ULAMA : TIDAK BERJAMA’AH SEBABKAN MUSLIMIN TERPURUK

Ustadz M Damiri Thalib saat menyampaikan Tausiyahnya pada Tabligh Akbar Jama'ah Muslimin Hizbullah di Masjid Taqwa Komplek Ponpes Al-Fatah Muhajirun Negararatu Natar Lampung Selatan, Ahad, (13/9). Photo : Hadis/MINA
Ustadz M. Damiri Thalib saat menyampaikan Tausiyahnya pada Tabligh Akbar Jama’ah Muslimin Hizbullah di Masjid Taqwa Komplek Ponpes Al-Fatah Muhajirun Negararatu Natar Lampung Selatan, Ahad, (13/9). (Foto: Hadis/MINA)

Lampung Selatan, 29 Dzulqo’dah 1436/13 September 2015 (MINA) – Ulama asal Lampung, Ustadz M. Damiri Thalib, mengatakan, terpuruknya Muslimin di dunia dikarenakan mereka tidak mau mengamalkan kehidupan berjama’ah.

“Dalam kenyataannya jumlah muslimin di dunia sudah 1,5 miliar lebih, namun kehidupannya sangat terpuruk, itu karena umat Islam berhimpun dalam kebatilan, jumlahnya banyak namun batil,” ujar Damiri.

Dalam tausyiahnya yang disampaikan pada Tabligh Akbar Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Lampung di Komplek Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah, Ahad (13/9), dia menjelaskan, umat Islam harus mengamalkan Islam secara Kaffah atau keseluruhan agar tidak semakin terpuruk.

“Pada Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 208 dijelaskan  “wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu,” kata Damiri.

Lebih lanjut Damiri menjelaskan umat Islam yang benar imannya akan sangat mudah untuk diatur sesuai syariat.

“Sesuai firman Allah, ucapan orang mukmin apabila dia diajak, diajar, atau diseru oleh Allah dan Rasul-Nya mereka akan menjawab “kami dengar dan kami taat”. Banyak yang sudah meyakininya, namun ke mana orang-orang yang sudah meyakini, seharusnya mereka berjama’ah, maka demi Allah yang disebut jamaah itu adalah berkumpulnya ahlul haq walaupun sedikit,“ tegasnya.

Sebab yang disebut mukmin, dia yang meyakini seluruh akan kebenaran-Nya, dia ucapkan dengan lisan, diyakini dengan hati, dan diamalkan dengan tindakan. Damiri menambahkan unsur Islam itu meliputi kesatuan akidah, kesatuan ibadah, kesatuan perilaku, bahasa, dan sejarah.

“Akidah kita Laa Ilaaha Illallah Muhammadurrasulullah, Ibadah kita di manapun sholat subuh pasti dua rakaat, lalu kesatuan bahasa satu yakni bahasa Al-Qur’an, dan kesatuan sejarah di mana Nabi-Nabi sebelum Muhammad pun bersatu laksana sebuah bangunan, terdiri dari bata-bata, maka Rasulullah yang melengkapi batu yang kurang itu sebagai nabi akhir zaman,“ katanya.

Dia menambahkan umat Islam mempunyai kesatuan jalan, jalan yang ditempuh itu juga satu yakni jalan yang lurus sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Fatihah ayat 6-7.

“Kita diperintahkan untuk selalu berdoa pada Allah agar diberikan jalan yang lurus, mereka yang diberikan jalan yang lurus adalah para nabi, shodikin, sholihin dan syuhada. Jalan yang mereka tempuh itu satu, yaitu Ala’ Minhajin Nubuwwah,“ ujarnya.

“Lalu kenapa tidak satu, kalau mengaku mukmin lalu kenapa Imaamah-nya tidak satu, jama’ah-nya tidak satu,“ tegasnya menyayangkan sikap umat Islam yang tidak mau bersatu dalam satu Jama’ah.

Jama’ah Muslimin (Hizbullah) merupakan wadah kesatuan umat Islam yang pernah diamalkan oleh Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyyin, ditetapi kembali pada Idul Adha 10 Dzulhijjah 1372 Hijriyyah bertepatan dengan 20 Agustus 1953 Masehi setelah umat Islam mengalami kekosongan kepemimpinan sejak Khilafah Turki Utsmani diruntuhkan oleh Zionis pada tahun 1924.

Mengajak umat Islam untuk serta bersatu-padu dalam satu shaf kaum muslimin secara terpimpin dalam wujud Khilafah ‘Alaa Minhaajin Nubuwwah (Khilafah yang mengikuti jejak kenabian) dengan imaamnya saat ini yakni KH. Yakhsyallah Mansur, MA, berpusat di Cileungsi Bogor, Indonesia. (L/eth/sfh/K08/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0