Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ulama yang Harus Diikuti

Bahron Ansori - Selasa, 23 Mei 2017 - 18:33 WIB

Selasa, 23 Mei 2017 - 18:33 WIB

1330 Views

ulama-300x169.jpg" alt="" width="300" height="169" />Oleh Bahron Ansori, Redaktur MINA

Pada akhir zaman, terkadang banyak orang yang mengaku-ngaku sebagai ulama. Bagi orang yang terkecoh, maka mereka akan menilai orang yang mengaku ulama itu adalah ulama sebenar-benarnya. Padahal, ia adalah ulama Suu’ (buruk) yang bertebaran di muka bumi.

Ulama Suu’ adalah ulama yang hidupnya untuk mengecoh akidah umat. Jika ia berada di hadapan umat, tak sedikit ia mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kontroversial. Misalnya ia mengatakan orang yang berjenggot adalah orang yang bodoh, semakin panjang jenggotnya, maka semakin besar kebodohannya. Ini adalah satu di antara sekian banyak contoh pernyataan kontroversial itu.

Akibat pernyataan nyelenehnya itu, banyak umat yang termakan dan ikut-ikutan menghina orang-orang yang memelihara jenggotnya. Padahal, sebagaimana disebut dalam hadis, memelihara jenggot adalah sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Sunnah ini (memelihara jenggot) tentu saja jika diikuti akan mendapatkan pahala, sebaliknya tidak mendapat dosa bila tidak mengamalkannya.

Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika

Terlepas dari persoalan tentang jenggot, hari ini, kita terkadang bingung harus mengikuti ulama yang seperti apa agar bisa menjadi panutan. Bingung karena banyak ulama yang mengaku-ngaku merekalah yang laik diikuti.

Tentang ulama seperti apa yang harus diikjti di akhir zaman ini. Murid Imam Syafi’i pernah bertanya, “Ulama seperti apa yang kami harus ikuti di akhir zaman wahai guru?”

Imam Syafi’i menjawab, “Ikutilah ulama yang dibenci kaum kafir, kaum munafiq dan kaum fasik. Dan jauhilah ulama yang disenangi kaum kafir, kaum munafiq dan kaum fasik”.

Di lain waktu, Imam Syafi’i pernah berkata, “Nanti pada akhir zaman akan banyak ulama yang membingungkan umat, sehingga umat bingung memilih mana ulama warosatul anbiya (ulama pewaris para nabi) dan mana ulama suu’ (ulama buruk) yang menyesatkan umat.”

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram

Maka Imam Syafii melanjutkan, “Carilah ulama yang paling dibenci oleh orang-orang kafir dan orang munafik, dan jadikanlah ia sebagai ulama yang membimbingmu, dan jauhilah ulama yang dekat dengan kafir dan munafik karena ia akan menyesatkanmu, menjauhkanmu dari keridhoan Allah.”

Sahabat, hari ini, perkataan Imam Syafi’i itu terbukti, dan kita bisa menilainya sendiri, mana ulama yang dimusuhi oleh orang kafir dan munafik yang harus kita ikuti, dan mana ulama yang selalu dekat dengan orang kafir dan munafik yang harus kita jauhi.

Semua sudah terpampang jelas di depan mata kita. Karena itu berhati-hatilah memilih ulama untuk dijadikan panutan dalam beragama. Salah memilih ulama sebagai panutan, itu artinya kita akan tersesat bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.(RS3/RS2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Perlindungan terhadap Jurnalis di Gaza

Rekomendasi untuk Anda

Sosok
Indonesia
Palestina
Sosok