Cileungsi, Kabupaten Bogor, MINA – Dua ulama Filipina, Syeikh Watu Datu Ibrahim dan Ustaz Abu Bakar Manampen, bersilaturahim ke Shuffah Cileungsi atau Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Kabupaten Bogor pada Selasa malam (30/4), meminta dai Al-Fatah untuk dapat berdakwah di wilayahnya.
Kedua ulama itu disambut oleh Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur dan para amir pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah) dan wilayah Jabodetabek.
Dalam pertemuan bertema “Ta’lim dan Ta’aruf dengan ulama Filipina” tersebut, Syeikh Watu Datu Ibrahim menceritakan sejarah singkat negara Filipina dan perkembangan positif Islam di sana di negara itu.
“Sejarah Islam di Filipina di mulai dari Presiden Marcos, yang pada masa presiden ini banyak sekali gerakan kristenisasi, hampir di seluruh wilayah Filipina, juga wilayah selatan Filipina. Dalam gerakan ini terjadi pembunuhan terhadap Muslim di Filipina,” ujarnya.
Baca Juga: Embassy Gathering Jadi Ajang Silaturahim Komunitas Diplomatik Indonesia
Syeikh Datu Ibrahim melanjutkan, dahulu terdapat sebuah pulau bernama Buhul yang terletak di tengah Filipina, daerah itu merupakan pusat kerajaan Islam, akan tetapi terjadi penyerangan yang menyebabkan mereka semua berimigrasi ke daerah selatan Filipina.
“Alhamdulillah masa presiden sekarang terdapat kemudahan, sehingga kami lebih mudah membangun masjid, mendapatkan beasiswa pendidikan dan mendapat kebebasan. Ini merupakan contoh Muslim di Filipina saat ini,” ucapnya.
Ia memberikan contoh perkembangan pesat muslimin yang terjadi di Manila, ibu kota Filipina. Di sana, jumlah masjid ada 300 lebih, kemudian contoh kebebasan lainnya yaitu kaum muslimah bebas memakai jilbab.
Menurutnya, hal itu tidak terjadi di pemerintahan sebelumnya, tapi saat ini kaum muslimin bebas menjalankan syariatnya tanpa ada larangan dari pemerintahan.
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris
“Alhamdulillah, bahkan di sekolah negeri para siswi muslimat diperkenankan memakai jilbab, itu contoh kebebasan bagi muslimah untuk mengenakan hijabnya. Kemudian guru-guru yang ada di sana dihormati, dimuliakan, dan juga imam-imam masjid dimuliakan oleh pemerintah setempat,” jelas Syeikh Datu Ibrahim.
Selain memberikan kebebasan, pemerintah juga membantu pembangunan sekolah-sekolah dan memberikan bantuan serta beasiswa bagi pelajar muslim di Filipina untuk melanjutkan sekolah tingginya bahkan hingga ke luar negeri.
“Sekarang presidennya Du Terte, dia memberikan kesempatan yang sangat luas, bahkan dia memberikan beasiswa kepada muslim untuk belajar ke luar negeri, dan dia berkata, ‘Tunggulah saya ingin membangkitkan Islam di Filipina’,” ungkapnya.
Sementara itu Ustadz Abu Bakar Manampen mengharapkan adanya dai – dai muda yang dapat dikirim ke Filipina untuk mengembangkan dakwah Islam di daerah-daerah Filipina.
Baca Juga: Fun Run Solidarity For Palestine Bukti Dukungan Indonesia kepada Palestina
“Malam ini sungguh sangat berkesan bagi saya, dan menginspirasi saya untuk bagaimana menyebarkan agama Islam, khususnya yang ada di Filipina dan Asia tenggara, terlebih pendidikan. Bagaimana caranya agar para pendidik ini menyebarkan ajaran islam di Filipina dan Asia. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan bantuan para ikhwan di sini agar bagaimana pendidikan islam ini dapat berkembang di Filipina,” katanya.
Abu Bakar Manampen juga mengatakan, baru saja di Filipina ada pemilu untuk otonomi daerah dan sudah terpilih orang yang ingin memperjuangkan Islam.
“Dengan terpilihnya Al-Hajj Murad Ebrahim itu menjadi terbuka luas dakwah Islam. Dan akan dipermudah jika para ikhwan ingin berdakwah ke sana, karena ia sangat senang dan membuka dengan sangat senang hati,” ungkapnya.
Ia menambahkan, yang menggembirakan adalah melihat para ibu-ibu kaum wanita mulai bangkit, banyak sekali organisasi-organisasi yang membiat program jilbabisasi, jadi mereka berharap semua orang Islam itu memakai jilbab, bahkan menyasar juga kepada non-Muslim, dan itu hampir setiap daerah terdapat gerakan itu. (L/Ais/RI-1)
Baca Juga: KNEKS Kolaborasi ToT Khatib Jumat se-Jawa Barat dengan Sejumlah Lembaga
Mi’raj News Agency (MINA)