Syawal pun Menjelang Tiba (Tazkirah Menjelang Buka #29)

Oleh: Prof Madya Dr Abdurrahman Haqqi, Wakil Pengarah, Pusat Penyelidikan Mazhab Syafi’i, UNISSA Brunai Darussalam

Seandainya anda mendengar ada orang berpuasa selama 31 hari atau 28 hari, tentunya anda menggelengkan kepala keheranan. Ini karena jumlah hari dalam sebulan mengikut kalender Hijrah hanyalah 29 atau 30 hari.

Bagaimanapun jika anda biasa ke luar negeri, tentulah ia bukan sesuatu yang mengherankan. Kita umpamakan seorang Muslim dari Bandar Seri Begawan melaksanakan umrah sekarang dan akan berhari raya di Makkah. Sebagai contoh, Ramadhan kita bermula pada 1 Februari sedangkan Arab Saudi pada 31 Januari, sehari lebih awal. Jika di Makkah hari raya jatuh 1 Maaret, tentu rekan yang pergi umrah tadi puasanya hanya 28 hari tanpa batal satu hari pun. Begitu juga dengan yang datang Arab Saudi, jika mau berhari raya di negara ini, tentu dia akan berpuasa selama 31 hari karena Idul Fitri di rantau ini pada 3 Maret.

Permasalahannya sekarang, wajiblah Muslim Brunei berkenaan qada sedangkan dia tidak pernah meninggalkan puasa Ramadhannya? Dan mestikah saudara Muslim dari Arab Saudi itu berbuka puasa pada hari yang masih dalam bulan Ramadhan di rantau ini sedangkan dosa berbuka dengan sengaja pada bulan Ramadhan sangatlah besar.

Walaupun kaedah mengatasi permasalahan ini pernah dibuat dalam persidangan awal peringkat menteri Organisasi Kerjasama Islam (OIC) di Turki di penghujung abad lalu, pelaksanaannya bukan saja belum dilakukan, malah tanda ia akan dilaksanakan belum ada.

Ketika ini kita sudah mempunyai alat canggih untuk merukyah yang dikenali teleskop rukyah.

Teknologi ini hasil dari jasa astronomi Muslim silam seperti Al-Khawarizmi, Ibn Masyar, Al-Battani, Ibn Yunus dan Ibn Baitar.

Pada zaman kekhalifahan Baghdad, terbina teropong bintang terbesar di dunia dengan diameter 40 meter di Samarkand.

Pengamatan ilmuwan Muslim terhadap kedudukan bintang juga tercatat dalam sejarah astromi.

Sayangnya, hasil selama kira-kira 700 tahun Islam mengetuai peradaban dunia itu tidak ada dalam simpanan ilmuwan Islam masa kini sebaliknya ada di Barat.

Bukankah kita layak memelihara mutiara yang hilang itu dan menggunakannya dengan baik agar kita dapat berpuasa bersama dan berhari raya bersama.

Dengan demikian, kekuatan dan perpaduan kita akan terus digeruni oleh orang lain.

Ya Allah satukanlah hati kaum muslimin untuk membela agama-Mu dan kebenaran. Amin ya Allah.

BSB, 29 Ramadan 1444H/19 April 2023M

(AK/RS1/R1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.