Turki Buka Restoran, Kafe, dan Rekreasi Mulai 1 Juni

Ankara, MINA – akan mengizinkan restoran, kafe, dan sejumlah fasilitas rekreasi dibuka kembali pada Senin, 1 Juni, serta mengangkat pembatasan perjalanan antarkota dalam pelonggaran lebih lanjut dari penguncian .

Dalam pidato Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Kamis (28/5) yang disiarkan televisi setelah pertemuan Kabinet pekanan, Presiden juga mengatakan pekerja sektor publik, kecuali mereka yang menderita penyakit kronis, akan kembali ke tempat kerja mereka pada 1 Juni, sementara fasilitas pengasuhan anak akan diizinkan untuk melanjutkan layanan mereka.

Negara itu menutup restoran, kafe, dan tempat berkumpul lainnya pada pertengahan Maret setelah wabah telah merenggut hampir 4.500 jiwa. Pemerintah juga memerintahkan larangan perjalanan antarkota pada awal April.

“Jika kita melihat sesuatu yang negatif, kita bisa memperkenalkan kembali pembatasan,” katanya, demikian dikutip dari The New Arab.

Namun, bar dan klub akan tetap ditutup.

Presiden Erdogan juga mengatakan, lansia berusia di atas 65 tahun dan mereka yang berusia di bawah 18 tahun akan tetap di rumah t “untuk sementara waktu.” Sementara pemuda berusia 19 dan 20 tahun sekarang akan diizinkan keluar rumah.

Turki sudah mulai melonggarkan beberapa pembatasan bulan ini termasuk pembukaan pusat perbelanjaan, tukang cukur dan salon rambut.

Pada hari Senin, Grand Bazaar Istanbul, salah satu pasar terbesar di dunia, akan membuka kembali pintunya untuk pertama kalinya dalam dua bulan.

Juga, shalat berjamaah dilanjutkan di beberapa masjid di seluruh negeri pada hari Jumat setelah penangguhan pada bulan Maret.

Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri mengumumkan jam malam baru dua hari selama akhir pekan di 15 provinsi yang paling parah terkena dampaknya, termasuk Ankara dan Istanbul.

Jumlah total infeksi yang dipastikan di Turki telah melampaui 160.000, dengan Kementerian Kesehatan mengumumkan 1.182 kasus baru dalam 24 jam terakhir dan 30 kematian baru, meningkatkan total kematian Covid-19 menjadi 4.461.

Turki menempati urutan kesepuluh dalam penghitungan internasional oleh Johns Hopkins University untuk jumlah kasus. Para ahli percaya infeksi secara global bisa lebih dari yang dilaporkan. (T/RI-1/RS2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)