan rohani. Demikian penjelasan saya. Semoga bermanfaat. Salam sehat.(AK/R01/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat