Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Syawal pun Menjelang Tiba (Tazkirah Menjelang Buka #29)

Rana Setiawan - Kamis, 20 April 2023 - 21:57 WIB

Kamis, 20 April 2023 - 21:57 WIB

2 Views

Oleh: Prof Madya Dr Abdurrahman Haqqi, Wakil Pengarah, Pusat Penyelidikan Mazhab Syafi’i, UNISSA Brunai Darussalam

Seandainya anda mendengar ada orang berpuasa Ramadhan selama 31 hari atau 28 hari, tentunya anda menggelengkan kepala keheranan. Ini karena jumlah hari dalam sebulan mengikut kalender Hijrah hanyalah 29 atau 30 hari.

Bagaimanapun jika anda biasa ke luar negeri, tentulah ia bukan sesuatu yang mengherankan. Kita umpamakan seorang Muslim dari Bandar Seri Begawan melaksanakan umrah sekarang dan akan berhari raya di Makkah. Sebagai contoh, Ramadhan kita bermula pada 1 Februari sedangkan Arab Saudi pada 31 Januari, sehari lebih awal. Jika di Makkah hari raya jatuh 1 Maaret, tentu rekan yang pergi umrah tadi puasanya hanya 28 hari tanpa batal satu hari pun. Begitu juga dengan yang datang Arab Saudi, jika mau berhari raya di negara ini, tentu dia akan berpuasa selama 31 hari karena Idul Fitri di rantau ini pada 3 Maret.

Permasalahannya sekarang, wajiblah Muslim Brunei berkenaan qada sedangkan dia tidak pernah meninggalkan puasa Ramadhannya? Dan mestikah saudara Muslim dari Arab Saudi itu berbuka puasa pada hari yang masih dalam bulan Ramadhan di rantau ini sedangkan dosa berbuka dengan sengaja pada bulan Ramadhan sangatlah besar.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta

Walaupun kaedah mengatasi permasalahan ini pernah dibuat dalam persidangan awal peringkat menteri Organisasi Kerjasama Islam (OIC) di Turki di penghujung abad lalu, pelaksanaannya bukan saja belum dilakukan, malah tanda ia akan dilaksanakan belum ada.

Ketika ini kita sudah mempunyai alat canggih untuk merukyah yang dikenali teleskop rukyah.

Teknologi ini hasil dari jasa astronomi Muslim silam seperti Al-Khawarizmi, Ibn Masyar, Al-Battani, Ibn Yunus dan Ibn Baitar.

Pada zaman kekhalifahan Baghdad, terbina teropong bintang terbesar di dunia dengan diameter 40 meter di Samarkand.

Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari

Pengamatan ilmuwan Muslim terhadap kedudukan bintang juga tercatat dalam sejarah astromi.

Sayangnya, hasil selama kira-kira 700 tahun Islam mengetuai peradaban dunia itu tidak ada dalam simpanan ilmuwan Islam masa kini sebaliknya ada di Barat.

Bukankah kita layak memelihara mutiara yang hilang itu dan menggunakannya dengan baik agar kita dapat berpuasa bersama dan berhari raya bersama.

Dengan demikian, kekuatan dan perpaduan kita akan terus digeruni oleh orang lain.

Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia

Ya Allah satukanlah hati kaum muslimin untuk membela agama-Mu dan kebenaran. Amin ya Allah.

BSB, 29 Ramadan 1444H/19 April 2023M

(AK/RS1/R1)

 

Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Indonesia
Indonesia