Jakarta, 12 Rajab 1435/11 Mei 2014 (MINA) – Seorang ulama yang selalu menyampaikan ilmu agama merujuk kepada Al-Quran menyatakan, fitrah umat Islam bukanlah pada sistem kepartaian atau organisasi kemasyarakatan (ormas).
“Fitrah Muslim bukan dalam partai atau ormas, tetapi dalam al-jamaah (persatuan dengan satu pimpinan umat),” kata Midhfallah, Amir Tarbiyah Jamaah Muslimin (Hizbullah) wilayah Jakarta, Ahad 11 Mei.
Pernyataan itu disampaikan di depan ratusan jamaah, menyikapi partai bermassa Islam yang mendulang suara signifikan dalam Pemilu Legislatif yang baru lalu.
Ulama yang akrab disapa “Ustadz Midhfa” tersebut menyayangkan, kondisi partai massa Islam yang justru pemimpinnya berkoalisi dengan partai nasionalis yang didominasi oleh massa non-Muslim.
Baca Juga: Bedah Berita MINA, Peralihan Kekuasaan di Suriah, Apa pengaruhnya bagi Palestina?
“Muslimin menyalurkan suaranya ke partai Islam, tapi ketika partai mendapat suara, pimpinan partai justeru berkoalisi dengan partai non-Islam,” kata Ustadz bertitel Sarjana Agama itu.
Menurutnya, fenomena itu bisa terjadi karena demokrasi bukan sistem yang berdasarkan Al-Quran, padahal seorang Muslim fitrahnya adalah beramal berdasarkan Al-Quran.
Ustadz Midhfa menegaskan bahwa dalam mengamalkan Al-Quran, juga di dalamnya tercakup masalah kepemimpinan, tidak boleh sendiri-sendiri atau berpecah-belah, tapi harus bersatu (berjamaah) dengan sentral kepemimpinan di seluruh dunia.
Pada kesempatan yang sama, Ustadz Yusuf Ibrahim mengutip tiga pertanyaan Wali al-Fatah sebelum Jamaah Muslimin (Hizbullah) ditetapi kembali sebagai wadah pemersatu umat Islam pada tahun 1953 di Jakarta.
Baca Juga: Jurnalis Antara Sampaikan Prospek Pembebasan Palestina di Tengah Konflik di Suriah
Pertanyaan itu berbunyi “Mengapa Muslimin selalu kalah?”, “Apakah sistem saat ini (demokrasi) sudah benar?”, dan “Tidak mungkin tidak ada sistem yang Allah turunkan untuk mengatur kepemimpinan umat Islam”.
Kondisi itulah yang membuat sekelompok ulama pada tahun 1953 akhirnya meyakini bahwa sistem jamaah imamah (bersatu dalam satu kepemimpinan umat) adalah sistem yang mengatur syariat kepemimpinan umat dalam Islam, bukan sistem demokrasi yang sebagian besar dianut oleh Muslimin dunia. (L/P09/EO2).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan
Baca Juga: Resmikan Terowongan Silaturahim, Prabowo: Simbol Kerukunan Antarumat Beragama