Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

UIN Sunan Kalijaga-BNI Syariah Gelar Kuliah Umum

kurnia - Selasa, 17 November 2020 - 17:46 WIB

Selasa, 17 November 2020 - 17:46 WIB

9 Views ㅤ

Yogyakarta, MINA – BNI Syariah bersama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar webinar Nasional Prodi Perbankan Syariah dengan tema “Opportunities, Challenges, Strategies of Islamic Bank and Finance to Support the Halal Industry”, Senin (16/11).

Dalam webinar ini, Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo hadir sebagai Narasumber.

Hadiri lebih dari 300 peserta, juga Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum Perencanaan Dan Keuangan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sahiron; Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Afdawaiza.

Abdullah Firman Wibowo menjelaskan, ada lima tantangan dalam pengembangan perbankan syariah diantaranya adalah faktor geografi, generasi, teknologi, ekosistem, dan leadership.

Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi 

“Untuk mengatasi tantangan ini, kita harus mempunyai inisiatif untuk melakukan kolaborasi dan inovasi,” katanya.

Tantangan dari sisi geografi, Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau. Dengan luas wilayah ini, tidak semua cabang perbankan syariah bisa menjangkau remote area sehingga menyebabkan rasio inklusi masih rendah yaitu sebesar 11%.

Dari sisi generasi, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dengan lebih dari 230 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 87% merupakan penduduk muslim dengan 60%-70% masuk dalam generasi millenial.

Saat ini ada generation gap antara generasi milenial dengan generasi di atasnya sehingga pemahaman dan pengetahuan mengenai produk perbankan syariah tidak merata antar generasi.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah

Untuk tantangan teknologi, dengan perkembangan fintech yang sangat cepat, baik dari sisi pengembangan aplikasi dan uang elektronik, industri perbankan syariah harus cepat mengikuti. Dari sisi tantangan ekosistem, potensi industri halal masih cukup luas tapi hanya menjangkau 6% dari total market share.

Menurutnya, untuk leadership, jumlah pemimpin di perbankan syariah cukup terbatas. Untuk mengatasinya, perlu ada kaderisasi pembentukan pemimpin untuk mengatasi leadership gap perbankan syariah.

“Perbankan syariah memiliki peluang yang besar didukung oleh besarnya potensi bisnis industri halal. Berdasarkan riset dari State of the Global Islamic Economy Report tahun 2019, potensi bisnis industri halal sebesar US$ 2,2 triliun, terdiri dari halal food, fashion, media, tourism, pharmacy, cosmetics, dan umrah,” ujarnya.

Dalam kesempatan sama Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan Dan Keuangan, Sahiron menyampaikan, saat ini tantangan yang dihadapi perbankan syariah Indonesia adalah bagaimana meningkatkan ketertarikan masyarakat pada bank syariah.

Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon

Potensi industri halal masih belum dioptimalkan untuk meningkatkan pertumbuhan perbankan syariah,” kata Sahiron.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Afdawaiza menjelaskan, Indonesia mempunyai potensi besar dalam industri halal karena salah satunya mempunyai sumber daya dan penduduk muslim terbesar dunia. “Ini menjadi sebuah tantangan untuk Indonesia dalam mengembangkan kuantitas dan kualitas industri halal,” kata Afdawaiza.

Bicara mengenai industri halal, Indonesia menempati posisi kelima dari sisi perkembangan industri halal. Meskipun demikian, masih ada beberapa hal yang masih harus dibenahi agar Indonesia menjadi pemain utama dalam hal industri halal.

Economic Researcher Specialist Bank Indonesia, Rifki Ismal mengatakan, beberapa hal yang sudah dilakukan BI dalam pengembangan ekonomi syariah diantaranya adalah mendorong ekosistem ekonomi halal value chain.

Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng

“Salah satunya adalah BI bekerjasama dengan Kementerian Agama terkait dengan pemberdayaan ekonomi pesantren,” katanya.

Saat ini dari total 30 ribu pesantren yang ada di Indonesia, sebanyak 323 diantaranya sudah dibantu dalam hal pemberdayaan unit ekonomi. Diharapkan pesantren bisa mandiri dan lebih berkontribusi dalam pengembangan industri halal. (R/R4/R1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Wapres: Ekonomi Syariah Arus Baru Ketahanan Ekonomi Nasional

 

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Indonesia
Indonesia
Indonesia