Tel Aviv, MINA – Hagai Angerst, ayah dari tentara Israel Matan Angerst yang Senin (13/10) lalu dibebaskan dari Gaza menceritakan detail penahanan putranya oleh kelompok perlawanan Palestina.
“Dia sembayang tiga kali sehari menggunakan siddur yang dia minta dan terima dari seorang pejabat Hamas,” kata Hagai kepada Channel 13 Israel pada Ahad (19/10) tentang perlakuan baik pejuang Hamas terhadap sandera.
Hagai mengatakan, putranya berpindah-pindah tempat selama penawanannya.
“Kondisinya jauh lebih sulit. Dia adalah seorang tentara yang melawan mereka (Hamas),” jelasnya.
Baca Juga: Ben Gvir Ultimatum Netanyahu: Segera Lucuti Senjata Hamas
Angerst menambahkan bahwa tentara Israel yang disandera “dapat memilih makanan yang tersedia.”
Para mantan sandera Israel, baik tentara maupun pemukim, mengonfirmasi dalam beberapa wawancara bahwa para pejuang Hamas memperlakukan mereka secara manusiawi.
Mereka mengatakan, para pejuang lebih takut pada serangan udara Israel daripada melukai sandera.
Mantan sandera perempuan juga melaporkan adanya diskusi yang bersahabat dengan para penculik mereka.
Baca Juga: Al-Qassam Bantah Terlibat Insiden Rafah, Tegaskan Komitmen Gencatan Senjata
Sejak kelompok sandera gelombang pertama dibebaskan, otoritas Israel telah memberlakukan kontrol ketat atas pernyataan dari para tawanan yang dibebaskan. Langkah itu diambil setelah kesaksian awal menyoroti perlakuan manusiawi oleh para pejuang terhadap mereka, yang bertentangan dengan propaganda Israel.
Omer Shem Tov, salah satu sandera Israel yang dibebaskan dalam gencatan senjata Januari lalu bahkan mencium kening dua pejuang Hamas sebelum dibebaskan saat serah terima.
Isyarat emosional itu telah menjadi viral, dengan videonya beredar luas di media Arab dan Ibrani. Banyak yang menyoroti isyarat tersebut sebagai ungkapan terima kasih yang tulus. Insiden ini juga menimbulkan pertanyaan tentang narasi Israel yang lebih luas dan perlakuan terhadap para sandera. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dua Tentara Israel Tewas Ternyata Akibat Buldoser Pemukim, Bukan Serangan Hamas