Ankara, MINA – Kementerian Luar Negeri Turki meminta Israel untuk segera menarik diri dari sisi perlintasan yang dikuasainya, karena setiap operasi yang akan dilakukan di Rafah akan berdampak pada seluruh dunia.
Hal itu terungkap dalam postingan juru bicara kementerian, Onjo Kachali, di platform “X” Selasa (7/5) seperti dikutip dari Palinfo.
Dia menyatakan, negaranya menyambut baik penerimaan proposal baru-baru ini oleh pihak Palestina mengenai gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan.
Pada Senin malam (6/5), gerakan Hamas mengatakan bahwa kepala biro politiknya, Ismail Haniyeh, memberi tahu Qatar dan Mesir tentang persetujuan gerakan tersebut terhadap proposal kedua negara penengah mengenai perjanjian gencatan senjata dengan Israel di Jalur Gaza.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
“Meskipun terdapat perkembangan positif dalam upaya menghentikan penghancuran dan pembantaian di Gaza, peningkatan serangan Israel terhadap Rafah menunjukkan sekali lagi bahwa pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak bertindak dengan itikad baik,” tegas Kachali.
“Setiap operasi yang dilakukan di Rafah tidak hanya akan berdampak pada wilayah tersebut, tetapi juga seluruh dunia,” tulisnya dalam postingan tersebut.
Dia menambahkan, Israel harus segera menarik diri dari wilayah Palestina yang dikuasainya di penyeberangan Rafah, dan segera kembali ke status quo di Rafah dan gerbang perbatasan.
Pada Selasa pagi, tentara Israel mengumumkan penguasaan wilayah Rafah di sisi Palestina yang melintasi antara Jalur Gaza dan Mesir, dengan menyerbu poros Philadelphia (Salah al-Din) di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir untuk pertama kalinya sejak penarikannya dari Gaza pada tahun 2005.
Baca Juga: Presiden Venezuela: Bungkamnya PBB terhadap Gaza adalah Konspirasi dan Pengecut
Ketika Israel mengambil kendali atas penyeberangan Rafah, koridor utama bantuan kemanusiaan, jalur tersebut ditutup di kedua arah, yang mengancam akan memperburuk bencana, terutama karena stok makanan di Gaza hanya untuk satu hingga empat hari, menurut PBB.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel melancarkan agresi terhadap Gaza, menyebabkan sekitar 113.000 syahid dan terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan sekitar 10.000 orang hilang di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang merenggut nyawa anak-anak dan orang tua.
Israel tetap melanjutkan agresinya meskipun Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi untuk segera menghentikan pertempuran, dan juga meskipun Mahkamah Internasional menuntut agar negara tersebut segera mengambil tindakan untuk mencegah tindakan “genosida” dan memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dua Kapal Tenggelam di Yunani, Satu Tewas Puluhan Hilang