Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suriah Bergejolak, Ratusan Tewas dalam Bentrokan Sektarian dan Serangan Israel di Suweida

Widi Kusnadi Editor : Rudi Hendrik - 28 detik yang lalu

28 detik yang lalu

0 Views

Kelompok bersenjata anti-rezim (Foto: Anadolu)

Damaskus, MINA – Gelombang kekerasan sektarian kembali mengguncang Suriah, khususnya di Provinsi Suweida, wilayah yang dihuni mayoritas kelompok minoritas Druze. Kerusuhan yang terjadi sejak Ahad (13/7/2025) itu telah menewaskan sedikitnya 300 orang, memicu kekhawatiran baru akan krisis keamanan di negeri yang belum pulih dari perang saudara lebih dari satu dekade terakhir.

Bentrokan bermula dari laporan penculikan seorang pedagang Druze yang memicu pertempuran antara milisi Druze dengan pejuang Badui Sunni di selatan Suriah. Situasi memburuk setelah Israel melancarkan serangan militer pada Selasa (15/7), dengan dalih melindungi komunitas Druze sekaligus menghantam pasukan pro-pemerintah Suriah yang dituduh menyerang mereka.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa kekerasan kali ini menjadi yang paling mematikan di Suweida sejak pertempuran berdarah pada April dan Mei lalu antara pejuang Druze dan pasukan keamanan Suriah.

Kekerasan sektarian juga tercatat di provinsi-provinsi pesisir Suriah pada Maret lalu, di mana ratusan anggota minoritas Alawite—sekutu kuat rezim Bashar al-Assad—tewas dalam bentrokan dengan kelompok bersenjata.

Baca Juga: Kelompok Den Haag Sepakat Hentikan Perdagangan Senjata dan Larang Kapal Israel

Saat ini, Suriah diperintah oleh Ahmed al-Sharaa, mantan jihadis yang naik ke tampuk kekuasaan setelah pemberontak Islamis mengambil alih Damaskus pada Desember 2024. Al-Sharaa berulang kali berjanji akan melindungi semua minoritas di Suriah, termasuk Druze, yang selama ini berusaha menjaga netralitas dalam konflik.

Komunitas Druze sendiri merupakan kelompok kecil yang tersebar di Suriah, Lebanon, dan Israel. Di Suriah, mereka berjumlah sekitar setengah juta jiwa atau tiga persen dari populasi. Di Israel dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki, terdapat sekitar 152 ribu warga Druze yang dikenal loyal terhadap negara Israel dengan keterlibatan aktif di dinas militer.

Dalam sejarahnya, komunitas Druze kerap menjadi korban konflik sektarian dan tarik menarik kepentingan politik. Di Lebanon, Druze pernah terlibat aktif dalam Perang Saudara (1975-1990) melalui Tentara Populer yang dipimpin Walid Jumblatt.

Namun di Suriah, posisi mereka terpecah antara mendukung rezim Assad atau bersikap netral. Tokoh-tokoh seperti Walid Jumblatt memilih menentang Assad, sementara Talal Arslan mendukung rezim tersebut.

Baca Juga: Menteri Israel Serukan Pembunuhan Ahmed al-Sharaa

Ketegangan kian meningkat ketika Jabhat al-Nusra, afiliasi Al-Qaeda di Suriah, membunuh sejumlah warga Druze di desa Qalb Luza, Provinsi Idlib, pada 2015. Insiden tersebut sempat memicu ketegangan besar, namun upaya politik, termasuk seruan Jumblatt untuk menahan diri, berhasil meredam eskalasi lebih lanjut.

Hingga kini, konflik sektarian di Suriah menjadi tantangan besar bagi stabilitas nasional. Serangan Israel yang mengklaim membela Druze justru memperkeruh keadaan, memperkuat persepsi intervensi asing di tengah konflik domestik yang kompleks.

Sementara itu, pengamat Timur Tengah menilai, ketegangan di Suweida dan wilayah lain mencerminkan rapuhnya otoritas pemerintahan baru Suriah. Ditambah lagi, keberadaan pasukan asing seperti Rusia, Iran, Turki, dan Israel di berbagai wilayah Suriah membuat peluang penyelesaian damai semakin kecil. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pesawat Zionis Bom Istana Presiden Suriah

Rekomendasi untuk Anda