Survei PBB: Warga Suriah Terkepung Makan Sampah, Pingsan Kelaparan

Hala al-Nufi yang berusia dua setengah tahun, yang menderita gangguan metabolisme yang memburuk karena pengepungan dan kekurangan pangan di Ghouta timur, bereaksi saat dia duduk di tempat tidur di daerah Saqba. (foto: Doc.)

Ghouta, Suriah, MINA – Orang-orang Suriah di daerah Ghouta yang terkepung sangat kekurangan makanan sehingga mereka makan sampah pingsan karena dan memaksa anak-anak mereka untuk makan hanya pada hari-hari tertentu. Demikian dilaporkan Program Pangan Dunia PBB (WFP) pada  Rabu (22/11).

Sejak September, sekitar 174.500 orang di kota Douma, wilayah yang terkepung terpaksa menerapkan strategi penanganan darurat.

“Mereka ( yang terkepung) mengonsumsi makanan kadaluarsa, makanan ternak dan sampah. Mereka berhari-hari hidup tanpa makan, mengemis untuk mendapatkan makanan. Banyak di antara mereka yang pingsan akibat kelaparan, terutama anak-anak sekolah dan guru,” demikian isi laporan seperti dikutip MINA dari Arabiya.net.

Menurut hasil survei lapangan, sedikitnya empat orang meninggal karena kelaparan, termasuk seorang anak di Douma yang bunuh diri akibat kelaparan itu.

Pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad telah mengepung pemberontak Gouta Timur sejak tahun 2012 dan Douma tidak memiliki pasokan bantuan pangan kecuali jatah tepung terigu sejak bulan Agustus lalu setelah daerah itu terkepung.

Dalam laporan disebutkan, meski kawasan itu merupakan daerah pertanian, tapi lahan subur di pinggiran Ghouta Timur telah menjadi daerah target oleh para penembak jitu.

Pekan lalu, terjadi pertempuran dan menghancurkan ransum yang baru saja didistribusikan dari gudang. Akibatnya, semakin memparah kondisi warga. “Meski, Damaskus hanya berjarak 15 km (10 mil), dari toko roti, tapi harga roti seberat 700 gram (25 ons) saja bisa mencapai 85 kali lebih mahal di Ghouta Timur,” ungkap laporan tersebut.

Masih menurut laporan itu, diperkirakan situasi di Ghouta akan terus memburuk hingga beberapa minggu kedepan, saat persediaan makanan habis.

Sementara WFP hanya bisa menyediakan sebagian kecil makanan yang dibutuhkan warga. Satu keranjang makanan keluarga haya bisa dibagi di antara enam keluarga. Bantuan WFP itu merupakan satu-satunya bantuan yang diharapkan para kepala keluarga wanita dan miskin.

“Beberapa rumah tangga bahkan melakukan strategi dengan cara rotasi (bergilir), dimana anak-anak yang makan kemarin tidak akan makan lagi hari ini dan begitu sebaliknya,” tulis laporan WFP.

Laporan tersebut mengungkap ada seorang kepala keluarga perempuan di Douma yang mengatakan bahwa dia terpaksa memutar jatah antara anak perempuannya yang berusia 13 tahun dan cucu yatim piatu berusia dua dan tiga tahun.

“Putri saya menangis setiap kali saya mengunci pintu rumahnya karena dia tahu hari ini bukan gilirannya dan ia akan tidur dengan perut kosong,” katanya. (T/RS3P1/)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.