Oleh Bahron Ansori*
Tidak sedikit orang bersedih dan berputus asa lalu nekat bunuh diri ketika dilanda kesulitan dalam hidupnya. Bagi orang yang mengaku hanya Allah SWT satu-satunya Tuhannya, Muhammad SAW nabinya, Al-Qur’an kitabnya dan meyakini dengan haqqul yakin hari akhir itu ada, maka setiap kali menghadapi masalah tentu ia akan menjadikan Allah satu-satunya tempat bersandar. Bagi orang beriman, ia sadar betul bahwa hidup yang sekejap dan serba singkat ini, tak pernah lepas dari masalah, masalah dan masalah. Intinya tiada hari tanpa masalah.
Betapa pun masalah itu datang mendera, maka orang beriman akan berbeda menyikapinya. Baginya, masalah adalah sarana ujian dari Allah SWT untuk meningkatkan kualitas imannya. Semakin besar masalah yang dihadapi, bila ia sabar dan sadar, maka semakin besar pula rasa cinta dan kasih sayang Allah SWT kepadanya. Hal ini jelas seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW.
Dari Anas bin Malik, Nabi SAW bersabda,
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat, hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani).
Juga dari hadits Anas bin Malik, Nabi SAW bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Siapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).
Yang jelas, orang beriman yakin setelah ujian kesulitan itu pasti ada kemudahan. Sebab bersama setiap kesulitan pasti akan datang segala kemudahan (Qs. Asy-Syarh [94]: 6). Percayalah, Allah itu mencintai orang beriman melebihi orang beriman itu mencintai diri dan keluarganya sendiri. Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Tahu titik lemah hamba-Nya. Dengan ujian-ujian yang Ia berikan itu, bisa menjadi menjadi wasilah seorang hamba mendapatkan surga dan rahmat-Nya.
La tahzan (jangan bersedih) menghadapi segala ujian yang Allah SWT titipkan, dan yakinlah semoga dengan ujian-ujian dari-Nya itu ruhiyah kita menjadi lebih dewasa sehingga kita diberi-Nya kemudahan untuk membedakan mana yang haq (benar) dan mana yang bathil (salah). Bisa jadi, dengan ujian itu pula kita jadi sadar bahwa hidup ini tak pernah lepas dari scenario Allah SWT. Ujian adalah tanda cinta Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Ujian adalah garis pembeda bagi siapa saja yang mengakui hanya Allah satu-satunya Rabbnya.
Agar Terhindar dari Kesulitan Hidup
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Supaya terhindar dari segala bentuk kesulitan hidup, baik di dunia maupun akhirat, seseorang harus menjauhi hal-hal yang menjadi sumber datangnya kesulitan. Pertama, berpaling dari peringatan Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya, “Barangsiapa berpaling dari peringatan-ku, sesungguhnya baginya penghidupan sempit dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaha [20]: 124).
Kedua, durhaka kepada orang tua. Rasulullah SAW bersabda, “Semua dosa akan ditunda hukumannya menurut kehendakNya sampai hari kiamat nanti, kecuali hukuman terhadap perbuatan zina dan durhaka kepada kedua orang tua atau memutuskan silaturahim, sesungguhnya Allah akan memperlihatkan kepada pelakunya di dunia sebelum datang kematian.”(HR. Bukhari).
Ketiga, bermuamalah dengan riba. Allah SWT berfirman yang artinya, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS al-Baqarah [2]: 275).
Keempat, bersifat bakhil. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang diberikan oleh Allah harta kepadanya, kemudian ia tidak mengeluarkan zakatnya, ia akan berwujud ular sangat besar yang akan menariknya dengan dua tulang rahangnya yang lebar, kemudian ia berkata, ‘Saya adalah harta simpananmu.’ Kemudian, Nabi membacakan ayat ‘Sayuthawwaquuna Maa Bakhiluu Bihi Yaumal Qiyaamati’ sampai akhir ayat.” (HR Muttafaq ‘alaih).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Kelima, kebiasaan menggunjing. Rasulullah SAW bersabda, “Ketika aku mi’raj ke langit, aku melewati suatu kaum yang mencakar-cakar wajah dan dada mereka dengan kuku yang terbuat dari timah. Kemudian, aku bertanya, ‘Siapakah mereka itu, wahai Jibril?’ Ia menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan senang menggunjing kehormatan mereka.’” (HR Abu Dawud).
Keenam, menyakiti tetangga. Rasulullah bersabda, “Demi Allah, tidaklah beriman. Demi Allah, tidaklah beriman. Demi Allah, tidaklah beriman.”Para sahabat bertanya, “Siapa, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Orang yang tetangganya merasa tidak aman dari kejahatannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis yang lain, “Sungguh, tidak akan masuk surga orang yang tetangganya merasa tidak aman dari kejahatannya.” (HR Muslim).
Ketujuh, menyebut-nyebut pemberian. Dari Abu Dzar bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang menyebabkan Allah tidak akan berbicara dengannya dan tidak akan melihatnya pada hari kiamat dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Kemudian, ia berkata, ‘Rasulullah SAW mengulanginya sebanyak tiga kali.’ Abu Dzar berkata, ‘Mereka sungguh kecewa dan merugi, wahai Rasulullah?’ Beliau SAW bersabda, ‘Mereka adalah orang yang memanjangkan pakaiannya, yang menyebut-nyebut pemberian, dan yang menggunakan hartanya dari sumpah dusta.’” (HR. Muslim).
Saudaraku, dari keterangan ayat dan hadis di atas, maka tanyakan kepada diri ini, apakah selama hidup kita senantiasa dirundung keslulitan? Bila jawabannya benar, maka muhasabah (introspeksi)-lah, sebab bisa jadi kita banyak melakukan kekeliruan dalam menjalani kehidupan yang serba fana ini. Semoga Allah menjauhkan kita dari berbagai hal yang dapat mendatangkan kesulitan hidup. Amin.(T/R2/IR)
*Redaktur MINA
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati