SURVEI: 20% REMAJA SMP DI INDONESIA PEROKOK AKTIF

Diskusi bertema “Pemberdayaan Pemuda untuk Generasi Kreatif Bebas Rokok” diadakan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) di Cikini, Jakarta, Kamis (17/12). Foto: Farhanah/MINA
Diskusi bertema “Pemberdayaan Pemuda untuk Generasi Kreatif Bebas Rokok” diadakan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives () di Cikini, Jakarta, Kamis (17/12). Foto: Farhanah/MINA

Jakarta, 6 Rabi’ul Awwal 1437/17 Desember 2015 (MINA) – Sebuah survei mengungkapkan remaja usia 13-15 tahun di Indonesia adalah perokok aktif. Fakta menunjukkan tiga dari tujuh remaja usia Sekolah Menegah Pertama (SMP) sudah pernah merokok.

Survei diungkap dalam diskusi bertema “Pemberdayaan Pemuda untuk Generasi Kreatif Bebas Rokok” yang diadakan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) di  Cikini, Jakarta, Kamis (17/12).

Menurut data ,  mayoritas perokok aktif di Indonesia  datang dari kalangan masyarakat yang kurang mampu. Mereka menghabiskan sebagian pendapatan mereka untuk membeli

Salah satu alasannya, menurut Nanda dari aktivis gerakan Smoke Free Agents (SFA), masyarakat miskin yang merokok dikarenakan kurangnya informasi terhadap bahaya merokok. “Lingkaran adiksi (kecanduan akibat rokok) akan lebih menang dari logika, jadi mereka sulit untuk berhenti dan itu dieksploitasi oleh perusahaan rokok,” ujarnya.

Berdasarkan keprihatinan di atas, maka CISDI mendirikan Generasi Kreatif Penggerak Nusantara yang bertujuan mengedukasi pelajar SMP di Indonesia akan dampak dan bahaya merokok. Di samping itu, gerakan bertujuan melahirkan aktor kreatif dalam mengurangi perilaku merokok sehingga tercipta generasi bebas rokok.

Dengan begitu, para pemuda dan pemangku kebijakan dapat berperan akif dalam pengendalian tembakau di Indonesia.

“Merokok tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga keluarga dan lingkungan sekitar. Merokok dapat menyebabkan penyakit stroke, jantung, kanker paru-paru, kanker mulut dan tenggorokan, serta masih banyak lagi penyakit lainnya,” kata Lily Sulistyowati selaku Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Oleh karena itu, Ia menegaskan dibutuhkan tanggung jawab bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk mencegah bertambahnya jumlah perokok.

Sementara Soewarta Kosen, dokter dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes, mengatakan peran pemerintah harus lebih gesit lagi agar tidak terbuai dalam industri pro rokok.

Diskusi menghadirkan berbagai pembicara yang kompeten di bidang Kesehatan seperti, Lily Sulistyowati, Soewarta Kosen, Diah Saminarsih (pendiri CISDI), Tajudin Nur (Kepala Dinas SMP, Dinas Pendidikan DKI Jakarta), dan pegiat SFA.

Dengan adanya diskusi ini, diharapkan pembuat kebijakan dapat mendukung, serta terjalinnya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah untuk bergerak bersama mencegah bertambahnya perokok di Indonesia. (L/M02/R04)

 

Miraj Islamic News Agency (MINA)

 

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.