Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

The Power of Ikhlas

Redaksi Editor : Arif R - Rabu, 9 April 2025 - 10:24 WIB

Rabu, 9 April 2025 - 10:24 WIB

61 Views

Ilustrasi

Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur, Pembina Jaringan Pondok Pesantren Al-Fatah Indonesia

Di dunia ini, ada orang-orang yang mungkin tak kita kenal, tak punya banyak pengikut di media sosial, atau tak punya gelar panjang di depan nama. Tapi di langit, mereka luar biasa populer. Mereka adalah para selebritas langit. Siapa mereka? Mereka adalah orang-orang yang ikhlas.

Ikhlas itu seperti emas murni. Tak bercampur apa pun. Ia jernih, murni, dan suci. Dalam bahasa Arab, ikhlas berarti membersihkan sesuatu hingga benar-benar bersih. Dalam konteks amal, itu berarti kita melakukan sesuatu semata-mata karena Allah—bukan karena ingin dilihat orang, bukan karena ingin dipuji, apalagi karena ingin tenar.

Apa itu Ikhlas

Baca Juga: Adab Sebelum Berdakwah, Membangun Pengaruh dengan Keindahan Akhlak

Secara bahasa (lughah) kata ikhlas berasal dari bahasa Arab: khalasha, yakhlushu, khulushan, ikhlashan, yang berarti bersih, tiada bercampur, tulus, membersihkan sesuatu hingga menjadi bersih. Sedangkan secara istilah, ikhlas memiliki bermacam-macam arti. Imam Al-Qusyairi dalam kitab Risalatul Qusyairiyahnya menyebutkan perihal makna ikhlas. Ikhlas berarti bermaksud menjadikan Allah Ta’ala, sebagai satu-satunya yang diibadahi.

Hamka dalam bukunya “Tasawuf Modern” menyebutkan: ikhlas artinya bersih, tidak ada campuran, ibarat emas; emas tulen, tidak ada campuran perak berapa persen pun. Pekerjaan yang bersih terhadap sesuatu itu dinamakan ikhlas.

Syekh Ibn Athaillah menjelaskan tentang ikhlas, yakni melakukan amal semata ditujukan kepada Allah sebagai zat yang meiliki sang hamba, dan memang dalam hal ini dikenal dengan (terdapat) berbagai tingkatan, sesuai dengan taufiq yang diberikan Allah Ta’ala kepada seorang hamba.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyebutkan bahwa Ikhlas itu membersihkan amal-amal dari campuran-campuran tersebut seluruhnya, sedikitnya dan banyaknya. Sehingga menjadi semata-mata padanya dengan maksud at-taqarrub.

Baca Juga: Menggapai Keberkahan Hidup dengan Berjama’ah

Para ulama membagi keikhlasan ini ke dalam dua level. Pertama, Mukhlis: Orang yang masih berjuang untuk ikhlas. Kadang masih terbesit rasa ingin dipuji, kadang masih senang menceritakan kebaikannya. Tapi ia sadar, dan terus berusaha luruskan niatnya.

Kedua, Mukhlash: Orang yang sudah terbebas dari gangguan eksternal. Ia tak tergoda pujian, tak goyah oleh sanjungan. Bahkan, bisa jadi ia tidak sadar bahwa ia telah melakukan kebaikan besar, karena semua itu murni hanya untuk Allah.

Orang yang telah sampai pada tingkat mukhlashin berarti telah memiliki kemungkinan untuk muncul keajaiban di dalam dirinya sebab tidak mungkin orang itu sampai ke tingkat mukhlashin tanpa kedekatan diri dengan Tuhannya. Hati-hatilah terhadap orang seperti ini karena kalau tersinggung, Tuhannya akan tersinggung.

Itulah kekuatan (Power) ikhlas jika telah muncul pada diri seseorang. Orang-orang ikhlas menjadikan power Tuhan sebagai kekuatannya. Kebanyakan di antara mereka tidak populer di bumi, tetapi amat populer di langit. Mereka semua merupakan selebritas langit, yang memiliki sahabat-sahabat spiritual yang bekerja dengan caranya sendiri. Jangan sekali-kali memandang enteng orang-orang ikhlas karena para pengawalnya adalah malaikat.

Baca Juga: Menikah Itu Ibadah, Bukan Ajang Pamer Mahar

Orang ikhlas itu tak terikat dunia. Mereka tidak cari likes, tidak peduli viral atau tidak. Mereka hanya fokus pada satu hal: Allah ridha atau tidak. Dan hebatnya, amal orang ikhlas itu seperti air yang merembes dari celah terkecil — tetap akan sampai pada tujuannya, meski tersembunyi.

Ikhlas dalam Al-Quran

Ikhlas di dalam Al-Qura’an dibahas dalam beberapa ayat, menandakan hal tersebut merupakan sesuatu yang menyimpan banyak hikmah yang perlu digali dan bahkan dipahami untuk terus direnungkan oleh setiap orang beriman. Berikut beberapa ayat tentang ikhlas di dalam Al-Quran:

Allah Ta’ala dalam Surah Maryam [19]: 51 berfirman:

Baca Juga: Bukan Soal Harga, Tapi Barakah, Mengapa Mahar Tak Perlu Mahal

وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ مُوسَىٰٓ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ مُخْلَصًا وَكَانَ رَسُولًا نَّبِيًّا (مريم [١٩]: ٥١)

“Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Musa di dalam Kitab (Al- Qur’an). Dia benar benar orang yang terpilih, seorang rasul dan nabi.”

Dalil lainnya terdapat dalam surah Al-Hijr [15]: 39-40

قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (٣٩) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ (٤٠) (الحجر [١٥]: ٣٩ــ٤٠)

Baca Juga: Menikah di Bulan Syawal: Tradisi, Sejarah dan Maknanya dalam Islam

Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) tampak indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, (39) kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.” (40)

Selanjutnya dalam Al-Qur’an surah Shad [38]: 82-83:

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (٨٢) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ (٨٣) (ص [٣٨]: ٧٢ـــ٧٣)

(Iblis) menjawab, “Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (82) kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.” (83)

Baca Juga: Hancurnya Ukhuwah Akibat Meninggalkan Jama’ah

Dalam Surat Az-Zumar [39]: 2

إِنَّآ أَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ فَٱعْبُدِ ٱللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ ٱلدِّينَ (الزمر [٣٩]: ٢)

Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan hak. Maka, sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya.”

Surah Al-A’raf [7]: 29

Baca Juga: Mengapa Islam Mewajibkan Umatnya untuk Berjamaah?

قُلْ أَمَرَ رَبِّى بِٱلْقِسْطِ ۖ وَأَقِيمُوا۟ وُجُوهَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَٱدْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ ۚ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ (الاعرف [٧]: ٢٩)

Tuhanku menyuruhku untuk berlaku adil. Dan hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap salat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula.

Surah Ghafir [40]: 14

فَٱدْعُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْكَٰفِرُونَ (غافر [٤٠]: ١٤)

Baca Juga: Kehidupan Tanpa Jama’ah, Sebuah Jalan Menuju Kehancuran

Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada- Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya.”

Surah Ghafir [40]: 65

هُوَ ٱلْحَىُّ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَٱدْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ ۗ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ (غافر [٤٠]: ٦٥)

Dialah yang Mahahidup, tidak ada tuhan selain Dia. Maka, sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”

Baca Juga: Umat yang Banyak tapi Lemah, Fenomena Akhir Zaman dalam Perspektif Islam

Surah Az-Zumar [39]: 11-14

قُلْ إِنِّىٓ أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ ٱللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ ٱلدِّينَ (١١) وَأُمِرْتُ لِأَنْ أَكُونَ أَوَّلَ ٱلْمُسْلِمِينَ (١٢) قُلْ إِنِّىٓ أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّى عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (١٣) قُلِ ٱللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَّهُۥ دِينِى (١٤) (الزمر [٣٩]: ١١ـــ١٤)

Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah dengan penuh keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agama.(11) Dan aku diperintahkan agar menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.(12) Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku takut akan azab yang akan ditimpakan pada hari yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku.(13) Katakanlah, Hanya kepada Allah aku menyembah dengan penuh keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agamaku’.(14)”

Surah Al-Insan [76]: 8-12

Baca Juga: Korupsi, Dosa dan Bahayanya dalam Islam

وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (٨) إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَآءً وَلَا شُكُورًا (٩) إِنَّا نَخَافُ مِن رَّبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا(١٠) فَوَقَىٰهُمُ ٱللَّهُ شَرَّ ذَٰلِكَ ٱلْيَوْمِ وَلَقَّىٰهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا (١١) وَجَزَىٰهُم بِمَا صَبَرُوا۟ جَنَّةً وَحَرِيرًا (١٢) (الانسان [٧٦]: ٨ـــ١٢)

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan,(8) (seraya berkata), Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan rida Allah, kami tidak mengharapkan balasan dan terima kasih dari kamu.(9) Sungguh, kami takut akan (azab) Tuhan pada hari ketika orang-orang berwajah masam lagi penuh kesulitan.(10) Maka, Allah melindungi mereka dari kesusahan pada hari itu dan memberikan keceriaan dan kegembiraan kepada mereka.(11) Dan Dia memberi balasan berupa surga dan pakaian sutera kepada mereka karena kesabarannya. (12).

Surah Al-Lail [92]: 14-21

فَأَنذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّىٰ (١٤) لَا يَصْلَىٰهَآ إِلَّا ٱلْأَشْقَى (١٥) ٱلَّذِى كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ(١٦)وَسَيُجَنَّبُهَا ٱلْأَتْقَى (١٧) ٱلَّذِى يُؤْتِى مَالَهُۥ يَتَزَكَّىٰ (١٨) وَمَا لِأَحَدٍ عِندَهُۥ مِن نِّعْمَةٍ تُجْزَىٰٓ (١٩) إِلَّا ٱبْتِغَآءَ وَجْهِ رَبِّهِ ٱلْأَعْلَىٰ (٢٠) وَلَسَوْفَ يَرْضَىٰ (٢١) (الليل [٩١]: ١٤ـــ٢١)

“Maka Aku memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala,(14) yang hanya dimasuki oleh orang yang paling celaka,(15) yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari keimanan).(16) Dan orang yang paling bertakwa akan dijauhkan darinya (neraka),(17) yaitu orang yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya),(18) dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya,(19) melainkan (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi.(20) Dan sungguh kelak dia akan mendapat kesenangan (yang sempurna).(21)”

Hadits Tentang Ikhlas

Selain di dalam Al-Qur’an, ikhlas juga tertuang dalam beberapa hadits Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam. Berikut beberapa hadits Nabi tentang Ikhlas:

Hadits riwayat Imam Al- Bukhari dan Muslim dari sahabat Umar bin Khattab Radhiallahu anhu:

إِنَّمَا ٱلْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ ٱمْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ ٱمْرَأَةٍ يَنكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَىٰ مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ. (متفق عليه)

Amal itu tergantung dengan niatnya, dan bagi setiap orang balasannya sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barang siapa berhijrah dengan niat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia mendapatkan balasan hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa berhijrah dengan niat kepada keuntungan dunia yang akan diperolehnya, atau wanita yang akan dinikahinya, maka (ia mendapatkan balasan) hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut.”

Hadits riwayat Imam Al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu anhu:

أَسْعَدُ ٱلنَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ ٱلْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ: لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ. (روه البخاري)

Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku kelak pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlas dari dalam hati atau dirinya.”

Hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id Radhiallahu anhu:

لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ يَعْمَلُ فِي صَخْرَةٍ صَمَّاءَ لَيْسَ لَهَا بَابٌ وَلَا كُوَّةٌ، لَخَرَجَ عَمَلُهُ كَائِنًا مَا كَانَ. (متفق عليه)

Seandainya salah seorang di antara kamu melakukan suatu perbuatan di dalam gua yang tidak ada pintu dan lubangnya maka amal itu tetap akan bisa keluar (tetap dicatat oleh Allah) menurut keadaannya.”

Hadits riwayat Imam Nasa’i dari Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiallahu anhu:

إِنَّمَا يَنْصُرُ اللَّهُ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِضُعَفَائِهَا: بِدَعْوَتِهِمْ، وَصَلَاتِهِمْ، وَإِخْلَاصِهِمْ. (رواه النساء)

“Sesungguhnya Allah menolong umat ini dengan orang-orang yang lemah dengan doa, salat, dan keikhlasan mereka.”

Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu anhu:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَىٰ أَجْسَادِكُمْ، وَلَا إِلَىٰ صُوَرِكُمْ، وَلَٰكِنْ يَنْظُرُ إِلَىٰ قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ. (رواه مسلم)

Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu.”

Hadits riwayat Imam Ahmad dari Zaid bin Tsabit Radhiallahu anhu:

نَضَّرَ ٱللَّهُ ٱمْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا فَحَفِظَهُ حَتَّىٰ يُبَلِّغَهُ غَيْرَهُ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَا فِقْهَ عِنْدَهُ، وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَىٰ مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ. ثَلَاثٌ لَا يَغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ ٱمْرِئٍ مُسْلِمٍ: إِخْلَاصُ ٱلْعَمَلِ لِلَّهِ، وَمُنَاصَحَةُ أُو۟لِى ٱلْأَمْرِ، وَلُزُومُ جَمَاعَةِ ٱلْمُسْلِمِينَ، فَإِنَّ دَعْوَتَهُمْ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ. مَن كَانَتِ ٱلْآخِرَةُ هَمَّهُۥ، جَمَعَ ٱللَّهُ لَهُۥ شَمْلَهُۥ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِۦ، وَأَتَتْهُ ٱلدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌۭ، وَمَن كَانَتِ ٱلدُّنْيَا هَمَّهُۥ، فَرَّقَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُۥ، وَجَعَلَ فَقْرَهُۥ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِۦ مِنَ ٱلدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُۥ. (رواه احمد)

Semoga Allâh memberikan cahaya pada wajah orang yang mendengarkan sebuah hadits kami, lalu ia menghafalnya dan menyampaikannya ke orang lain. Banyak orang yang membawa fiqih namun ia tidak memahami. Dan banyak orang yang menerangkan fiqih kepada orang yang lebih faham darinya. Ada tiga hal yang dengannya hati seorang muslim akan bersih (dari khianat, dengki, dan keburukan) yaitu beramal dengan ikhlas karena Allâh Azza wa Jalla, menasihati ulil amri dan berpegang teguh pada Jamâ’ah Muslimin, karena do’a mereka meliputi dari belakang mereka.” Beliau bersabda, “Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri akhirat, maka Allâh akan mengumpulkan kekuatannya, menjadikan hatinya kaya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia, Allâh akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di pelupuk matanya, dan dunia yang berhasil diraih hanyalah apa yang telah ditetapkan baginya.”

Kekuatan Ikhlas

Di dalam hadis diceritakan, ketika Allah Ta’ala menciptakan bumi sebagai cikal-bakal hunian manusia, para malaikat takjub karena bola bumi itu bergetar entah berapa skala richter. Setelah Allah meletakkan gunung sebagai paku bumi, langsung bola bumi itu diam. Malaikat bertanya, “Ya Allah, masih adakah lebih hebat daripada gunung?” Allah  menjawab masih ada, yaitu besi. Besi dapat meratakan bukit dan gunung. Setelah itu, malaikat bertanya, “Ya Allah, masih adakah lebih hebat daripada besi?”

Allah Ta’ala pun menjawab, masih ada, yaitu api. Api dapat mencairkan besi. Malaikat bertanya lagi, “Ya Allah, masih adakah yang lebih hebat daripada api?” Dijawab Allah Ta’ala masih ada, yakni air. Air dapat mematikan api. Setelah itu, malaikat bertanya, masih adakah yang lebih hebat daripada air. Allah Ta’ala kembali menjawab masih ada, yaitu angin. Angin dapat menguapkan air. Malaikat pun terus bertanya, “Masih adakah yang lebih hebat daripada angin?”

Allah Ta’ala menjawab masih ada, yaitu orang-orang yang menyumbang tangan kanannya tidak ketahuan tangan kirinya, yakni orang-orang yang betul-betul ikhlas. Orang-orang ikhlas (mukhlisin) memiliki power atau kekuatan yang luar biasa. Mereka lebih hebat daripada gunung, besi, api, air, dan angin. Orang- orang ikhlas menjadikan power Tuhan sebagai kekuatannya. Kebanyakan di antara mereka tidak populer di bumi, tetapi amat populer di langit.

Iblis berkata, “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,(39) kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas (al-mukhlashun) di antara mereka.(40)”

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِۦۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَآ أَن رَّءَا بُرْهَـٰنَ رَبِّهِۦۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلْفَحْشَآءَۚ إِنَّهُۥ مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُخْلَصِينَ (يوسف [١٢]: ٢٤)

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andai kata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih (al-mukhlashun).” (Q.S. Yusuf [12]: 24)

Orang yang sudah sampai di tingkat mukhlashin berarti sudah memiliki kemungkinan untuk muncul keajaiban di dalam dirinya sebab tidak mungkin orang itu sampai ke tingkat mukhlashin tanpa kedekatan diri dengan Tuhannya. Hati-hatilah terhadap orang seperti ini karena kalau tersinggung, Tuhannya akan tersinggung.

Orang ikhlas itu mungkin tampak biasa, tapi seringkali punya keberkahan yang tidak masuk akal. Doanya tembus langit. Jalannya dipermudah. Bahkan musuhnya pun bisa luluh. Semua karena ia punya “pengawal tak terlihat” — malaikat-malaikat yang Allah tugaskan untuk melindunginya.

Ikhlas itu seperti mata air jernih. Semakin dalam, semakin bening. Semakin tersembunyi, semakin murni. Dan keajaibannya akan terasa— bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Bukan yang paling kaya, bukan yang paling terkenal, tapi yang paling ikhlas. Mari belajar ikhlas. Karena dari sinilah semua kekuatan sejati berawal. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Kolom
Tausiyah
Kolom
Ramadhan