Sarajevo, 12 Muharram 1437/25 Oktober 2015 (MINA) – Ulama kenamaan Bosnia Efendi Husein Kavazovic mengecam pemimpin Hongaria atas sejumah komentarnya yang bernada ‘sewenang-wenang’ dan anti-Islam terkait dengan krisis pengungsi yang membanjiri Eropa.
Kavazovic, yang memimpin komunitas muslim terbesar Slavia Eropa dan dikenal akan toleransinya terhadap agama-agama lain, menilai komentar Perdana Menteri (PM) Viktor Orban sebagai ketidakpahaman atas suatu masalah.
“Setiap (bentuk) ketidakpahaman merusak, dan khususnya yang disampaikan oleh pejabat politik senior yang memiliki kekuasaan sosial dan peran untuk memengaruhi opini orang lain,” ujar Kavazovic dalam sebuah pernyataan seperti dikutip OnIslam, Kamis (22/10).
Dalam komentar terbarunya PM Orban menyebut para migran, yang sebagian besar warga muslim asal Timur Tengah dan Afrika, sebagai ancaman bagi kemakmuran, keamanan, dan ‘nilai-nilai Kristen’ Eropa.
Baca Juga: Putin Punya Kebijakan Baru, Hapus Utang Warganya yang Ikut Perang
Politikus sayap kanan itu juga menyebut Islam ‘tidak pernah menjadi bagian dari Eropa tetapi datang ke Eropa’. Karena itu, kata dia, agama yang dibawa dan disebarkan oleh Nabi Muhammad tersebut tidak mencerminkan spirit Eropa tetapi sebuah cara hidup yang berbeda.
Mengkritik komentar Orban, Kavazovic mengatakan orang-orang yang berpendidikan pasti tahu bahwa Islam datang ke Eropa dari berbagai tempat, begitu juga halnya dengan agama Kristen dan Yahudi.
“Pernyataan Orban tersebut ‘sewenang-wenang dan merusak’ dan saya berharap tidak akan ada klaim serupa yang dikeluarkan para pejabat senior Eropa di masa depan,” sindir Kavazovic.
Ia menambahkan komentar Orban mengingkari prinsip demokrasi dan mengkhianati ‘semangat agama Kristen’.
Baca Juga: Badai Salju Terjang Eropa Barat
“Demokrasi bukan produk asli Eropa. Itu diciptakan di Yunani pada saat Eropa tidak berwujud sebuah konsep budaya dan ketika kota-kota Yunani bagian dari dunia sebagai sebuah peradaban yang condong ke Timur,” tandasnya.
Hongaria telah menyegel perbatasan di bagian selatan dengan pagar baja untuk mencegah para migran menyusuri wilayah utara melalui Balkan dari Yunani dan memperkenalkan hukum baru.
Belakangan aturan atau hukum baru itu dikritik oleh sejumlah kelompok pemerhati hak asasi karena dinilai menghalangi pengungsi untuk mendapatkan hak-hak mereka dalam mencari perlindungan dari peperangan dan penganiayaan.
Sekitar 350 ribu migran telah menempuh rute berbahaya untuk mencapai pantai Eropa sejak Januari tahun ini, menurut data Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM). Lembaga itu menyebut lebih dari 2.600 migran telah tenggelam saat mencoba menyeberangi Laut Mediterania di periode yang sama. (T/P022/P4)
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)