Ankara, MINA – Sebuah rudal telah ditembakkan ke langit di pantai Laut Hitam, Turki dalm rangkaian uji coba sistem pertahanan S-400 buatan Rusia.
Uji coba di kota pesisir Sinop pada Jumat (16/10), menunjukkan kolom asap sempit menuju ke langit. Al Jazeera melaporkan.
Turki melakukan uji coba, setelah mengeluarkan pemberitahuan yang memperingatkan kapal dan pesawat untuk menghindari daerah di Laut Hitam.
Televisi Haber, outlet yang dekat dengan pemerintah Turki, juga melaporkan ujiacoba tersebut di situs webnya. Media Turki lainnya memuat laporan serupa.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Kementerian pertahanan Turki mengatakan tidak akan menyangkal atau mengkonfirmasi uji coba rudal.
Menurut pengamat militer, uji coba S-400 dapat memicu ketegangan antara Turki dan Amerika Serikat, yang secara tajam menentang pembelian senjata Ankara dari Moskow, dengan alasan mereka membahayakan sistem pertahanan bersama NATO.
Washington bereaksi tahun lalu dengan menangguhkan Turki dari program jet F-35 dan mengancam akan menjatuhkan sanksi.
Departemen Luar Negeri AS memperingatkan “potensi konsekuensi serius” untuk hubungan keamanannya dengan Turki jika mengaktifkan sistem.
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu
“Jika dikonfirmasi, kami akan mengecam peluncuran rudal uji S-400 sebagai tidak sesuai dengan tanggung jawab Turki sebagai sekutu NATO dan mitra strategis Amerika Serikat,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Morgan Ortagus dalam sebuah pernyataan.
Tahun lalu militer Turki melakukan uji radar terhadap sistem pertahanan permukaan-ke-udara, yang merupakan salah satu yang paling canggih di dunia dan dapat menemukan dan melacak pesawat yang masuk pada jarak menengah dan jauh.
Pada bulan Agustus, F-16 Angkatan Udara Hellenic menjadi sasaran radar S-400 ketika kembali dari latihan militer multinasional.
Turki menandatangani kesepakatan S-400 dengan Rusia pada 2017. Pengiriman empat baterai rudal pertama, senilai $ 2,5 miliar, dimulai pada Juli tahun lalu.
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Israel Dukung Gencatan Senjata dengan Lebanon
Dalam kunjungannya ke Turki awal bulan ini, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menegaskan kembali bahwa sistem S-400 buatan Rusia tidak dapat diintegrasikan ke dalam sistem pertahanan udara dan rudal NATO. (T/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Putin Punya Kebijakan Baru, Hapus Utang Warganya yang Ikut Perang