Yerusalem, MINA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengisyaratkan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mundur dalam mendukung rencana aneksasi Israel di Tepi Barat yang diduduki.
“Bagi Trump, aneksasi bukan prioritas utamanya pada saat ini,” katanya.
Netanyahu mengungkapkan hal itu dalam wawancara dengan media Israel Channel 20, Senin (10/8) yang dikutip Arab 48.
“Sudah jelas sejak awal bahwa kami tidak akan dapat memaksakan kedaulatan kami (atas wilayah di Tepi Barat yang diduduki) tanpa persetujuan Amerika. Jika kami tidak membutuhkan persetujuan Amerika, saya akan mengambil langkah ini. Dulu, perdana menteri lain akan melakukannya,” kata Netanyahu.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Menurutnya, Presiden Trump saat ini sibuk dengan hal-hal lain. Masalah aneksasi tidak lagi dalam agendanya, dan kemungkinan juga akan dapat membatalkan pengakuan kedaulatan dan menerapkan kedaulatan juga kepentingan politik penting lainnya dari Negara Israel dalam waktu dekat.
“Saya telah berhasil mendapatkan pengakuan Amerika atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaannya ke sana, dan kedaulatan Israel atas Golan (Suriah yang diduduki), serta mendapatkan pengakuan Amerika atas legitimasi permukiman di Tepi Barat yang diduduki,” terangnya.
Dia menambahkan, dirinya bekerja selama tiga tahun dengan tim Presiden Trump untuk mengembangkan rencana “Kesepakatan Abad Ini “, yang diyakini sebagai satu-satunya rencana yang menjamin kepentingan Israel.
“Semua ini tidak terjadi secara kebetulan,” ujar dia.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Patut dicatat bahwa Netanyahu telah menyatakan lebih dari satu kesempatan niatnya untuk melaksanakan aneksasi sepihak daerah-daerah di Tepi Barat yang diduduki, dan diatur dalam perjanjian koalisi dengan “Kahol Lavan” awal Juli lalu untuk mulai melaksanakan langkah-langkahnya.
Serangan dari Gaza
Dalam wawancara ini Netanyahu menjelaskan serangan ke Gaza baru-baru ini, “Pemboman situs pemantauan untuk faksi-faksi perlawanan di Jalur Gaza yang terkepung adalah “bukan respon yang lemah” untuk serangan balon pembakar dari Gaza tersebut menuju permukiman Israel di sekitarnya,” katanya.
Dia menambahkan, Hamas dan organisasi lain telah melihat apa yang terjadi di masa lalu, dan dia menyarankan mereka untuk mengingat pelajaran itu dengan baik.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
“Saya tidak akan mengizinkan serangan terhadap Israel atau properti Israel, warga Israel atau tentara Israel. Kami akan menanggapinya dengan kekuatan penuh, dan kami sudah melakukan itu,” ancam Netanyahu.
Pembunuhan di Lebanon
Mengenai dugaan mencegah tentara Israel dari pembunuhan anggota Hizbullah pada akhir Juli lalu, Netanyahu mengatakan, dirinya menahan diri untuk mencampuri keputusan yang diambil oleh para pemimpin militer di lapangan, katena mereka mengambil keputusan yang tepat.
“Hizbullah tidak terburu-buru menguji kesiapan kami. Kami bekerja sepanjang waktu, setiap beberapa hari, ada sesuatu yang Anda dengar dan banyak yang tidak Anda dengar, kami aktif di kawasan melawan unsur-unsur perlawanan dan melawan boneka Iran di kawasan itu, dan melawan Iran sendiri, kami tidak berhenti,” tambahnya.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
“Musuh kita mempertimbangkan hal ini, dan mereka sendiri mempertimbangkan langkah mereka terhadap kita dengan sangat hati-hati, dan saya menyarankan mereka untuk melakukannya,” kata Netanyahu lagi.
Pada akhir Juli lalu, Israel secara resmi mengumumkan bahwa mereka telah menggagalkan operasi dan penembakan para militan yang melintasi “Garis Biru” di daerah perbatasan di Lebanon selatan, sebelum kembali ke sisi Lebanon. Ini dibantah oleh Hizbullah.
Netanyahu menilai, keputusan Mahkamah Agung Israel untuk mencabut perintah pembongkaran untuk keluarga tawanan Nazmi Abu Bakr (49 tahun) dari kota Yabd, distrik Jenin, adalah keputusan yang menyedihkan, menyedihkan dan salah.
“Itu berarti mendukung “terorisme”. Saya akan melanjutkan kebijakan pembongkaran rumah,” katanya.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Seorang pejabat diplomatik senior Israel telah mengecilkan kemungkinan pemerintah AS memberikan lampu hijau kepada Netanyahu, untuk menerapkan aneksasi, karena akan ada pemilihan di AS, sementara di Israel sendiri juga kemungkinan akan ada pemilu lagi..
Aneksasi gagal gara-gara mantu Trump
American Monitor mengutip diplomat Israel, Sabtu (8/8) lalu, yang mengatakan, satu-satunya cara untuk tetap terlaksananya aneksasi adalah meyakinkan Presiden Trump, bahwa aneksasi akan meningkatkan peluangnya untuk menang dalam pemilihan presiden pada November mendatang.
Namun aPejabat Israel itu menganggap, kemungkinan Trump untuk diyakinkan sangat kecil. Bahkan para pemilih Anglikan telah mengabaikan masalah pencaplokan. Mereka sekarang berfokus pada krisis Corona dan kondisi ekonomi di Amerika Serikat lebih dari pada masalah yang terkait dengan anesasi.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Mengomentari perbedaan dalam pemerintahan AS tentang aneksasi, khususnya antara Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman, dan menantu presiden AS dan penasihat utamanya, Jared Kushner, seorang pejabat senior keamanan Israel mengatakan kepada media tersebut, bahwa perselisihan ini telah menyebar ke bagian lain dari pemerintahan AS.
Media tersebut mengungkapkan, kepala pusat Badan Intelijen Pusat (CIA) di Tel Aviv menyatakan penentangannya terhadap Duta Besar Friedman, yang bersikeras bahwa adalah mungkin untuk membujuk beberapa “negara Sunni moderat” menyatakan sejumlah dukungan mereka untuk aneksasi, atau setidaknya meremehkan pentingnya menentang langkah tersebut. (T/B04/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian