Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim Garam Farmasi BPPT Raih Penghargaan BJHTA

Rendi Setiawan - Kamis, 18 Agustus 2016 - 23:00 WIB

Kamis, 18 Agustus 2016 - 23:00 WIB

598 Views

Jakarta, 14 Dzulqadah 1437/18 Agustus 2016 (MINA) – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kembali menganugerahkan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA) ke-9 di Kediaman Presiden RI ke-3, BJ. Habibie di Jalan Petra, Kuningan, Jakarta, Kamis (18/8).

Penghargaan BJHTA tahun ini diraih oleh Tim Garam Farmasi BPPT terdiri dari 7 orang Peneliti dan Perekayasa BPPT dengan berbagai latar belakang kompetensi yakni Imam Paryanto, Bambang Srijanto, Eriawan Rismana, Wahono Sumaryono, Tarwadi, Purwa Tri Cahyana, dan Arie Fachruddin.

Kepala BPPT, Dr. Unggul Priyanto mengatakan, biasanya penghargaan ini selalu diraih oleh individu. “Namun, untuk tahun ini diraih oleh tim,” katanya kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di sela-sela acara.

Dikatakannya, peraih penghargaan kali ini diberikan kepada tim riset yang berhasil menciptakan inovasi berupa Garam Farmasi sebagai Bahan Baku Obat-obatan yang diklaim selama ini hampir 100% masih impor dari luar negeri.

Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan

“Inovasi Garam Farmasi ini telah diproduksi massal oleh PT Kimia Farma. Diharapkan inovasi Garam Farmasi ini dapat menciptakan kemandirian industri farmasi nasional agar tidak terus bergantung pada produk impor,” katanya.

Unggul menambahkan, peraih penghargaan ini dipilih melalui penilaian yang didasarkan pada azas-azas inovasi yang terdiri dari azas penemuan (invention), kreatif, efisien dan efektif, nilai tambah dan azas manfaat serta 10 poin kriteria penilaian.

“Penghargaan ini menekankan peneliti, perekayasa untuk banyak menghasilkan inovasi tidak sebatas paper tetapi produk-produknya bisa dipakai masyarakat,” kata Unggul.

Kebijakan pemerintah mengusung kemandirian di semua sektor termasuk bahan baku industri farmasi, pangan, dan kimia mendorong Tim Garam Farmasi BPPT kembali bergairah untuk melakukan penjajakan kerjasama produk garam farmasi. Hal tersebut, kata Unggul, disambut baik oleh PT Kimia Farma untuk menjalin kerjasama dalam memproduksi dan membangun pabrik garam farmasi.

Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal

Sementara itu, Perwakilan Tim Garam Farmasi, Imam Paryanto mengungkapkan bahwa penandatanganan MoU untuk pembangunan pabrik Garam Farmasi akhirnya dilakukan pada 2013 lalu yang ditindaklanjuti dengan pekerjaan Studi Kelayakan, Perencanaan Pabrik Garam Farmasi termasuk Detailed Engineering Design dan Supervisi pada saat komisioning.

“Pembangunan pabrik Garam Farmasi berkapasitas 2 ribu ton/tahun dimulai dengan ground breaking pada tanggal 14 Agustus 2014 dan selesai pada akhir tahun 2015 kemarin dengan memperoleh sertifikat izin produksi dari Badan POM RI,” kata Imam.

Selain itu, kata Imam, Tim Garam Farmasi BPPT juga telah mendapatkan Anugerah Adhibrata dari Kemenristekdikti pada puncak acara Hateknas ke 21 tahun 2016.

Direktur PT Kimia Farma, Rusdi Rosman mengatakan bahwa banyak manfaat yang bisa diambil dari penguasaan teknologi produksi Garam Farmasi dalam negeri, salah satunya adalah dalam rangka memberikan kontribusi pada upaya pemerintah untuk menurunkan impor bahan baku farmasi hingga 40% pada tahun 2019 nanti.

Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas

Menurut Rusdi, pabrik Garam Farmasi milik PT Kimia Farma yang berkapasitas 2 ribu ton/tahun akan beroperasi berdasarkan paten teknologi milik BPPT No ID P0026107 (granted 2010) merupakan pabrik bahan baku obat pertama di Indonesia yang mengacu pada Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik (CPBBAOB) dengan ijin BPOM tanggal 26 Desember 2015 lalu.

Rusdi menjelaskan, pihaknya amat yakin dengan dioperasikannya pabrik Garam Farmasi, selain mengurangi ketergantungan impor, juga mempunyai manfaat dalam upaya kemandirian bahan baku farmasi secara nasional, memberdayakan produk garam lokal, khususnya produk PT Garam (Persero) yang menjadi bahan baku produksi Garam Farmasi, dan memberdayakan teknologi dan peralatan dalam negeri, serta menghemat devisa negara.

Hadir pada kesempatan itu, Presiden ke 3 RI, BJ. Habibie; Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir; dan tamu undangan lainnya. (L/P011/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Pendidikan dan IPTEK