Oleh: Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Qs. Al-Baqarah [2] 183)
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Alhamdulillah, dalam beberapa hari lagi, umat Islam di seluruh dunia akan menyambut tamu istimewa, yaitu bulan Ramadan. Ramadan adalah bulan tempat segala amal yang bernilai ibadah akan dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sampai tak terhingga. Sebagai umat Islam, kita bersyukur dengan hadirnya bulan suci Ramadan beserta keutamaan-keutamaan yang dibawanya.
Sebagai bentuk rasa syukur kita akan hadirnya bulan suci Ramadan, sudah sepantasnya bagi kita menjalankannya dengan sepenuh hati agar termasuk dalam golongan yang bertakwa.
Untuk memperoleh kebaikan bersama atas hadirnya bulan Ramadan, maka kami menyerukan beberapa hal, sebagai berikut:
Pertama, umat Islam harus berbahagia dengan hadirnya bulan Ramadan.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أتاكم رمضان شهر مبارك. فرض الله عز وجل عليكم صيامه، تفتح فيه أبواب السماء، وتغلق فيه أبواب الجحيم، وتغلّ فيه مردة الشياطين، لله فيه ليلة خير من ألف شهر،
Telah datang kepada kalian ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah wajibkan kepada kalian puasa di bulan ini. Di bulan ini, akan dibukakan pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka, serta setan-setan nakal akan dibelenggu. Demi Allah, di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan. Siapa yang terhalangi untuk mendulang banyak pahala di malam itu, berarti dia terhalangi mendapatkan kebaikan. (HR. Ahmad, Nasai 2106, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Kedua, umat Islam dapat menggunakan bulan suci Ramadan sebagai ajang untuk meningkatkan amal ibadah mahdhoh dan ghairu mahdhoh. Ibadah mahdhoh adalah ibadah yang telah digariskan melalui syariat seperti : Shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, dan lainnya.
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Sedangkan Ibadah ghoiru mahdhoh adalah suatu pekerjaan yang bisa bernilai ibadah (ada pahalanya) jika diniatkan karena Allah, dan bisa tidak bernilai ibadah jika hanya berniat untuk dunia. Contoh : Bekerja untuk mencari nafkah,, tolong menolong sesama, termasuk memberi makan dan minum kepada yang berpuasa.
Ketiga, umat Islam hendaknya menjadikan bulan suci Ramadan sebagai ajang memperkuat persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berjamaah dan meningkatkan solidaritas terhadap sesama manusia. Ramadan juga diharapkan dapat memperkuat kerukunan antar umat beragama, menciptakan perdamaian di Timur Tengah dan daerah konflik lainnya.
Keempat, kita harus bersyukur atas nikmat Allah karena bulan Ramadan 1438 H diprediksi tidak ada perbedaan dalam mengawali dan mengakhiri puasa. Tentu ini adalah nikmat dari Allah yang patut untuk disyukuri.
Kelima, bagi non muslim, diharapkan untuk menghormati umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah puasa Ramadan, dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu ;
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
- tidak makan dan minum di tempat umum,
- tidak memakai pakaian yang mengumbar syahwat, dan
- untuk lembaga-lembaga atau instansi yang karyawannya biasa memakai pakaian terbuka agar dapat menyesuaikan diri.
Keenam, umat Islam hendaknya menghidupkan Ramadan paling tidak dengan empat hal, yaitu:
- memperbanyak membaca Al-Quran,
- memperbanyak kajian-kajian Islam,
- melaksanakan sholat Tarawih di awal atau sepertiga malam akhir, dan
- meningkatkan produktifitas dan kinerja serta tidak bermalas-malasan karena puasa.
Ketujuh, untuk meminimalisir kemaksiatan, maka diharapkan umat Islam memperbanyak amar makruf nahi munkar dengan koordinasi dengan pihak-pihak terkait agar mampu menampilkan indahnya Islam yang senantiasa menyebarkan rahmat dan kedamaian bagi seluruh alam.
Kedelapan, umat Islam diharapkan mampu melaksanakan ibadah puasa Ramadan hingga akhir sehingga dapat menjadi pribadi yang lebih baik serta memperoleh ampunan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Kesembilan, untuk mengoptimalkan ibadah, umat Islam diharapakan melaksanakan i’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadan.
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Kesepuluh, umat Islam agar meninggalkan budaya konsumerisme dan pemborosan selama Ramadan. Makan dan minum secukupnya dan hindari sifat berlebih-lebihan.
Demikianlah tausiyah ini kami sampaikan semoga umat Islam khususnya di Indonesia dan umumnya seluruh dunia mendapat ampunan dari Allah, menjadi pribadi-pribadi bertakwa.(R06/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah