UNESCO Ingin Indonesia Jadi Model Pengajaran “Learning To Live Together”

Prof. Arief Rachman, Executive Chairman of Indonesian National Commission for UNESCO Kemendikbud RI saat lakukan Konpres dengan pejabat UNESCO dan Arigatao Internasional di Jakarta (Foto:Sajadi/MINA)

Jakarta, MINA – Badan PBB di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan () menginginkan Indonesia menjadi model pengajaran “Belajar untuk Hidup Bersama” atau ““. Diketahui, pengajaran tersebut salah satu pilar pendidikan UNESCO.

UNESCO mengharapkan, pendidikan di Indonesia mampu mencetak generasi yang memiliki peran dalam lingkungan di manapun berada, mampu menempatkan diri sesuai perannya. Intinya, memahami peran diri dan orang lain dalam bersosialisasi di masyarakat.

Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Shahbaz Khan, Director of the UNESCO Cluster Office in Jakarta and Regional Bureau for Science in Asia and the Pacific saat memberikan sambutan di Workshop Training untuk para guru SD dan SMP terkait Learning to Live Together.

“Indonesia adalah negara penting sebagai model tujuan pembangunan berkelanjutan PBB, dengan pengajaran Learning to Live Together, Indonesia akan menjadi contoh negara lain, dengan kehidupan modern yang harmonis, keragaman agama, budaya, dan perkembangan ekonomi,” kata Dr. Shabaz saat Konferensi Pers di Hotel Veranda, Jakarta, Senin (29/7).

Workshop Training Learning to Live Together tersebut diselenggarakan oleh Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Kementrian Pendidikan (Kemendikbud) RI bekerja sama dengan Arigatou Internasional pada 28 Juli-1 Agustus 2019 di Jakarta.

Workshop tersebut diikuti guru-guru dari 30 perwakilan SD dan SMP terpilih yang bertujuan untuk memberikan pembekalan bagi para guru bagaimana mengajarkan pendidikan karakter untuk hidup berdampingan dengan penuh kedamaian dan semangat gotong royong kepada siswa-siswi didiknya.

Menurut Dr. Praptono, Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar, Dirjen GTK, Kemendikbud RI, ada lima nilai penting ketika menanamkan pendidikan karakter kepada siswa-siswi didik, yakni nilai keagamaan, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas.

“Bagi para guru hal ini sebagai ajang perbaikan, mohon maaf, guru itu masih banyak yang harus diperbuat agar menjadi lebih baik, begitu juga bagi siswa didik kita,” kata Dr. Praptono dalam sambutannya.

Sementara itu, Prof. Arief Rachman, Executive Chairman of Indonesian National Commission for UNESCO Kemendikbud RI mengatakan, workshop tersebut adalah proses yang sangat penting, tidak hanya memberikan pelajaran akademik kepada siswa, tapi juga memberikan pengajaran bagaimana belajar hidup bersama.

“Meskipun sekolah-sekolah mempunyai kurikulum yang menjadi acuan keberhasilan, tetapi hidup bersama itu harus tidak boleh dilupakan oleh guru-guru,” Prof Arief.

Menurutnya, tujuan pendidikan itu tidak hanya untuk tujuan akademik saja, namun menciptakan suasana untuk mengembangkan lima potensi, yakni potensi spiritual, emosi, kecerdasan, jasmani, keunggulan sosial.

Untuk itulah, ia melanjutkan, Arigatao Internasional terus-menerus mengingatkan kepada pendidikan Indonesia tentang pentingnya belajar hidup bersama.

Arigatou Internasional adalah sebuah LSM global yang menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya dan agama untuk membangun dunia yang lebih baik bagi anak-anak. (L/Sj/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)