Banda Aceh, MINA – Suasana haru dan isakan tangis pecah di Masjid Babul Maghfirah, Gampong Tanjung Selamat, Darussalam, Aceh Besar, Kamis (29/5) shubuh, usai relawan Indonesia menyampaikan kondisi terkini di Jalur Gaza.
Kajian spesial bakda Shalat Shubuh itu diisi oleh Site Manager Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Ir Edi Wahyudi. Ia merupakan warga Indonesia yang menetap selama 15 tahun di Gaza mengawal pembangunan Rumah Sakit Indonesia.
Usai kajian Shubuh, jamaah terlihat menitikkan air mata dan salah satunya tak kuasa menahan tangis sambil memeluk Edi Wahyudi. Begitu juga dengan puluhan jamaah lain, menampakkan keharuan sehingga keheningan sempat terasa di Masjid itu.
Ir Edi Wahyudi yang di Jalur Gaza lebih dikenal dengan nama Abu Fikri itu, mengupas kondisi terakhir di Gaza. Ia menerangkan sifat asli Zionis Yahudi dan bagaimana semangat juang warga Gaza menghadapi kondisi terpahit sepanjang sejarah perang di kawasan tersebut.
Baca Juga: Ketua Presidium MER-C Minta Pemerintah Fokus Hentikan Genosida di Gaza
Data paling mengerikan yang ia himpun dari berbagai sumber dan kondisi terakhir di lapangan, adalah jumlah bom yang dijatuhkan tantara penjajah Israel selama perang Badai Al-Aqsa melebihi jumlah bom selama perang dunia.
“Perang dunia 1 da 2 telah menghabiskan 38.000 ton bom merata di hampir semua belahan dunia selama perang tersebut termasuk bom atom Nagasaki dan Hirosima, sedangkan di Gaza total bom yang dijatuhkan Israel sebanyak 68.000 ton, yang mana luas Gaza itu tidak lebih luas dari Jakarta,” ujarnya, merincikan kekejaman Zionis di Gaza.
Kondisi terberat kata Abu Fikri adalah cara Israel memblokade bantuan, sehingga perang saat ini kesulitan makanan memperparah keadaan di kawasan itu. Banyak sekali kebiadaban Zionis.
“Harga gula pasir 1 kg 3 juta kalau mau minum kopi harganya 5 juta rupiah, itu pun barannya gak ada di mana susah. Mereka menggunakan senjata pospor, jadi saat pembantain di Rumah Sakit sebagian besar jenazah tinggal abu, hanya menyisakan tulang ekor manusia saja,”ungkap Abu Fikri.
Baca Juga: Indonesia Tegaskan Posisi Sebagai Episentrum Keuangan Syariah Global di BISFF 2025
Meski demikian, menurut Edi Wahyudi, Rakyat Gaza tetap memperlihatkan semangat juang dan bertahan dalam kondisi memprihatinkan saat ini.
“Yang mendasari kehidupan mereka itu adalah Al-Quran,sehingga dalam kondisi demikian mereka tetap tegar. Sering terdengar, kalimat Ya Allah Saya Ridha ya Allah. Itu kalimat yang sering terdengar,” katanya.
Uraian Edi Wahyudi mulai hening saat memasuki pembahasan Al-Quran tentang karakter Yahudi dan janji Allah Ta’ala bagi kaum muslimin dalam menghadapi Zionis di Gaza.
Ia juga mengatakan, data statistik menunjukan 70% korban genosida di Gaza adalah ibu-ibu dan anak-anak.
Baca Juga: Udara Jakarta Masih Buruk: Warga Rentan Kurangi Aktivitas Luar Ruangan
Edi berpesan untuk seluruh jamaah Masjid Babul Maghfirah, jangan sampai melupakan Gaza. Meski jauh di mata, menurutnya, jangan sampai hilang di hati.
Saat ini Edi Wahyudi sedang mempersiapkan kembali pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak di Gaza. Kunjungan kali ini ke Aceh bersama Maemuna Center Indonesia untuk bersilaturrahmi dengan berbagai unsur tokoh masyarakat, ulama, cendekia, dan akademisi di Aceh. []
Baca Juga: AWG Sampaikan Pernyataan Sikap Usai Prabowo Akan Akui Israel Jika Palestina Merdeka