Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tiga Muslimah, Satu Bendera, dan Seruan Kemanusiaan dari “Titik Nol Kilometer” untuk Palestina

Redaksi Editor : Arif R - 55 menit yang lalu

55 menit yang lalu

11 Views

Tiga muslimah aktivis Maemuna Center Indonesia megibarkan bendera Palestina di Kilometer Nol, Indonesia di Sabang. (FOTO: For Minanews.net)

DI ANTARA rimbunnya pepohonan dan debur ombak Samudera Hindia yang menghantam karang, tiga muslimah Indonesia menjejakkan kaki di tempat yang disebut sebagai kilometer nol Nusantara, di Sabang, Aceh.

Matahari mulai turun perlahan ke ufuk barat, menyisakan cahaya jingga yang menyapu langit. Dalam suasana yang khusyuk dan hening, tiga aktivis Maemuna Center Indonesia, Onny Firyanti Hamidy, Yurdani Binti Muda Balia, dan Alimah Bulan mengibarkan bendera Palestina, membawa pesan solidaritas dari Jakarta hingga ke ujung paling barat negeri ini.

Bukan perkara mudah sampai ke sana. Onny dan Alimah Bulan, ditemani seorang dokumenter, Iwan Abdurrohman. Dari Jakarta mereka menempuh penerbangan panjang, menyeberang dari daratan Aceh ke Pulau Weh. Sementara Yurdani Binti Muda Balia menyambut semangat itu di Kutraja Banda Aceh.

Dengan semangat membaja, dipandu oleh seorang driver lokal, Syafrizal, ketiganya dibawa menyusuri medan terjal dan berkelok menuju Tugu Kilometer Nol Indonesia. Ia telah berulang kali menemani para aktivisi peduli Palestina yang berkegiatan di Sabang.

Baca Juga: Maemuna Center Indonesia Audiensi dengan Wali Kota Sabang, Sosialisasikan Pembangunan RSIA di Gaza

Biasanya orang enggan datang ke sana menjelang malam. Tapi demi Palestina, ketiganya tak gentar. Mereka tiba di Kilometer Nol jelang Maghrib, saat angin mulai menusuk dan jalanan mulai lengang. Onny Firyanti sempat menyerah, saat ombak di laut Sabang tidak bersahabat. Cuaca sore itu sedang tidak cerah, mendung disertai angin samudera yang membawa hantaman ombak ke buritan kapal.

“Akhirnya sampai juga perjuangan untuk Palestina ini disuarakan dari Titik Nol Indonesia,” ujar Onny

Di sanalah, dalam kesunyian yang agung, mereka mengibarkan bendera. Satu lembar kain dengan warna merah, hijau, putih, dan hitam itu berkibar gagah di sisi bendera Indonesia.

Sebuah simbol kuat tentang empati, keberanian, dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Onny Firyanti saat ini memimpin Maemuna Center Indonesia, lembaga yang konsen membantu Palestina dan sedang berupaya mewujudkan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) di Gaza.

Baca Juga: Udara Jakarta 3 September 2025 Tidak Sehat bagi Kelompok Sensitif

Kisah mereka bukanlah satu-satunya gema dukungan dari Sabang. Sebelumnya, tepatnya 8 Juni 2024, aktivis dari Aqsa Working Group (AWG) Sabang juga melakukan aksi serupa. Mereka mengibarkan bendera Palestina di lokasi yang sama, Tugu Kilometer Nol, sebagai bagian dari kampanye solidaritas untuk rakyat Gaza yang terus dibombardir. Mereka tidak hanya mengibarkan bendera, tetapi juga menggelar diskusi tentang Palestina dan literasi digital, memperkuat sisi edukatif dari perjuangan ini.

Tak cukup sampai di darat, keesokan harinya, pada 9 Juni 2024, sekelompok penyelam dari komunitas Scuba Weh dan relawan AWG melakukan hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya: mengibarkan bendera Palestina dan Indonesia di bawah laut, tepatnya di Tugu Bawah Laut Kilometer Nol Sabang, pada kedalaman 12 meter.

Aksi ini menggetarkan banyak hati. Salah satu penyelam, Arif Ramdan, mengaku sangat terharu bisa menjadi bagian dari sejarah kecil namun bermakna itu. Ia merasa bahwa laut Indonesia pun turut bicara, bahwa bahkan dari dasar samudera, suara dukungan untuk Palestina bisa menggema ke permukaan dunia.

Pantai, Bukit, Laut: Dari Aceh ke Selat Sunda

Baca Juga: Jakarta Rabu Ini Panas, Waspada Hujan Ringan di Bogor dan Tangerang

Gelombang solidaritas tak berhenti di Sabang. Pada Hari Pahlawan, 10 November 2024, relawan AWG kembali mengibarkan bendera Palestina di Puncak Pantan Terong, Takengon, Aceh Tengah. Tempat yang selama ini dikenal sebagai lokasi wisata, menjadi medan pernyataan sikap: bahwa nilai kepahlawanan hari ini adalah keberpihakan kepada yang tertindas.

Bahkan di laut terbuka, semangat ini terus berkibar. 16 November 2024, ribuan warga dari Lampung dan sekitarnya berkumpul di atas kapal feri di Perairan Selat Sunda, mengibarkan bendera Palestina dan Merah Putih dalam aksi solidaritas massal yang menggetarkan. Dari darat, laut, hingga bukit, Indonesia menunjukkan bahwa hati rakyatnya berpihak.

Tiga Perempuan, Ribuan Jiwa, Satu Tujuan

Dalam jejak langkah Onny, Yurdani, dan Alimah Bulan, terkandung semangat yang sama dengan para penyelam, para aktivis, dan ribuan warga di berbagai penjuru negeri. Meski berbeda waktu dan medan, benang merahnya adalah satu: solidaritas kemanusiaan.

Baca Juga: Situasi Terkini Palestina: Genosida dan Siasat Migrasi Paksa

Ketiganya tidak beraksi di hadapan kamera besar atau sorotan media. Mereka hanya ingin mengirim pesan dari tempat yang sunyi namun sakral: bahwa Indonesia, dari titik paling baratnya sekalipun, tidak pernah diam terhadap penderitaan Palestina.

Mereka menyadari bahwa mungkin aksi ini takkan mengubah situasi secara langsung. Tapi mereka percaya, bahwa keadilan tak lahir dari diam. Ia lahir dari suara-suara kecil yang berani berbicara, dari tindakan-tindakan simbolis yang tulus, dan dari langkah-langkah sederhana yang dilakukan dengan cinta dan niat baik.

Akhirnya, Bendera Itu Berkibar…

Ketika malam mulai menyelimuti hutan Sabang dan adzan Maghrib berkumandang dari kejauhan, tiga perempuan itu menatap bendera Palestina yang berkibar di Kilometer Nol.

Baca Juga: Rusuh Jakarta, Kerugian Tembus Triliunan

Dalam diam, mereka tahu: perjalanan mereka bukan akhir dari perjuangan, tapi bagian kecil dari perjuangan besar umat manusia.  Dan di titik nol itu, Indonesia sekali lagi bersuara untuk saudaranya di Gaza, Palestina. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Maemuna Center Teken MoU dengan UIN Ar-Raniry, Sinergi untuk Pembangunan RSIA di Gaza

Rekomendasi untuk Anda