Oleh: Ali Farkhan Tsani, Penulis Redaktur Senior MINA (Mi’raj Islamic News Agency), Da’i Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar
Syaikh Dr. ‘Aidh Al-Qarni, seorang ulama terkemuka asal Arab Saudi, yang sedang memberikan ceramah di Kota Zamboanga, Filipina Selatan, mengalami insiden percobaan pembunuhan, penembakan atas dirinya pada Selasa (1/3) sore.
Ulama Malaysia, Ustadz Rizuan Rahmat kepada Harakah Dailiy mengecam insiden itu, yang ia sebut sebagai tindakan orang jahat terhadap seorang ulama.
Beruntung, atas pertolongan Allah, Al-Qarni, penulis buku fenomenal “La Tahzan (Jangan Bersedih), selamat dari upaya pembunuhan, dan hanya terluka di bagian tangannya.
Baca Juga: Kisah Muchdir, Rela tak Kuliah Demi Merintis Kampung Muhajirun
Kita tentu ingin mengetahui lebih jauh siapa dan bagaimana aktivitas Al-Qarni dalam pengembangan dakwah Islam di dunia.
Riwayat Singkat
Nama lengkapnya adalah ‘Aaidh bin Abdullah al-Qarni, lahir di desa al-Syuraih, Arab Saudi, 1 Januari 1959 M. atau 1379 H.
Sebutan Al-Qarni di belakang namanya dikaitkan dengan nama kabilahnya “balqarn”, dari suku Arab Azdiyyah yang mendiami utara provinsi ‘Ashir, Arab Saudi bagian selatan.
Baca Juga: Bashar Assad Akhir Rezim Suriah yang Berkuasa Separuh Abad
Jenjang pendidikan yang ia lalui, mulai dari kesarjanaan pada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Imam Muhammad ibn Su’ud (tahun 1403-1404 H.), Master dalam bidang Hadits Nabi (tahun 1408 H.) dengan tesis berjudul al-Bid’ah wa Atsaruha fi ad-Dirayah wa ar-Riwayah (Pengaruh Bid’ah terhadap ilmu Dirayah dan Riwayah Hadits).
Gelar doktornya diraih dari universitas yang sama Imam Muhammad ibn Su’ud (tahun 1422 H.) dengan judul desertasi “Dirasah wa Tahqiq Kitab al-Mafhum ‘Ala Shahih Muslim li al-Qurthubi” (Analisis Kitab al-Mafhum ‘Ala Shahih Muslim karya Al-Qurthubi).
Ia sejak mahasiswa hafal Al-Quran dan juga hafal kitab hadis Bulughul Maram, serta menguasai lebih dari 5.000 hadits dan 10.000 bait syair Arab klasik hingga modern, dalam usia 23 tahun.
Syaikh ‘Aaidh bin Abdullah al-Qarni aktif dalam kegiatan dakwah Islam, mulai dari mengisi khutbah, kuliah, ceramah, seminar-seminar, dan menulis beberapa buku dan syair sastra.
Baca Juga: Nama-nama Perempuan Pejuang Palestina
Al-Qarni begitu ia disapa, ayah dari tiga putera dan enam puteri ini juga dikenal sebagai tokoh pembaruan di Arab Saudi yang berani menyuarakan kebenaran. Keberaniannya menyuarakan kebenaran ini sempat membuatnya merasakan jeruji besi pemerintah Al-Saud. Ia mendekam dalam penjara selama 10 bulan pada 1996, karena bersama beberapa ulama muda Saudi lainnya berani berteriak lantang menentang kehadiran pasukan Amerika Serikat di Arab Saudi atas undangan pemerintah Al-Saud. Sikap para ulama ini ditunjukkan melalui tulisan-tulisan yang mereka terbitkan.
Buku Laris La Tahzan
Syaikh ‘Aaidh Al-Qarni adalah penulis buku yang produktif. Sudah lebih dari 80 judul buku ia tulis, dan yang paling laris adalah buku berjudul La Tahzan (Jangan Bersedih).
La Tahzan, yang ia tulis ketika ia di dalam penjara, berisi uraian dengan kedalaman penjiwaan yang menyentuh, memotivasi, dan menggugah setiap pembacanya. Uraian dan bahasanya sebenarnya sederhana tapi penuh hikmah.
Baca Juga: Sosok Abu Mohammed al-Jawlani, Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham
Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam 29 bahasa dunia. Bahkan di Arab Saudi, buku itu sudah dicetak kurang lebih 1,5 juta eksemplar tahun 2006.
Dalam bukunya, ia memotivasi dan menggugah pembaca untuk tidak menyesali kehidupan, tidak menentang takdir, dan tidak menolak dalil-dalil dalam Al-Quran dan As-sunnah. Akan tetapi mencoba menyelami, mengikuti dan akhirnya menikmatinya. Menikmati kehidupan di dunia ini dengan ibadah dan amal shalih, hingga kelak menikmati pula hasilnya di akhirat.
Buku lain karyanya yang juga cukup dikenal di Saudi antara lain adalah: Al-Azhamah, Hada’id Dzat Bahjah dan Fih ad-Dalili.
Edisi Indonesia yang juga laris adalah “30 Tips Hidup Bahagia”, “Menjadi Wanita Paling Bahagia”,”Bagaimana Mengakhiri Hari-Harimu”, “Jagalah Allah, Allah Menjagamu”, “Majelis Orang-Orang Saleh”, “Cambuk Hati”, “Berbahagialah, Power of Love”, “Jadilah Pemuda Kahfi,” “Mutiara Warisan Nabi SAW”, dan “Gerbang Kematian”.
Baca Juga: Abah Muhsin, Pendekar yang Bersumpah Jihad Melawan Komunis
Karya-karyanya yang lain adalah “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin”, “Sumber Inspirasi Orang Saleh”, “40 Hadits Qudsi dan Dzikir”, “Membangun Rumah dengan Taqwa”, “Cahaya Pencerahan”, “Cahaya Zaman”, “Jangan Takut Hadapi Hidup”, “Demi Masa, Beginilah Waktu Mengajari Kita”, “Nikmatnya Hidangan Al-Qur’an”, dan “Manusia Langit Manusia Bumi”.
Karya Puisi
Syaikh ‘Aaidh Al-Qarni juga menulis beberapa karya sastra jenis syair (puisi) yang menggugah jiwa. Di antaranya ia menulis,
“Kutanamkan di dalamnya mutiara,
hingga tiba saatnya ia dapat menyinari tanpa mentari,
dan berjalan di malam hari tanpa rembulan.
Karena kedua matanya ibarat sihir
Baca Juga: Pangeran Diponegoro: Pemimpin Karismatik yang Menginspirasi Perjuangan Nusantara
dan keningnya laksana pedang buatan India
Milik Allahlah setiap bulu mata,
leher dan kulit yang indah mempesona.
Pada puisi lainnya ia menuliskan:
Betapapun kulukiskan keagungan-Mu dengan deretan huruf,
Kekudusan-Mu tetap meliputi semua arwah
Engkau tetap yang Maha Agung, sedang semua makna,
akan lebur, mencair, di tengah keagungan–Mu, wahai Rabbku.
“Saya ingin mencoba memberikan solusi kepada manusia, melalaui kaya-karya tulis saya,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Motivasi Menulis
Syaikh ‘Aaidh Al-Qarni menceritakan pengalamannya menulis buku La Tahza, selama tiga tahun, setelah ia membaca lebih dari 300 buku sebagai rujukannya.
Melengkapi referensinya, ia saat ini memiliki buku di perpustakaan pribadinya sejumlah 10.000 judul kitab/buku.
Dengan sastra sederhana ia mencoba menulis bab per bab, agar pembaca tidak bosan membacanya. Ia mencobanya membuat sedikit berlika-liku seperti sebuah taman, sehingga pembaca seperti berjalan di tempat yang indah.
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Kunci utama saat akan menulis adalah berdoa, memohon kekuatan dari Allah agar menganugerahinya ilham untuk tulisan-tulisannya.
“Pelajaran terpenting bagi banyak orang, baik penulis maupun penceramah, sepandai apa pun ia berpidato dan mengungkapkan kata-kata indah, ia tetap harus memohon kepada Allah. Maka, setiap kali saya umrah di Mekkah, saya selalu berdoa kepada Allah agar diberi kemampuan menulis sebaik-baiknya”, ujarnya memberikan tips menulis.
Kebahagiaan hakiki ya ia rasakan, bukanlah pada harta yang fana atau tempat tinggal mewah yang bakal tiada. Namun pada saat tulisan demi tulisannya selesai.
“Saya bahagia. Saya orang yang kaya. Itu berkat doa umat Islam yang membaca tulisan-tulisan saya. Itu lebih berharga daripada harta. Selain membuat saya dikenal, yang terpenting, adalah tulisan saya telah memberi banyak manfaat pada umat manusia,” ucapnya.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Termasuk saat buku terjemahnya edisi bahasa Indonesia, laris manis menjadi best seller di Indonesia. Sementara ia tidak mendapatkan hak ciptanya.
Ia hanya menjawab, “Semoga Allah mengampuni mereka. Secara peribadi, saya sangat bersyukur buku saya menyebar di mana-mana, sehingga orang memanfaatkannya dan mendoakan saya. Doa lebih berharga daripada harta. Apa manfaatnya harta dan kedudukan?” paparnya.
Ia pun menyebutkan bahwa kegiatan dakwah, baik lisan maupun tulisan, tidak boleh berhenti, sampai kapanpun.
Kini, sepanjang 29 tahun Syaikh mengarungi dunia dakwah, kaset-kaset ceramahnya telah beredar dan berkumandang di sejumlah masjid, yayasan, universitas dan sekolah di berbagai belahan dunia.
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Kita patut meneladani kebaikannya, membaca dan mengaplikasikan karya-karyanya, serta mencontoh keteguhannya dalam berdakwah, walau nyawa taruhannya. Insya-Allah. (P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)